Boyolali (ANTARA) - Perajin genteng di Desa Karangkeboh, Banaran Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah, terus berkarya karena sepanjang musim kemarau saat ini, membawa berkah dengan memproduksi berlipat dibanding musim hujan.

Salah satu perajin genteng, Marjo (58), di Desa Karangkepoh Boyolali, Selasa, mengatakan, para perajin genteng di Desa Karangkepoh Boyolali akan lebih bersemangat produksi karena sejak Juni hingga Oktober ini, bersamaan musim kemarau atau dengan panas matahari terus membuat genteng berlipat dua kali dibanding pada musim hujan.

Pada musim kemarau mempercepat proses pengeringan genteng dua kali lipat dibandingkan saat musim hujan. Karena produksi genteng pada musim kemarau bisa mencapai 10.000 biji per bulan. Jika dibanding musim hujan hanya mampu produksi sekitar 5.000 biji.

Marjo menjelaskan pada musim kemarau produksi genteng lumayan cepat, dua hari sudah kering. Kalau hujan bisa lima sampai enam hari baru kering. Sehingga, produksi genteng buatannya bisa mencapai 10.000 per biji, sedangkan musim hujan paling sekitar 5.000 biji per bulan.

"Musim kemarau ini, diuntungkan bagi perajin genteng," katanya.

Dia menjelaskan, Desa Karangkepoh merupakan salah satu sentra kerajinan genteng dan batu bata di wilayah Boyolali. Marjo adalah satu dari sekian perajin yang masih menekuni usaha turun-temurun membuat genteng.

Dirinya bersama istri yang memproduksi genteng semampunya. Pada saat kemarau ini, rata-rata sekitar 300 hingga 400 biji per hari. Kalau musim hujan paling hanya sekitar 200 hingga 250 biji per hari.

Dia menjelaskan, pada musim kemarau, proses produksi genteng dari awal hingga jadi dan siap jual membutuhkan waktu sekitar 20 hari. Untuk harga genteng rata-rata dijual Rp1.100 hingga Rp1.150 per biji. Pangsa pasar di sekitar Boyolali dan daerah sekitarnya.

Menyingung soal bahan baku produksi genteng merupakan tanah liat dari wilayah Mojosongo Boyolali. Harga bahan baku tanah liat sekitar Rp600.000 per tiga setengah kubik. Sebulan ambil empat kali untuk bahan baku.

Hal tersebut juga dirasakan perajin genteng lainnya di desa yang sama, Darmaji (48), yang musim hujan paling memproduksi genteng sekitar 3.000 biji, tetapi musim kemarau ini bertambah menjadi 5.500 biji per bulan. Kondisi panas produksi genteng bisa bertambah dua kali lipat dibanding saat musim hujan.

"Produksi genteng lumayan musim kemarau bertambah hingga sekitar 100 persen dibanding musim hujan. Hal ini, tentunya menambah penghasilannya," katanya. ***1***

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024