Purwokerto (ANTARA) - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto kembali mengukuhkan empat guru besar baru dalam Sidang Terbuka Senat Pengukuhan Profesor yang bertempat di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman Unsoed, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (1/8).
Keempat profesor yang dikukuhkan terdiri atas Prof. Dr. Nur Aini, S.T.P., M.P. sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknologi Pangan, Prof. Dr. Pudji Widodo, M.Sc. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Taksonomi Tumbuhan, Prof. Dr. Edy Suyanto, M.Si. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi Lingkungan, dan Prof. Ir. Suprayogi, M.Sc., Ph.D. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman.
Dalam orasi ilmiah yang berjudul "Rekayasa Proses Pengolahan Jagung Menjadi Pangan Fungsional Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Mempertahankan Kesehatan", Prof. Dr. Nur Aini, S.T.P., M.P. mengatakan bahwa rekayasa proses pengolahan jagung, khususnya dengan teknologi fermentasi dapat menjadikan pangan yang bergizi, menyehatkan, dan disukai.
"Dengan teknologi pengolahan yang tepat, pengolahan jagung dapat menjadi solusi terkait ketahanan pangan dan menjaga kesehatan bagi semua kelompok masyarakat, termasuk yang berkebutuhan pangan khusus, sehingga menjadikan Indonesia lebih bermartabat," jelasnya.
Sementara dalam orasi ilmiah berjudul "Flora Indonesia: Eksplorasi, Penemuan Baru, dan Implikasinya", Prof. Dr. Pudji Widodo, M.Sc. mengatakan setiap kegiatan pembangunan harus mempertimbangkan kondisi lingkungan, baik abiotik maupun biotik.
Baca juga: Unsoed fasilitasi kerja sama PTN dan LLDikti Jateng-DIY
Menurut dia, kegiatan pembangunan harus memperhatikan kondisi keadaan ekosistem, spesies, dan genetik, sehingga keanekaragaman ekosistem, spesies, serta genetik sebaiknya tidak dikesampingkan.
Dalam hal ini, kata dia, semua kegiatan konservasi diawali dari pengetahuan tentang keanekaragaman tumbuhan yang ada di suatu tempat.
"Tanpa pengetahuan ini, maka proses konservasi tidak bisa dilakukan. Melestarikan kekayaan flora tidak hanya dilihat dari sisi apakah ia bermanfaat atau tidak pada saat ini. Masih banyak rahasia alam yang belum terungkap. Kita harus yakin, kemajuan ilmu pengetahuan ke depan, akan menjawab misteri kekayaan alam. Optimisme tinggi bernuansa ibadah harus terus dibangkitkan untuk menjadikan anak cucu bangga dengan warisan kita berupa kekayaan biodiversitas," katanya.
Dalam orasi ilmiah berjudul "Ekosentrisme (The Deep Ecology) Model Etika Lingkungan Dalam Pengelolaan Sampah Lintas Rumah Tangga Berbasis Partisipasi: Upaya Mewujudkan Zero Waste Mendukung Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan", Prof. Dr. Edy Suyanto, M.Si. menggunakan pendekatan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dalam mendukung pembangunan lingkungan berkelanjutan, yaitu menggunakan salah satu model etika lingkungan, yaitu Paham Ekosentrisme (The Deep Ecology) yang merupakan gerakan lingkungan dalam kajian sosiologi lingkungan.
Menurut dia, pengelolaan sampah sangat memungkinkan dipadukan dengan paradigma Ekosentrisme.
"Dasar pertama paradigma ini adalah hubungan harmonis manusia dengan alam dan lingkungan. Kemudian bertujuan menciptakan keberlanjutan lingkungan, penyelesaian lingkungan dengan teknologi yang sesuai, kebutuhan dasar daur ulang, partisipastoris atau sistem demokratis menjadi mutlak diperlukan, dan desentralisasi atau skala kecil, terintegrasi, dan secara sosial," jelasnya.
Baca juga: Jaga ekosistem pesisir, Unsoed kerja sama dengan industri nasional-global
Sementara Prof. Ir. Suprayogi, M.Sc., Ph.D. menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Pengembangan Teknologi Marka DNA Untuk Meningkatkan Efisiensi Metoda Seleksi Pada Perakitan Varietas Padi Fungsional".
Menurut dia, meningkatnya kesejahteraan rata-rata penduduk Indonesia, telah menyebabkan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat, terutama pada golongan masyarakat menengah ke atas, sehingga prevalensi penyakit degeneratif seperti diabetes melitus (DM), hipertensi, jantung coroner dan kanker meningkat dari tahun ke tahun.
Ia bersama tim peneliti di Laboratorium Pemuliaan dan Bioteknologi melakukan perakitan padi fungsional dengan menghasilkan terobosan baru berupa padi fungsional berdaya hasil tinggi aromatik dengan kandungan antosianin tinggi, dan padi kaya antosianin dan aromatik (Suprayogi et al., 2019), dan padi kaya antosianin dengan IG rendah (Suprayogi et al., 2016).
"Jenis padi yang demikian sangat bermanfaat untuk program kesehatan masyarakat dalam rangka mengurangi prevalensi penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, dan kanker," ungkapnya.
Dalam sambutannya, Rektor Unsoed Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc., Agr., IPU mengatakan bahwa perguruan tinggi adalah ladang persemaian ide dan gagasan bertumbuh, serta menjadi kawah chandradimuka kemajuan.
Menurut dia, semangatnya adalah bagaimana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, sebuah bangsa, suatu peradaban menjadi tumbuh dan berkembang dalam sepenuh kemuliaan.
Baca juga: IESP FEB Unsoed gelar Midyear International Conference 2023
"Sejatinya institusi pendidikan tinggi harus dapat merefleksikan apa dan bagaimana kediriannya di masyarakat. Hal inilah yang juga diyakini oleh Unsoed, di mana melalui ilmu pengetahuan yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan, kita menjadi civitas academica yang berkarakter, berkontribusi, diakui dan berpuncak pada dihormati dan disegani. Sehingga, apa yang menjadi visi kita bersama, yakni diakui dunia sebagai pusat pengembangan sumberdaya perdesaan dan kearifan lokal, insyaallah akan kita wujudkan," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa keberadaan seorang guru besar dan profesor akan menjadi daya dorong akselerasi kampus untuk semakin maju dan bermanfaat.
Menurut dia, profesor adalah refleksi seorang pendidik sekaligus ilmuwan profesional yang mumpuni, yang dapat menggerakkan perubahan yang sifatnya transformatif.
"Pemikiran para keempat profesor ini, sejatinya tidak saja mencerminkan tingginya mutu intelektualitas yang dimiliki, melainkan juga mencerminkan kearifan yang mendalam. Oleh karenanya, kiranya beliau-beliau ini sungguh menjadi teladan bagi kita seluruh civitas academica, agar dapat mengikuti jejak kecendekiawanan dan keadabannya," tegas Rektor.
Baca juga: Unsoed Purwokerto dan PNU Thailand perkuat kerja sama bidang pendidikan-riset
Baca juga: Akademisi Unsoed : Hak anak belum sepenuhnya diberikan
Keempat profesor yang dikukuhkan terdiri atas Prof. Dr. Nur Aini, S.T.P., M.P. sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknologi Pangan, Prof. Dr. Pudji Widodo, M.Sc. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Taksonomi Tumbuhan, Prof. Dr. Edy Suyanto, M.Si. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi Lingkungan, dan Prof. Ir. Suprayogi, M.Sc., Ph.D. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman.
Dalam orasi ilmiah yang berjudul "Rekayasa Proses Pengolahan Jagung Menjadi Pangan Fungsional Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Mempertahankan Kesehatan", Prof. Dr. Nur Aini, S.T.P., M.P. mengatakan bahwa rekayasa proses pengolahan jagung, khususnya dengan teknologi fermentasi dapat menjadikan pangan yang bergizi, menyehatkan, dan disukai.
"Dengan teknologi pengolahan yang tepat, pengolahan jagung dapat menjadi solusi terkait ketahanan pangan dan menjaga kesehatan bagi semua kelompok masyarakat, termasuk yang berkebutuhan pangan khusus, sehingga menjadikan Indonesia lebih bermartabat," jelasnya.
Sementara dalam orasi ilmiah berjudul "Flora Indonesia: Eksplorasi, Penemuan Baru, dan Implikasinya", Prof. Dr. Pudji Widodo, M.Sc. mengatakan setiap kegiatan pembangunan harus mempertimbangkan kondisi lingkungan, baik abiotik maupun biotik.
Baca juga: Unsoed fasilitasi kerja sama PTN dan LLDikti Jateng-DIY
Menurut dia, kegiatan pembangunan harus memperhatikan kondisi keadaan ekosistem, spesies, dan genetik, sehingga keanekaragaman ekosistem, spesies, serta genetik sebaiknya tidak dikesampingkan.
Dalam hal ini, kata dia, semua kegiatan konservasi diawali dari pengetahuan tentang keanekaragaman tumbuhan yang ada di suatu tempat.
"Tanpa pengetahuan ini, maka proses konservasi tidak bisa dilakukan. Melestarikan kekayaan flora tidak hanya dilihat dari sisi apakah ia bermanfaat atau tidak pada saat ini. Masih banyak rahasia alam yang belum terungkap. Kita harus yakin, kemajuan ilmu pengetahuan ke depan, akan menjawab misteri kekayaan alam. Optimisme tinggi bernuansa ibadah harus terus dibangkitkan untuk menjadikan anak cucu bangga dengan warisan kita berupa kekayaan biodiversitas," katanya.
Dalam orasi ilmiah berjudul "Ekosentrisme (The Deep Ecology) Model Etika Lingkungan Dalam Pengelolaan Sampah Lintas Rumah Tangga Berbasis Partisipasi: Upaya Mewujudkan Zero Waste Mendukung Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan", Prof. Dr. Edy Suyanto, M.Si. menggunakan pendekatan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dalam mendukung pembangunan lingkungan berkelanjutan, yaitu menggunakan salah satu model etika lingkungan, yaitu Paham Ekosentrisme (The Deep Ecology) yang merupakan gerakan lingkungan dalam kajian sosiologi lingkungan.
Menurut dia, pengelolaan sampah sangat memungkinkan dipadukan dengan paradigma Ekosentrisme.
"Dasar pertama paradigma ini adalah hubungan harmonis manusia dengan alam dan lingkungan. Kemudian bertujuan menciptakan keberlanjutan lingkungan, penyelesaian lingkungan dengan teknologi yang sesuai, kebutuhan dasar daur ulang, partisipastoris atau sistem demokratis menjadi mutlak diperlukan, dan desentralisasi atau skala kecil, terintegrasi, dan secara sosial," jelasnya.
Baca juga: Jaga ekosistem pesisir, Unsoed kerja sama dengan industri nasional-global
Sementara Prof. Ir. Suprayogi, M.Sc., Ph.D. menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Pengembangan Teknologi Marka DNA Untuk Meningkatkan Efisiensi Metoda Seleksi Pada Perakitan Varietas Padi Fungsional".
Menurut dia, meningkatnya kesejahteraan rata-rata penduduk Indonesia, telah menyebabkan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat, terutama pada golongan masyarakat menengah ke atas, sehingga prevalensi penyakit degeneratif seperti diabetes melitus (DM), hipertensi, jantung coroner dan kanker meningkat dari tahun ke tahun.
Ia bersama tim peneliti di Laboratorium Pemuliaan dan Bioteknologi melakukan perakitan padi fungsional dengan menghasilkan terobosan baru berupa padi fungsional berdaya hasil tinggi aromatik dengan kandungan antosianin tinggi, dan padi kaya antosianin dan aromatik (Suprayogi et al., 2019), dan padi kaya antosianin dengan IG rendah (Suprayogi et al., 2016).
"Jenis padi yang demikian sangat bermanfaat untuk program kesehatan masyarakat dalam rangka mengurangi prevalensi penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, dan kanker," ungkapnya.
Dalam sambutannya, Rektor Unsoed Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc., Agr., IPU mengatakan bahwa perguruan tinggi adalah ladang persemaian ide dan gagasan bertumbuh, serta menjadi kawah chandradimuka kemajuan.
Menurut dia, semangatnya adalah bagaimana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, sebuah bangsa, suatu peradaban menjadi tumbuh dan berkembang dalam sepenuh kemuliaan.
Baca juga: IESP FEB Unsoed gelar Midyear International Conference 2023
"Sejatinya institusi pendidikan tinggi harus dapat merefleksikan apa dan bagaimana kediriannya di masyarakat. Hal inilah yang juga diyakini oleh Unsoed, di mana melalui ilmu pengetahuan yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan, kita menjadi civitas academica yang berkarakter, berkontribusi, diakui dan berpuncak pada dihormati dan disegani. Sehingga, apa yang menjadi visi kita bersama, yakni diakui dunia sebagai pusat pengembangan sumberdaya perdesaan dan kearifan lokal, insyaallah akan kita wujudkan," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa keberadaan seorang guru besar dan profesor akan menjadi daya dorong akselerasi kampus untuk semakin maju dan bermanfaat.
Menurut dia, profesor adalah refleksi seorang pendidik sekaligus ilmuwan profesional yang mumpuni, yang dapat menggerakkan perubahan yang sifatnya transformatif.
"Pemikiran para keempat profesor ini, sejatinya tidak saja mencerminkan tingginya mutu intelektualitas yang dimiliki, melainkan juga mencerminkan kearifan yang mendalam. Oleh karenanya, kiranya beliau-beliau ini sungguh menjadi teladan bagi kita seluruh civitas academica, agar dapat mengikuti jejak kecendekiawanan dan keadabannya," tegas Rektor.
Baca juga: Unsoed Purwokerto dan PNU Thailand perkuat kerja sama bidang pendidikan-riset
Baca juga: Akademisi Unsoed : Hak anak belum sepenuhnya diberikan