Boyolali (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengimbau masyarakat tetap harus waspada dan berhati-hati dalam pembelian hewan kurban setelah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) menjelang Idul Adha 1444 Hijriah.

Masyarakat tetap harus waspada pembelian hewan kurban yang harus memenuhi ketentuan kesehatan hewan. Jadi pada saatnya nanti ketika akan disembelih sudah benar-benar memenuhi secara syariat atau tentang ketentuan kesehatan hewannya, kata Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali, Lusia Dyah Suciati, di Boyolali, Kamis.

"Jadi kadang bukan Zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Jadi tidak beresiko dengan konsumennya tetapi penularan kepada sesama hewan terutama penyakit mulut dan kuku (PMK)," kata Lusia Dyah Suciati.

Dia mengatakan Disnakkan ke depan seperti tahun-tahun sebelumnya menurunkan tim kesehatan melakukan pengecekan kesehatan hewan kurban yang baik sebelum disembelih maupun setelah disembelih. Jadi post mortem dan ante mortem merupakan istilah untuk data-data yang dikumpulkan untuk proses identifikasi untuk hewan ternak.

"Biasanya untuk kesehatan hewan ternak di tempat-tempat penampungan yang dapat diatur sepekan sebelumnya hari H Idul Adha ke lapangan," katanya.

Kegiatan pengecekan kesehatan hewan ternak di pasar-pasar hewan masih terus berlanjut dan tim yyang diturunkan di wilayah UPT masing-masing. Jadi setiap ada pasaran ada tim yang di sana untuk mengantisipasi adanya penyakit PMK dan Lumpy Skin Disease (LSD) untuk bisa mengurangi resiko penularan ke ternak lainnya.

Dia mengimbau masyarakat untuk berhati-hati sekarang banyak sekali wabah yang sifatnya mudah menular. Kalau mau membeli hewan ternak yang menunjukkan gejala klinis sebaiknya dihindari. Jadi hewan yang benar-benar sudah divaksin selama dalam jangka waktu tertentu atau tempo masa inkubasi itu.

Hewan sapi sekarang kalau dilalulintaskan ada ketentuannya minimal satu kali vaksin PMK dan LSD. Jika belum dilakukan vaksin maka perlu dilakukan uji labotarium kesehatan hewannya.

Dia mengatakan sekarang setelah wabah penyakit hewan ternak ada program Erteg atau informasi tentang identitas kesehatan hewan ternak. Hal ini, bisa dilihat bar code ini tekah divaksin atau belum. Sebaiknya tetap menggunakan hal itu. Pembeli harus melihat tanda identitas hewan ternak.

Sementara itu, populasi hewan ternak sapi di Boyolali hingga kini masih aman 160.431 ekor yang terdiri atas sapi potong sebanyak 99.727 ekor, dan sapi perah 60.604 ekor. Pihaknya berharap populasi sapi tahun ini bisa naik sekitar 20 persen. 

Baca juga: Dinas Pertanian Kudus belum temukan hewan ternak berpenyakit

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024