Semarang (ANTARA) - Kesadaran (awareness) terhadap isu-isu politik menjadi alasan Generasi Z di kampus UIN Walisongo Semarang dan UIN Salatiga menggelar sharing season tentang pemasaran politik.

Oleh karena itu, mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang dan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, UIN Salatiga, menghelat obrolan Political Marketing 4.0.

Obrolan tersebut mengambil tema Polling dan Political Marketing di Era 4.0. Kegiatan yang dipelopori oleh Alifa Nur Fitri sebagai dosen Komunikasi Politik dan Wuri Arenggoasih sebagai dosen Marketing-PR.

Kegiatan sharing season ini berlangsung melalui Zoom dan diikuti oleh Mahasiswa UIN Walisongo dan UIN Salatiga. Kegiatan ini merupakan perwujudan Merdeka Belajar dari dua kampus. Mereka adalah mahasiswa mata kuliah Komunikasi Politik dan Marketing Public Relations. 

Dalam sesi pertama, Political Marketing Communication 4.0 dijelaskan sebagai konsep transformasi strategi era digital. Konsep ini bisa menjadi dasar pemikiran terlebih pemilih Indonesia mayoritas adalah generasi Z seperti mahasiswa yang menggunakan media digital secara optimal. 

Wuri Arenggoasih menyampaikan, "Merinci Marketing 4.0 adalah transformasi mewujudkan segmentasi dan targetting menjadi customer community confirm, positioning differentiation menjadi brand clarification (menguatkan karakter dan kode kandidat), memiliki konsep the Four C (Creation, Currency, Communal Action), serta menguatkan kolaborasi dan empati antar pemilih, ujarnya.

Pada masa sekarang saat menjelang Pemilu 2024, poling terkait elektabilitas kandidat politik mulai dibagikan dan bisa menjadi pandangan bahkan mempengaruhi kandidat ataupun calon pemilih. Hal inilah yang disampaikan Alifa Nur Fitri saat menjelaskan materi signifikansi poling dalam Political Marketing. 

Alifa Nur Fitri menyampaikan, "Informasi poling sebagai data yang diperoleh dari proses pengambilan di lapangan menjadi pendekatan berbasis data dan monitoring real-time antara kandidat-pemilih bahkan hasilnya bisa terus berubah hingga hari pemilihan."

Sebagai negara demokrasi yang mengadakan pemilihan tiap 5 tahun, tentu harapannya dari kegiatan ini bisa meningkatkan awarness di masa jelang pemilu dari mahasiswa sebagai akademisi untuk menjadikan bahan pembelajaran dan pengembangan diri. ***

 

Pewarta : ksm
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024