Cilacap, Jateng (ANTARA) - Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP/Basarnas) Cilacap melakukan pencarian terhadap seorang nelayan yang menjadi korban dalam peristiwa terbaliknya perahu katir dengan nama lambung "Tunggal Asih" di pantai selatan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

"Berdasarkan laporan yang kami terima, sebuah perahu katir yang membawa dua orang nelayan terbalik di pantai sekitar TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Pasir, Kebumen, tadi pagi, sekitar pukul 06.30 WIB," kata Kepala Basarnas Cilacap Adah Sudarsa di Cilacap, Senin.

Menurut dia, peristiwa nahas tersebut terjadi saat perahu katir yang ditumpangi Parwono (42) dan Sodiran, warga Desa Srati RT 03 RW 03, Kecamatan Ayah, Kebumen, dalam perjalanan menuju tengah laut untuk mencari ikan.

Akan tetapi dalam perjalanan, kata dia, perahu katir tersebut dihantam gelombang hingga akhirnya terbalik dan dua nelayan yang di atasnya jatuh ke perairan

"Korban atas nama Parwono dapat diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian, sedangkan Sodiran hilang dan hingga saat ini masih dalam pencarian," katanya.

Pihaknya telah menerjunkan satu regu Basarnas Cilacap ke lokasi kejadian guna mencari dan menolong korban atas nama Sodiran.

Menurut dia, tim penolong dari Basarnas membawa berbagai peralatan pertolongan di air seperti satu unit perahu karet, dua set alat selam, dan peralatan pendukung lainnya.

Sebelumnya, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di laut selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta pada hari Senin (10/7) hingga Selasa (11/7).

Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang 2,5-4 meter yang masuk kategori tinggi masih berpotensi terjadi di perairan selatan Sukabumi, perairan selatan Cianjur, perairan selatan Garut, perairan selatan Tasikmalaya, perairan selatan Pangandaran, perairan selatan Cilacap, perairan selatan Kebumen, perairan selatan Purworejo, dan perairan selatan Yogyakarta.

Bahkan, lanjut dia, tinggi gelombang 4-6 meter yang masuk kategori sangat tinggi masih berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Jabar, Samudra Hindia selatan Jateng, dan Samudra Hindia selatan DIY.

Ia mengatakan potensi terjadinya gelombang tinggi hingga sangat tinggi itu dipengaruhi oleh pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan yang bergerak dari arah timur hingga tenggara dengan kecepatan 8-25 knot.

"Oleh karena itu, hari ini kami kembali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah tersebut yang berlaku hingga Selasa (11/7) dan akan segera diperbarui jika ada perkembangan lebih lanjut," demikian Teguh Wardoyo.

Baca juga: Pemancing asal Kudus dikabarkan tenggelam di perairan Jepara

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024