Kudus (ANTARA) - Seremoni penjamasan keris Kiai Cinthaka peninggalan Sunan Kudus pada Senin dilaksanakan di kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus di Jawa Tengah.
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Abdul Jalil di Kudus, Senin, menyampaikan bahwa prosesi penjamasan keris dan dua tombak peninggalan Sunan Kudus dilaksanakan setelah hari tasyrik.
Ritual penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kudus diawali dengan ziarah ke Makam Sunan Kudus dan dilanjutkan dengan pengambilan dan penurunan keris Kiai Cinthaka yang ada di dalam peti di bagian atas pendapa tajuk.
Setelah itu, keris disiram hingga tiga kali menggunakan banyu landa, sebutan air rendaman merang ketan hitam dalam bahasa Jawa.
Keris lalu dibersihkan lagi menggunakan air jeruk nipis dan dijemur di atas sekam ketan hitam oleh ahli penjamasan, Haji Faqihuddin.
Air jeruk nipis dipercaya dapat mencegah karat pada benda pusaka yang berumur ratusan tahun itu.
Ritual serupa dilakukan pada dua tombak peninggalan Sunan Kudus.
Prosesi penjamasan keris dan tombak dilanjutkan dengan acara makan bersama dengan menu khas "jajan pasar" dan nasi opor ayam.
Nasi opor ayam, yang merupakan makanan kesukaan Sunan Kudus, baru dihidangkan setelah prosesi penjamasan belasan tahun yang lalu.
Abdul Jalil menyampaikan bahwa upacara penjamasan keris peninggalan Sunan Kudus telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah.
"Penetapan warisan budaya tak benda tersebut juga bersamaan dengan penetapan warisan budaya tak benda lainnya seperti buka luwur dan dandangan," katanya, tanpa menyebutkan kapan tepatnya penetapan tersebut.
Baca juga: 2 gamelan Keraton Surakarta diarak sebagai penanda sekaten
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Abdul Jalil di Kudus, Senin, menyampaikan bahwa prosesi penjamasan keris dan dua tombak peninggalan Sunan Kudus dilaksanakan setelah hari tasyrik.
Ritual penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kudus diawali dengan ziarah ke Makam Sunan Kudus dan dilanjutkan dengan pengambilan dan penurunan keris Kiai Cinthaka yang ada di dalam peti di bagian atas pendapa tajuk.
Setelah itu, keris disiram hingga tiga kali menggunakan banyu landa, sebutan air rendaman merang ketan hitam dalam bahasa Jawa.
Keris lalu dibersihkan lagi menggunakan air jeruk nipis dan dijemur di atas sekam ketan hitam oleh ahli penjamasan, Haji Faqihuddin.
Air jeruk nipis dipercaya dapat mencegah karat pada benda pusaka yang berumur ratusan tahun itu.
Ritual serupa dilakukan pada dua tombak peninggalan Sunan Kudus.
Prosesi penjamasan keris dan tombak dilanjutkan dengan acara makan bersama dengan menu khas "jajan pasar" dan nasi opor ayam.
Nasi opor ayam, yang merupakan makanan kesukaan Sunan Kudus, baru dihidangkan setelah prosesi penjamasan belasan tahun yang lalu.
Abdul Jalil menyampaikan bahwa upacara penjamasan keris peninggalan Sunan Kudus telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah.
"Penetapan warisan budaya tak benda tersebut juga bersamaan dengan penetapan warisan budaya tak benda lainnya seperti buka luwur dan dandangan," katanya, tanpa menyebutkan kapan tepatnya penetapan tersebut.
Baca juga: 2 gamelan Keraton Surakarta diarak sebagai penanda sekaten