Purbalingga (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menggelar kegiatan "Pelatihan Desain Pola Batik Pada Fesyen Bagi IKM Kabupaten Purbalingga" sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing pelaku usaha ekonomi kreatif di bidang batik.
"Salah satu fokus utama dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pelaku IKM (Industri Kecil dan Menengah) kerajinan batik di Purbalingga agar bisa bersaing, serta untuk membangkitkan semangat cinta terhadap batik-batik khas Purbalingga," kata Kepala Dinperindag Kabupaten Purbalingga Johan Arifin di Purbalingga, Kamis.
Ia mengatakan hal itu saat membuka kegiatan pelatihan yang akan berlangsung selama tiga hari di salah satu rumah makan serta diikuti oleh 25 perajin batik dan desainer dari berbagai wilayah Purbalingga.
Menurut dia, pelatihan tersebut juga ditujukan untuk mempertajam kemampuan desainer dalam menciptakan fesyen dengan ciri khas batik Purbalingga.
"Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap IKM batik dapat melakukan diversifikasi produk dengan menerapkan pola batik ke semua kebutuhan fesyen, mengingat batik tidak hanya cocok untuk pakaian saja," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, diversifikasi pola batik dapat dilakukan pada semua kebutuhan fesyen mulai dari kepala hingga kaki seperti topi, baju, kaos, celana, dan sepatu.
Lebih lanjut, Johan mengakui tantangan yang dihadapi oleh IKM batik di Purbalingga sejauh ini berupa desain, promosi, dan pemasaran.
Padahal, lanjut dia, potensi pasar batik sangat terbuka lebar karena jumlah aparatur sipil negara (ASN) di Purbalingga mencapai kisaran 8.000 orang.
Menurut dia, potensi pasar tersebut belum termasuk tenaga harian lepas (THL), perangkat desa, pegawai badan usaha milik daerah (BUMD), dan pegawai badan usaha milik negara (BUMN).
"Ada 12.000 (orang) potensi pasar yang setiap hari Kamis akan memakai batik, potensi ekonominya sangat terbuka, dan Pemkab Purbalingga siap mendukung," tegasnya.
Kendati demikian, dia mengatakan dari semua itu yang penting adalah menyiapkan lebih dulu pola dan desain yang bagus serta harga yang bersaing.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan batik-batik yang menjadi corak khas Purbalingga bisa didesain sedemikian rupa sehingga menjadi fesyen yang siap pakai di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun.
Menurut dia, kegiatan pelatihan tersebut juga menjadi salah satu persiapan Amazing Golaga Festival yang akan digelar di Goa Lawa Purbalingga pada tanggal 28-29 Oktober 2023.
"Jadi produk dari acara ini nanti bisa ditampilkan di acara Fashion In The Cave pada Amazing Golaga Festival," kata Johan.
Baca juga: Pemkot Pekalongan jaga kelestarian wariasan budaya batik
"Salah satu fokus utama dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pelaku IKM (Industri Kecil dan Menengah) kerajinan batik di Purbalingga agar bisa bersaing, serta untuk membangkitkan semangat cinta terhadap batik-batik khas Purbalingga," kata Kepala Dinperindag Kabupaten Purbalingga Johan Arifin di Purbalingga, Kamis.
Ia mengatakan hal itu saat membuka kegiatan pelatihan yang akan berlangsung selama tiga hari di salah satu rumah makan serta diikuti oleh 25 perajin batik dan desainer dari berbagai wilayah Purbalingga.
Menurut dia, pelatihan tersebut juga ditujukan untuk mempertajam kemampuan desainer dalam menciptakan fesyen dengan ciri khas batik Purbalingga.
"Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap IKM batik dapat melakukan diversifikasi produk dengan menerapkan pola batik ke semua kebutuhan fesyen, mengingat batik tidak hanya cocok untuk pakaian saja," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, diversifikasi pola batik dapat dilakukan pada semua kebutuhan fesyen mulai dari kepala hingga kaki seperti topi, baju, kaos, celana, dan sepatu.
Lebih lanjut, Johan mengakui tantangan yang dihadapi oleh IKM batik di Purbalingga sejauh ini berupa desain, promosi, dan pemasaran.
Padahal, lanjut dia, potensi pasar batik sangat terbuka lebar karena jumlah aparatur sipil negara (ASN) di Purbalingga mencapai kisaran 8.000 orang.
Menurut dia, potensi pasar tersebut belum termasuk tenaga harian lepas (THL), perangkat desa, pegawai badan usaha milik daerah (BUMD), dan pegawai badan usaha milik negara (BUMN).
"Ada 12.000 (orang) potensi pasar yang setiap hari Kamis akan memakai batik, potensi ekonominya sangat terbuka, dan Pemkab Purbalingga siap mendukung," tegasnya.
Kendati demikian, dia mengatakan dari semua itu yang penting adalah menyiapkan lebih dulu pola dan desain yang bagus serta harga yang bersaing.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan batik-batik yang menjadi corak khas Purbalingga bisa didesain sedemikian rupa sehingga menjadi fesyen yang siap pakai di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun.
Menurut dia, kegiatan pelatihan tersebut juga menjadi salah satu persiapan Amazing Golaga Festival yang akan digelar di Goa Lawa Purbalingga pada tanggal 28-29 Oktober 2023.
"Jadi produk dari acara ini nanti bisa ditampilkan di acara Fashion In The Cave pada Amazing Golaga Festival," kata Johan.
Baca juga: Pemkot Pekalongan jaga kelestarian wariasan budaya batik