Semarang (ANTARA) - Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana menyebutkan progres pembangunan tanggul laut di wilayah Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah, saat ini mencapai 15 persen di sisi timur.
"Saat ini, progres fisiknya sudah 15 persen di sisi timur. Kami saat ini sedang mulai membuka yang sisi barat," kata Kepala BBWS Pemali Juana, Harya Muldianto di Semarang, Rabu.
Untuk pembebasan lahan, kata dia, sudah tuntas sehingga pengerjaan sudah bisa dimulai dari kedua sisi, yakni timur dan barat yang diharapkan semakin memudahkan dan mempercepat penyelesaian.
"Lahan sudah beres, sudah tuntas dengan arah kedua sisi sehingga bisa mempercepat proses penyelesaian. Kami berharap tahun ini bisa menutup tanggulnya," katanya.
Menurut dia, pembangunan tanggul laut yang ditangani pemerintah pusat dengan anggaran Rp245 miliar tersebut memang dimaksudkan untuk mengantisipasi rob atau air pasang ke daratan.
Jadi, kata dia, di sepanjang garis pantai di kawasan Tambaklorok ditinggikan dengan adanya tanggul untuk menghindari air laut pasang meluap ke daratan.
"Untuk ketinggiannya (tanggul laut, red.) ada tiga meter yang tertinggi. Dari timur sudah berjalan, kalau dari barat masuk bisa ketemu. Akhir tahun, insya Allah akan dituntaskan," kata Harya.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan pembangunan tanggul laut di Tambaklorok itu dilakukan dengan perjanjian pinjam pakai dengan PT Pelindo sebagai pemilik lahan.
"Ini yang dipakai ada sekitar 1,8 kilometer persegi. Sebenarnya pemanfaatan lahan kecil, hanya di pinggir cuma tetap milik Pelindo. Walaupun kecil, jadi salah kalau tidak pinjam," katanya.
Untuk pembebasan lahan, kata Hevearita sebenarnya tidak membutuhkan banyak, tetapi untuk sisi barat memang perlu pembebasan 28 bidang untuk manuver kendaraan-kendaraan proyek.
"Pembangunan ada dua mungkin nanti, dari barat dan timur. Dari timur kan sudah dikerjakan karena tidak ada pembebasan, dari barat sudah mulai dibebaskan lahannya, sudah bisa dimulai pengerjaannya," katanya.
Dengan keberadaan tanggul laut di Tambaklorok, Ita berharap persoalan rob dan banjir di pesisir Kota Semarang bisa teratasi, setidaknya bisa bertahan sampai 20 tahun mendatang.
"Saat ini, progres fisiknya sudah 15 persen di sisi timur. Kami saat ini sedang mulai membuka yang sisi barat," kata Kepala BBWS Pemali Juana, Harya Muldianto di Semarang, Rabu.
Untuk pembebasan lahan, kata dia, sudah tuntas sehingga pengerjaan sudah bisa dimulai dari kedua sisi, yakni timur dan barat yang diharapkan semakin memudahkan dan mempercepat penyelesaian.
"Lahan sudah beres, sudah tuntas dengan arah kedua sisi sehingga bisa mempercepat proses penyelesaian. Kami berharap tahun ini bisa menutup tanggulnya," katanya.
Menurut dia, pembangunan tanggul laut yang ditangani pemerintah pusat dengan anggaran Rp245 miliar tersebut memang dimaksudkan untuk mengantisipasi rob atau air pasang ke daratan.
Jadi, kata dia, di sepanjang garis pantai di kawasan Tambaklorok ditinggikan dengan adanya tanggul untuk menghindari air laut pasang meluap ke daratan.
"Untuk ketinggiannya (tanggul laut, red.) ada tiga meter yang tertinggi. Dari timur sudah berjalan, kalau dari barat masuk bisa ketemu. Akhir tahun, insya Allah akan dituntaskan," kata Harya.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan pembangunan tanggul laut di Tambaklorok itu dilakukan dengan perjanjian pinjam pakai dengan PT Pelindo sebagai pemilik lahan.
"Ini yang dipakai ada sekitar 1,8 kilometer persegi. Sebenarnya pemanfaatan lahan kecil, hanya di pinggir cuma tetap milik Pelindo. Walaupun kecil, jadi salah kalau tidak pinjam," katanya.
Untuk pembebasan lahan, kata Hevearita sebenarnya tidak membutuhkan banyak, tetapi untuk sisi barat memang perlu pembebasan 28 bidang untuk manuver kendaraan-kendaraan proyek.
"Pembangunan ada dua mungkin nanti, dari barat dan timur. Dari timur kan sudah dikerjakan karena tidak ada pembebasan, dari barat sudah mulai dibebaskan lahannya, sudah bisa dimulai pengerjaannya," katanya.
Dengan keberadaan tanggul laut di Tambaklorok, Ita berharap persoalan rob dan banjir di pesisir Kota Semarang bisa teratasi, setidaknya bisa bertahan sampai 20 tahun mendatang.