Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menyatakan komitmennya memberantas penyakit tuberculosis (TBC) dengan memperluas jangkauan penyisiran terhadap orang-orang yang terduga atau suspek menderita TBC untuk mencegah terjadinya penularan.
"Tim penyisiran TBC yang sudah ada harus ditambah agar jangkauannya lebih luas lagi," kata Bupati Kudus Hartopo ditemui usai menghadiri Hari Tuberkulosis Sedunia di Hotel @Hom Kudus, Rabu.
Menurut dia, penyisiran memang menjadi kunci pemberantasan TBC, karena semakin banyak temuan, semakin cepat penanganan dan peluang kesembuhannya juga semakin besar, sehingga tidak menularkan kepada orang lain.
Dukungan anggarannya, kata dia, juga cukup besar yang berasal dari dana bagi hasil cukai dan hasil tembakau (DBHCHT) untuk pos kesehatan mencapai 40 persen dari alokasi DBHCHT 2023 yang diterima Kudus sebesar Rp238,52 miliar. Sehingga, kerjanya juga harus optimal dan jangan sekadar formalitas.
Ia mengajak masyarakat untuk tetap disiplin memakai masker demi mencegah penyebaran TBC, karena penularannya juga hampir sama dengan COVID-19 melalui droplet. Bahkan, dampaknya lebih berbahaya dibanding corona.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kudus Andini Aridewi mengungkapkan dari estimasi kasus sebanyak 2.476 kasus selama 2022, yang ditemukan sebanyak 2.351 kasus dan menjalani pengobatan. Sedangkan kasus meninggal tercatat ada 64 kasus atau 2,06 persen.
"Kami akan terus bekerja keras untuk melakukan penyisiran, jika ditemukan segera dilakukan pengobatan agar jumlah kasus meninggal bisa ditekan menjadi 1,5 persen," ujarnya.
Dalam melakukan pemberantasan TBC, Dinkes Kudus tidak hanya melibatkan Puskesmas dan rumah sakit daerah, tetapi juga melibatkan dokter praktik mandiri (DPM), dokter praktik swasta (DPS), klinik serta kader.
Sejumlah perusahaan di Kudus, kata dia, juga didorong untuk menyiapkan kader TBC, sehingga ketika ada suspek mereka mengetahui cara penanganannya agar tidak terjadi penularan. Selain itu, kader tersebut juga akan menjadi duta dalam berperilaku hidup sehat.
Baca juga: Dinkes lakukan pemeriksaan tuberkulosis di Rutan Temanggung
"Tim penyisiran TBC yang sudah ada harus ditambah agar jangkauannya lebih luas lagi," kata Bupati Kudus Hartopo ditemui usai menghadiri Hari Tuberkulosis Sedunia di Hotel @Hom Kudus, Rabu.
Menurut dia, penyisiran memang menjadi kunci pemberantasan TBC, karena semakin banyak temuan, semakin cepat penanganan dan peluang kesembuhannya juga semakin besar, sehingga tidak menularkan kepada orang lain.
Dukungan anggarannya, kata dia, juga cukup besar yang berasal dari dana bagi hasil cukai dan hasil tembakau (DBHCHT) untuk pos kesehatan mencapai 40 persen dari alokasi DBHCHT 2023 yang diterima Kudus sebesar Rp238,52 miliar. Sehingga, kerjanya juga harus optimal dan jangan sekadar formalitas.
Ia mengajak masyarakat untuk tetap disiplin memakai masker demi mencegah penyebaran TBC, karena penularannya juga hampir sama dengan COVID-19 melalui droplet. Bahkan, dampaknya lebih berbahaya dibanding corona.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kudus Andini Aridewi mengungkapkan dari estimasi kasus sebanyak 2.476 kasus selama 2022, yang ditemukan sebanyak 2.351 kasus dan menjalani pengobatan. Sedangkan kasus meninggal tercatat ada 64 kasus atau 2,06 persen.
"Kami akan terus bekerja keras untuk melakukan penyisiran, jika ditemukan segera dilakukan pengobatan agar jumlah kasus meninggal bisa ditekan menjadi 1,5 persen," ujarnya.
Dalam melakukan pemberantasan TBC, Dinkes Kudus tidak hanya melibatkan Puskesmas dan rumah sakit daerah, tetapi juga melibatkan dokter praktik mandiri (DPM), dokter praktik swasta (DPS), klinik serta kader.
Sejumlah perusahaan di Kudus, kata dia, juga didorong untuk menyiapkan kader TBC, sehingga ketika ada suspek mereka mengetahui cara penanganannya agar tidak terjadi penularan. Selain itu, kader tersebut juga akan menjadi duta dalam berperilaku hidup sehat.
Baca juga: Dinkes lakukan pemeriksaan tuberkulosis di Rutan Temanggung