Semarang (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah menggelar lomba permainan tradisional guna menyemarakkan Hari Kementerian Hukum dan HAM dan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke - 78 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Masing-masing divisi dan PPNPN mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti beberapa permainan.
Seperti biasa, setiap ada permainan tradisional, pasti diiringi kehebohan. Dukungan suporter tampak lebih seru dibanding jalannya permainan itu sendiri.
Di sesi pertama, ada perlombaan lari estafet sarung. Masing-masing tim yang terdiri atas 5 orang berusaha untuk memindahkan sarung dari orang pertama hingga terakhir dan sebaliknya, dengan bergandengan tangan dan tidak boleh lepas. Butuh kerja sama tim yang kuat untuk memenangkan permainan ini.
Balap karung menjadi menu wajib untuk dipertandingkan. Bedanya, kali ini balap karung dilakukan secara estafet. Lagi-lagi kekompakan anggota tim jadi penentu kemenangan.
Walaupun lazim dilihat, euforia peserta dan penonton estafet balap karung sama sekali tidak berkurang.
Mengadopsi tren kekinian, lomba joget tik-tok pun digelar. Masing-masing tim unjuk kebolehan bergoyang bersama sesuai musik yang telah ditentukan.
Lomba ini tak kalah semarak, sampai-sampai Ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Pengayoman yang dimotori ketuanya, Lisbet Hantor Situmorang dan Ketua Ketua PIPAS Jateng, Rita Supriyanto, ikut bergoyang bersama.
Khusus juri lomba joget adalah Kepala Divisi Administrasi Hajrianor, Kepala Divisi Pemasyarakatan Supriyanto dan Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Nur Ichwan.
Yang cukup unik dan mengundang banyak tawa, diadakan lomba estafet tepung.
Dengan format beregu, masing-masing anggota tim diharuskan memindahkan tepung dari baskom ke baskom rekannya, melalui kepala tanpa melihat. Bisa dibayangkan, bagaimana transfer yang tidak sempurna akan membuat anggota tim lainnya bermandikan tepung.
Puncaknya, lomba tarik tambang didaulat sebagai penutup. Lagi-lagi, sebagai raja dari lomba tradisional khas 17-an, tarik tambang paling banyak menyedot perhatian. Teriakan pendukung masing-masing tim jadi penyemangat. ***
Masing-masing divisi dan PPNPN mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti beberapa permainan.
Seperti biasa, setiap ada permainan tradisional, pasti diiringi kehebohan. Dukungan suporter tampak lebih seru dibanding jalannya permainan itu sendiri.
Di sesi pertama, ada perlombaan lari estafet sarung. Masing-masing tim yang terdiri atas 5 orang berusaha untuk memindahkan sarung dari orang pertama hingga terakhir dan sebaliknya, dengan bergandengan tangan dan tidak boleh lepas. Butuh kerja sama tim yang kuat untuk memenangkan permainan ini.
Balap karung menjadi menu wajib untuk dipertandingkan. Bedanya, kali ini balap karung dilakukan secara estafet. Lagi-lagi kekompakan anggota tim jadi penentu kemenangan.
Walaupun lazim dilihat, euforia peserta dan penonton estafet balap karung sama sekali tidak berkurang.
Mengadopsi tren kekinian, lomba joget tik-tok pun digelar. Masing-masing tim unjuk kebolehan bergoyang bersama sesuai musik yang telah ditentukan.
Lomba ini tak kalah semarak, sampai-sampai Ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Pengayoman yang dimotori ketuanya, Lisbet Hantor Situmorang dan Ketua Ketua PIPAS Jateng, Rita Supriyanto, ikut bergoyang bersama.
Khusus juri lomba joget adalah Kepala Divisi Administrasi Hajrianor, Kepala Divisi Pemasyarakatan Supriyanto dan Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Nur Ichwan.
Yang cukup unik dan mengundang banyak tawa, diadakan lomba estafet tepung.
Dengan format beregu, masing-masing anggota tim diharuskan memindahkan tepung dari baskom ke baskom rekannya, melalui kepala tanpa melihat. Bisa dibayangkan, bagaimana transfer yang tidak sempurna akan membuat anggota tim lainnya bermandikan tepung.
Puncaknya, lomba tarik tambang didaulat sebagai penutup. Lagi-lagi, sebagai raja dari lomba tradisional khas 17-an, tarik tambang paling banyak menyedot perhatian. Teriakan pendukung masing-masing tim jadi penyemangat. ***