Semarang (ANTARA) - Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama pengembangan pariwisata dan budaya antara Pemerintah Kota Surakarta dengan Pemerintah Kota Semarang.
Penandatanganan MoU dilakukan putra sulung Presiden Joko Widodo itu dengan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di sela prosesi pawai Dugderan di halaman Balai Kota Semarang, Selasa.
"Alhamdulillah, Dugderan ini dilengkapi dengan penandatanganan kerja sama terkait pariwisata antara Pemkot Solo dan Pemkot Semarang," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Selasa.
Menurut dia, sejarah Kota Semarang sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari Keraton Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta yang merupakan bagian dari Kerajaan Mataram.
"Karena sejarah Semarang tidak bisa dilepaskan dari Kesunanan
(Surakarta, red.) dan Kesultanan (Ngayogyakarta, red.), karena dari Mataram ya. Kami merencanakan membuat 'telling story' keterikatan Solo dengan Kota Semarang," katanya.
Kerja sama yang akan dilakukan juga mencakup penelitian dan penggalian situs-situs warisan budaya yang ada di Semarang dan Solo.
"Kami juga akan bekerja sama dalam hal penelitian sejarah situs-situs warisan budaya dari Kota Semarang dan Solo," katanya.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming berharap, sektor budaya dan pariwisata di kedua kota besar Jawa Tengah itu semakin hidup dan saling mendukung karena terhubung dari sisi transportasi dan kebudayaan.
"Harapannya, kegiatan-kegiatan kebudayaan dan pariwisata bisa dilaksanakan oleh Pemkot Solo dan Pemkot Semarang. Kan sudah ada tol yang menghubungkan Semarang dan Solo jadi dekat," katanya.
Dengan adanya kerja sama itu, ia mengatakan tidak ada lagi kegiatan-kegiatan di kedua kota dengan jadwal saling berbenturan sehingga tidak membingungkan masyarakat.
"Ya, harapannya bisa sinergi, terutama terkait jadwal 'event' (kegiatan) agar tidak bertabrakan antara Solo dan Semarang," katanya.
Penandatanganan MoU dilakukan putra sulung Presiden Joko Widodo itu dengan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di sela prosesi pawai Dugderan di halaman Balai Kota Semarang, Selasa.
"Alhamdulillah, Dugderan ini dilengkapi dengan penandatanganan kerja sama terkait pariwisata antara Pemkot Solo dan Pemkot Semarang," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Selasa.
Menurut dia, sejarah Kota Semarang sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari Keraton Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta yang merupakan bagian dari Kerajaan Mataram.
"Karena sejarah Semarang tidak bisa dilepaskan dari Kesunanan
(Surakarta, red.) dan Kesultanan (Ngayogyakarta, red.), karena dari Mataram ya. Kami merencanakan membuat 'telling story' keterikatan Solo dengan Kota Semarang," katanya.
Kerja sama yang akan dilakukan juga mencakup penelitian dan penggalian situs-situs warisan budaya yang ada di Semarang dan Solo.
"Kami juga akan bekerja sama dalam hal penelitian sejarah situs-situs warisan budaya dari Kota Semarang dan Solo," katanya.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming berharap, sektor budaya dan pariwisata di kedua kota besar Jawa Tengah itu semakin hidup dan saling mendukung karena terhubung dari sisi transportasi dan kebudayaan.
"Harapannya, kegiatan-kegiatan kebudayaan dan pariwisata bisa dilaksanakan oleh Pemkot Solo dan Pemkot Semarang. Kan sudah ada tol yang menghubungkan Semarang dan Solo jadi dekat," katanya.
Dengan adanya kerja sama itu, ia mengatakan tidak ada lagi kegiatan-kegiatan di kedua kota dengan jadwal saling berbenturan sehingga tidak membingungkan masyarakat.
"Ya, harapannya bisa sinergi, terutama terkait jadwal 'event' (kegiatan) agar tidak bertabrakan antara Solo dan Semarang," katanya.