Semarang (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Semarang menargetkan sebanyak 267 siswa dari keluarga miskin ekstrem bisa mengenyam pendidikan dengan layak di seluruh jenjang dengan berbagai langkah intervensi.
"Dari 267 anak, alhamdulillah kami sudah mendapat beberapa dukungan. Saat ini tinggal 30 anak," kata Kepala Disdik Kota Semarang Bambang Pramusinto di Semarang, Senin.
Di sela peresmian Permata Bangsa School Semarang, Bambang menjelaskan bahwa berbagai upaya penanganan kemiskinan terus dilakukan, salah satunya dari sektor pendidikan.
Menurut dia, Disdik kota Semarang telah melakukan pemetaan mulai jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) sederajat untuk mengurainya.
"Jenis intervensi yang dilakukan Disdik Kota Semarang, yang pertama dengan memindahkan mereka ke sekolah negeri, sehingga bisa sekolah gratis atau dipindah ke sekolah-sekolah swasta gratis," katanya.
Namun, lanjut Bambang, jika memang anak tersebut tetap ingin bersekolah di situ, Disdik Kota Semarang akan mencarikan bantuan CSR (coporate social responsibility).
"Kami buat kolaborasi, seperti di Permata Bangsa School ini memberikan beasiswa kepada lima anak, sampai sekolahnya selesai. Kami carikan anak-anak kurang mampu yang tinggal di sekitar Tembalang dan Banyumanik untuk sekolah di Permata Bangsa ini," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan bahwa intervensi sektor pendidikan dilakukan sebagai salah satu langkah penanganan kemiskinan ekstrem.
"Data pada Maret 2023, dari 13 indikator kemiskinan ekstrem tercatat ada sekitar 2.646 individu dan 518 keluarga yang masuk dalam kategori keluarga miskin," kata Ita, sapaan akrabnya.
Setiap bulan, lanjut dia, Pemerintah Kota Semarang terus melakukan intervensi dengan berbagai program dan bantuan, sehingga angka kemiskinan ekstrem bisa berkurang signifikan.
"Alhamdulillah, hingga saat ini angka keluarga miskin di Kota Semarang tinggal 260-an (individu) atau sekitar 120 keluarga," kata kepala daerah perempuan pertama di Kota Semarang itu.
Dari 13 indikator kemiskinan ekstrem, sektor pendidikan menjadi sorotan dan Pemkot Semarang sudah melakukan berbagai upaya, termasuk program orang tua asuh dan CSR bagi siswa dari keluarga miskin ekstrem.
Untuk siswa kurang mampu dari jenjang SMA, kata dia, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah membantu, khususnya dengan adanya SMKN Jateng yang memang sekolah kejuruan gratis untuk siswa miskin, meliputi asrama, seragam, makan-minum, serta biaya sekolah.
"Untuk yang belum terfasilitasi, saya minta kepala Disdik untuk cari dukungan lain, bisa beasiswa dari perusahaan atau CSR. Alhamdulillah, dari Permata Bangsa School juga memberikan lima beasiswa sekolah hingga lulus. Kolaborasi seperti ini yang kami harapkan," katanya.
"Dari 267 anak, alhamdulillah kami sudah mendapat beberapa dukungan. Saat ini tinggal 30 anak," kata Kepala Disdik Kota Semarang Bambang Pramusinto di Semarang, Senin.
Di sela peresmian Permata Bangsa School Semarang, Bambang menjelaskan bahwa berbagai upaya penanganan kemiskinan terus dilakukan, salah satunya dari sektor pendidikan.
Menurut dia, Disdik kota Semarang telah melakukan pemetaan mulai jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) sederajat untuk mengurainya.
"Jenis intervensi yang dilakukan Disdik Kota Semarang, yang pertama dengan memindahkan mereka ke sekolah negeri, sehingga bisa sekolah gratis atau dipindah ke sekolah-sekolah swasta gratis," katanya.
Namun, lanjut Bambang, jika memang anak tersebut tetap ingin bersekolah di situ, Disdik Kota Semarang akan mencarikan bantuan CSR (coporate social responsibility).
"Kami buat kolaborasi, seperti di Permata Bangsa School ini memberikan beasiswa kepada lima anak, sampai sekolahnya selesai. Kami carikan anak-anak kurang mampu yang tinggal di sekitar Tembalang dan Banyumanik untuk sekolah di Permata Bangsa ini," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan bahwa intervensi sektor pendidikan dilakukan sebagai salah satu langkah penanganan kemiskinan ekstrem.
"Data pada Maret 2023, dari 13 indikator kemiskinan ekstrem tercatat ada sekitar 2.646 individu dan 518 keluarga yang masuk dalam kategori keluarga miskin," kata Ita, sapaan akrabnya.
Setiap bulan, lanjut dia, Pemerintah Kota Semarang terus melakukan intervensi dengan berbagai program dan bantuan, sehingga angka kemiskinan ekstrem bisa berkurang signifikan.
"Alhamdulillah, hingga saat ini angka keluarga miskin di Kota Semarang tinggal 260-an (individu) atau sekitar 120 keluarga," kata kepala daerah perempuan pertama di Kota Semarang itu.
Dari 13 indikator kemiskinan ekstrem, sektor pendidikan menjadi sorotan dan Pemkot Semarang sudah melakukan berbagai upaya, termasuk program orang tua asuh dan CSR bagi siswa dari keluarga miskin ekstrem.
Untuk siswa kurang mampu dari jenjang SMA, kata dia, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah membantu, khususnya dengan adanya SMKN Jateng yang memang sekolah kejuruan gratis untuk siswa miskin, meliputi asrama, seragam, makan-minum, serta biaya sekolah.
"Untuk yang belum terfasilitasi, saya minta kepala Disdik untuk cari dukungan lain, bisa beasiswa dari perusahaan atau CSR. Alhamdulillah, dari Permata Bangsa School juga memberikan lima beasiswa sekolah hingga lulus. Kolaborasi seperti ini yang kami harapkan," katanya.