Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang  menggelar Karnaval Dugderan guna menyambut datangnya bulan Ramadhan 1444 Hijriah yang dilaksanakan selama dua hari yakni 20-21 Maret 2023.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso Poespojoedho menyampaikan bahwa prosesi karnaval Dugderan tahun ini akan sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

“Alhamdulillah, pandemi landai jadi kita akan selenggarakan prosesi Dugder seperti sedia kala, namun dengan format yang berbeda. Tahun-tahun lalu lebih sederhana, karena waktu itu belum memiliki alun-alun," katanya, di Semarang, Senin.

Saat ini, Alun-Alun Semarang sudah dibangun kembali dan telah diresmikan Presiden RI Joko Widodo sehingga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan sosial budaya dan kegiatan kemasyarakatan lainnya.

Ia menjelaskan prosesi karnaval Dugderan akan dilaksanakan selama dua hari, dimulai Senin ini, dan puncaknya akan dilaksanakan pada hari Selasa (21/3) besok.

"Sebagaimana yang biasa digelar H-2 sebelum puasa yaitu karnaval Dugder anak-anak SMP se-kota Semarang. Itu akan dilakukan hari ini, nanti sore akan diadakan prosesi pawai dari Simpang Lima hingga taman Indonesia Kaya mulai jam 15.00 WIB hingga sebelum Maghrib,” lanjut Wing.

Kemudian, pada Selasa (21/3) besok akan diadakan kegiatan kirab budaya prosesi Dugderan.dimulai pukul 13.00 WIB, dengan diawali di halaman Balaikota oleh Wali kota Semarang yang berperan sebagai Kanjeng Raden Mas Arya Adipati Purbaningrat.

"Namun, karena Wali kota sekarang adalah Ibu Wali kota, tentunya gelar juga akan berubah. Ibu Wali kota Semarang, nantinya akan memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum," ujarnya.

"Beliau juga yang akan mengawali melepas pawai prosesi Dugder dari halaman Balaikota Semarang menuju Alun-alun Masjid Agung Semarang," pungkasnya.

Sejarah prosesi Dugder sendiri dimulai sejak tahun 1881 Masehi oleh Kanjeng Raden Mas Arya Adipati Purbaningrat sebagai Bupati Semarang waktu itu.

Pada Dugderan tahun ini, Pemkot Semarang mengambil tema "Simpul Penguatan Kemajemukan Budaya Menuju Pemulihan Ekonomi" yang mengandung arti Kebangkitan perekonomian masyarakat Kota Semarang setelah pandemi COVID berakhir.

Jika tahun-tahun sebelumnya dalam prosesi Dugderan terdapat drumband dalam kemeriahan karnaval, untuk tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.

Tahun ini terdapat beberapa pasukan di antaranya pasukan bergada (kelompok atau grup prajurit) yang dikirimkan dari tiap-tiap perwakilan kecamatan di kota Semarang sejumlah 8 orang, dan setiap pasukan bergodo beranggotakan 40 personil.

Kemudian, dibagi menjadi empat kelompok pasukan Bergada yaitu; Bergada Watang Ki Ageng Pandanaran, Bergada Pedang Temeng Surohadimenggolo, dan Bergada Badui Reksanegara, serta partisipasi seluruh ibu-ibu lurah se-Kota Semarang yang tergabung dalam pasukan Bergada Sorogeni Gandewo Suromenggolo sejumlah 40 orang.

Dalam pelaksanaan kirab budaya dugder tidak menggunakan kendaraan bermesin semuanya menggunakan transportasi tradisional dari Balai Kota menuju Masjid Agung Semarang.

Selain untuk menjaga lingkungan, hal itu juga mengulang memori kolektif tradisi Dugder yang pernah diselenggarakan pada masa Bupati Semarang di era Kanjeng Raden Mas Arya Adipati Purbaningrat dengan menggunakan Kanjengan atribut Kadipaten Semarang pada tahun 1881 M.

Kegiatan ini akan diikuti pasukan Prajurit bergada, sarageni, KNPI, Banser, Muhammadiyah, remaja masjid, DMI, Semawis, Sobokarti, Pesantren, Panji Nusantara, Permadani, Tosan Aji dan Ngesti Pandowo.

Baca juga: 165 lapak meriahkan Pasar Dugderan Semarang

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024