Semarang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, mengimbau warga untuk mewaspadai penularan penyakit diare selama musim kemarau, pada masa ketersediaan air bersih menyusut.

"Karena sumber air yang terbatas ini yang dipakai airnya mungkin saja ada kandungan E. coli di luar ambang batas. Makanya, saya bilang hati-hati," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam di Semarang, Senin.

Dia mengatakan bahwa warga sebaiknya memastikan air yang dikonsumsi tidak tercemar bakteri yang bisa menyebabkan penyakit diare.

"Apakah benar-benar tidak mengandung E. coli, mengandung bakteri atau tidak? Karena itu yang menyebabkan diare. Itu terjadi di berbagai kabupaten/kota, termasuk Kota Semarang," katanya.

Dia juga mengemukakan pentingnya ketersediaan sarana sanitasi memadai dalam upaya untuk meminimalkan risiko penularan diare.

"Sanitasi itu tidak hanya layak, tapi juga aman. Misalnya, dalam satu keluarga dengan dua anak punya septic tank itu tiga tahun harus dikuras. Kalau tidak dikuras mengakibatkan sumber air (tercemar)," katanya.

Di samping itu, dia menyampaikan bahwa penerapan pola hidup bersih dan sehat penting dalam upaya pencegahan diare.

"Sebagai sebuah kota besar, tentu mindset (kerangka pikir) masyarakat harus bagus, apalagi dua sampai tiga tahun terakhir diedukasi untuk cuci tangan dan pakai masker," katanya.

Data Dinas Kesehatan menunjukkan, angka kasus diare di Kota Semarang sepanjang tahun 2022 dan 2021 berturut-turut 32.488 kasus dan 21.765 kasus.

Dari awal tahun sampai Juli 2023 tercatat ada total 21.059 kasus diare di Kota Semarang. Angka kasus diare pada Juli tercatat 3.192 kasus, pada Juni sebanyak 2.742 kasus, dan pada Mei sebanyak 3.119 kasus.

Sedangkan pada 2022 jumlah temuan kasus diare di Kota Semarang pada Juli sebanyak 2.788 kasus, pada Juni sebanyak 3.111 kasus, dan pada Mei sebanyak 2.717 kasus.

 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024