Purwokerto, Jateng (ANTARA) - Wakil Bupati Banyumas, Jawa Tengah, Sadewo Tri Lastiono menilai Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto atau Puhua School merupakan salah satu wujud keberagaman bangsa Indonesia.

"Saya senang di sini karena saya merasakan inilah Indonesia. Sekolahnya tidak eksklusif, terbuka, semua keberagaman ada di sini," katanya saat memberi sambutan pada acara Festival Budaya Tionghoa dan Peresmian Pusat Kebudayaan Mandarin Puhua di Puhua School, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.

Oleh karena itu, dia mengapresiasi acara Festival Budaya Tionghoa yang mengusung tema 'Melalui Budaya, Membangun Persahabatan" tersebut karena budaya tidak memiliki sekat, ruang, dan waktu.

Menurut dia, hal itu disebabkan masyarakat bisa dipersatukan dengan budaya di manapun mereka berada.

"Sebetulnya kalau menurut pendapat saya, negara Indonesia itu beda-beda tipis dengan Republik Rakyat Tiongkok. Jadi, Indonesia dan Tiongkok itu sama-sama terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama, dan budaya serta bahasa," katanya.

Dengan demikian jika hubungan antara Tiongkok dan Indonesia saat sekarang menjadi erat, kata dia, itu merupakan hal yang lumrah.

Ia pun menceritakan materi pelajaran yang diberikan oleh guru sekolah dasar bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan.

"Yunan itu saya kira masih di Mongolia ya, dari daerah Tiongkok juga," katanya.

Saat ditemui wartawan, Wabup mengatakan saat perayaan tahun baru Imlek, pihaknya telah meminta kepada Puhua School untuk mengolaborasikan budaya Tiongkok dengan budaya lokal Banyumas dalam setiap kegiatan.

Menurut dia, permintaan tersebut telah diwujudkan oleh Puhua School dengan menampilkan sejumlah kebudayaan lokal Banyumas dalam Festival Budaya Tionghoa.

"Ini simbol kerukunan, Bhinneka Tunggal Ika. Harapan saya, sekolah-sekolah swasta itu membuka diri, jangan eksklusif, semua bisa masuk," tegasnya.

Bahkan berdasarkan informasi dari pihak Puhua School, kata dia, sekolah tersebut juga akan dilengkapi dengan rumah-rumah ibadah seperti gereja dan masjid, sehingga siswa yang beragama Islam bisa beribadah di sekolah meskipun selama ini telah disediakan ruangan sebagai mushala. Salah seorang guru Puhua School memperkenalkan wayang kulit Tiongkok kepada seorang anak yang menyaksikan Festival Budaya Tionghoa di Puhua School, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (9/8/2023). FOTO ANTARA/Sumarwoto

Sementara itu, Sekretaris Yayasan Putera Harapan Kartika Widjaja mengatakan Festival Budaya Tiongkok tersebut menjadi kegiatan yang visioner karena dirintis sejak tahun 2016 oleh Puhua bersama dengan Pemerintah Ningxia Hui Autonomous Region divisi China Overseas Exchange Association yang selalu mengamati keseriusan sekolah tersebut.

"Setiap tahun, kami dievaluasi, hingga akhirnya tahun 2023 ini mereka mengirim spesial 12 guru dan dua dari staf government untuk memberikan satu pengajaran pendidikan seni budaya dan olahraga di Puhua," katanya.

Menurut dia, 12 guru yang terdiri atas tiga Muslim dan sembilan non-Muslim tersebut merupakan hasil seleksi yang dilakukan terhadap 200 guru di Provinsi Ningxia.

Dalam pengajaran yang masih akan berlangsung hingga 13 Agustus 2023, kata dia, para siswa terlihat begitu cepat belajar dalam tarian, kerajinan, dan wushu.

"Alangkah indahnya kita sebagai bangsa Indonesia bisa mengisi waktu anak-anak dengan kegiatan-kegiatan yang internasional dengan tetap mempertahankan belajar budaya lokal," katanya.

Sementara itu, Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Surabaya Xu Yong mengatakan Festival Budaya Tionghoa tersebut sangat bagus bagi generasi muda untuk mengenal kebudayaan Tionghoa dan mengeksplorasi keindahan Indonesia.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sangat senang bisa terlibat dalam kegiatan tersebut sebagai upaya untuk mengenalkan keindahan dan keunikan kebudayaan Tionghoa secara mendalam.

Selain menampilkan berbagai kebudayaan yang berkembang di Tiongkok, dalam festival tersebut juga ditampilkan pertunjukan seni budaya Tiongkok, Banyumas, maupun kolaborasi antara seni budaya Tiongkok dan Banyumas seperti pementasan wayang kulit dengan lakon "Babad Banyumas" yang dipadukan dengan wayang kulit Tiongkok berjudul "Perintah Mu Guiying" serta kolaborasi permainan angklung Banyumasan dan suling khas Tiongkok dengan membawakan lagu "Gundul-Gundul Pacul". 


Baca juga: Disdik rencanakan pakaian adat Semarangan bagi siswa SD dan SMP

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024