Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya menuntaskan proses pemadaman Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang yang saat ini sudah memasuki tahap pendinginan dengan menggunakan water bombing atau bom air melalui helikopter.

"Semalam dari kunjungan Pak Pj (Penjabat) Gubernur (ke TPA Jatibarang) memberikan arahan untuk menggunakan water bombing," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Jawa Tengah, Selasa.

Ita, sapaan akrab Hevearita, mengatakan pada hari ini juga akan menandatangani penetapan status tanggap darurat sebagai persyaratan untuk meminta bantuan water bombing.

"Sekaligus, sebagai antisipasi juga. Kemarin kami lihat banyak mobil pemadam pipanya wis bocor-bocor, sehingga dengan tanggap darurat ini bisa untuk mengevaluasi, membeli pipa untuk mobil Damkar," katanya.

Rencananya, kata dia, helikopter yang membawa water bombing akan menuju Semarang setelah menjalankan tugas pemadaman di TPA Putri Cempo, Solo.

"Pak Pj Gubernur juga menyampaikan water bomber dari Solo. Setelah Solo, nanti ke Semarang," katanya.

Meski sudah dalam proses pendinginan, diakui Ita, titik api kemungkinan masih bisa muncul dan membesar jika tidak diantisipasi, mengingat material yang terbakar mengandung gas metana.

Dilihat dari lokasi kebakaran, lanjutnya, TPA Jatibarang mengandung banyak gas metana yang berpotensi membuat api membesar dan jika didiamkan akan menyebar, walaupun di zona pasif.

"Kemarin, dilihat dari drone ada yang ketinggiannya 60 meter, ada yang 30 meter. Nah, yang di dalam ini tidak bisa terdeteksi. Makanya semalam Pak Pj Gubernur memberikan arahan water bombing'sehingga bisa sampai bener-bener ke bawah," katanya.

Sebelumnya kebakaran melanda kawasan TPA Jatibarang, Kota Semarang, pada Senin (18/9) siang, dengan titik api pertama kali muncul di bekas TPA di bagian atas yang merembet ke bagian bawah.

Belum diketahui pemicu munculnya api di TPA yang sudah ditutup tersebut, namun angin kencang mengakibatkan api cepat merembet ke area di kawasan tumpukan sampah tersebut.
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024