Purwokerto (ANTARA) - Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Tegar Roli Anugrafianto optimistis kebijakan Merdeka Belajar Episode 23 Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dapat meningkatkan literasi anak-anak Indonesia.
"Terobosan Merdeka Belajar Episode 23 merupakan jawaban atas tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia, akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.
Bahkan berdasarkan hasil asesmen nasional tahun 2021, kata dia, satu dari dua peserta didik jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) belum mencapai kompetensi minimum literasi.
Dengan demikian, lanjut dia, Indonesia saat ini sedang mengalami darurat literasi karena skor literasi anak-anak masih rendah dan belum meningkat secara signifikan.
Ia menilai kebijakan Merdeka Belajar Episode 23 yang mengusung tema Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia merupakan langkah tepat Kemendikbudristek.
"Itu karena berdasarkan kajian Kemendikbudristek, penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurangnya atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik," kata Direktur Penerbit Amerta Media itu.
Tegar mengakui upaya Kemendikbudristek dalam penyediaan buku bacaan bermutu telah dipersiapkan secara maksimal, mulai dari proses pemilihan yang menghasilkan 560 judul buku dari pelatihan penulis/ilustrator lokal, terjemahan bahasa daerah maupun bahasa asing ke bahasa Indonesia, serta modul literasi numerasi siswa SD kelas 1-6.
Menurut dia, ratusan judul buku yang telah terpilih itu selanjutnya dijenjangkan, diverifikasi, dan dapat diakses publik secara gratis melalui platform digital Kemendikbudristek.
"Kalau sebelumnya, selain buku bacaan belum sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak, buku-buku bacaan juga bermutu kurang banyak tersedia di perpustakaan dan pojok baca sekolah," jelasnya.
Oleh karena itu, kata dia, Kemendibudristek mencetak 560 judul buku bacaan bermutu yang telah dipilih tersebut dan selanjutnya didistribusikan ke sekolah-sekolah di berbagai daerah.
Dalam hal ini Kemendikbudristek telah mendistribusikan sebanyak 560 judul buku bacaan bermutu dengan total 15.356.486 eksemplar ke sekolah-sekolah.
Dosen FKIP UMP lainnya Yudha Febrianta mengatakan program tersebut tidak akan sukses jika guru-gurunya tidak termotivasi untuk membacakan buku kepada siswa dan mendorong anak-anak untuk membaca buku.
Dengan adanya bantuan buku itu, kata dia, para peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk membaca karena buku yang hadir menyenangkan, baik dari sampul, judul, gambar, maupun ceritanya.
"Anak sangat tertarik dan senang karena dibanding dengan buku-buku yang sudah ada di perpustakaan, buku-buku bantuan itu lebih menarik dan bergambar," katanya.
Dengan demikian, kata dia, kebijakan Merdeka Belajar Episode 23 memiliki manfaat yang sangat luar biasa karena selain menumbuhkan minat baca anak, juga merangsang anak untuk giat membaca dan belajar.
"Terobosan Merdeka Belajar Episode 23 merupakan jawaban atas tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia, akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.
Bahkan berdasarkan hasil asesmen nasional tahun 2021, kata dia, satu dari dua peserta didik jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) belum mencapai kompetensi minimum literasi.
Dengan demikian, lanjut dia, Indonesia saat ini sedang mengalami darurat literasi karena skor literasi anak-anak masih rendah dan belum meningkat secara signifikan.
Ia menilai kebijakan Merdeka Belajar Episode 23 yang mengusung tema Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia merupakan langkah tepat Kemendikbudristek.
"Itu karena berdasarkan kajian Kemendikbudristek, penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurangnya atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik," kata Direktur Penerbit Amerta Media itu.
Tegar mengakui upaya Kemendikbudristek dalam penyediaan buku bacaan bermutu telah dipersiapkan secara maksimal, mulai dari proses pemilihan yang menghasilkan 560 judul buku dari pelatihan penulis/ilustrator lokal, terjemahan bahasa daerah maupun bahasa asing ke bahasa Indonesia, serta modul literasi numerasi siswa SD kelas 1-6.
Menurut dia, ratusan judul buku yang telah terpilih itu selanjutnya dijenjangkan, diverifikasi, dan dapat diakses publik secara gratis melalui platform digital Kemendikbudristek.
"Kalau sebelumnya, selain buku bacaan belum sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak, buku-buku bacaan juga bermutu kurang banyak tersedia di perpustakaan dan pojok baca sekolah," jelasnya.
Oleh karena itu, kata dia, Kemendibudristek mencetak 560 judul buku bacaan bermutu yang telah dipilih tersebut dan selanjutnya didistribusikan ke sekolah-sekolah di berbagai daerah.
Dalam hal ini Kemendikbudristek telah mendistribusikan sebanyak 560 judul buku bacaan bermutu dengan total 15.356.486 eksemplar ke sekolah-sekolah.
Dosen FKIP UMP lainnya Yudha Febrianta mengatakan program tersebut tidak akan sukses jika guru-gurunya tidak termotivasi untuk membacakan buku kepada siswa dan mendorong anak-anak untuk membaca buku.
Dengan adanya bantuan buku itu, kata dia, para peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk membaca karena buku yang hadir menyenangkan, baik dari sampul, judul, gambar, maupun ceritanya.
"Anak sangat tertarik dan senang karena dibanding dengan buku-buku yang sudah ada di perpustakaan, buku-buku bantuan itu lebih menarik dan bergambar," katanya.
Dengan demikian, kata dia, kebijakan Merdeka Belajar Episode 23 memiliki manfaat yang sangat luar biasa karena selain menumbuhkan minat baca anak, juga merangsang anak untuk giat membaca dan belajar.