Boyolali (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah, telah menyiapkan stok vaksin untuk mengantisipasi munculnya penyebaran virus avian influenza (AI) atau flu burung pada unggas di wilayah itu, terutama pada musim hujan.    

"Kasus AI atau flu burung sebenarnya muncul Indonesia dimulai sejak 2004. Meskipun kasusnya landai hanya satu atau dua kasus, tetap muncul setiap tahun pada musim hujan seperti sekarang ini," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakkan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah,  Drh Afiany Rifdania di Boyolali, Jumat .

Ia melanjutkan, AI adalah penyakit endemi  yang sudah ada di Indonesia sejak 2004. "Jadi harapannya peningkatan pemantauan dan vaksinasi yang harus dilakukan. Pencegahan penyakit AI sudah menjadi program tahunan sejak mewabah pada 2004 hingga sekarang," katanya.

Ia menambahkan, untuk antisipasi diantaranya dengan selalu menyediakan stok vaksin. "Untuk tahun ini, masih ada vaksin sebanyak 47.600 dosis jenis ND-AI.  Vaksin ND- AI merupakan gabungan dari vaksin pencegahan penyakit tetelo (ND) dan flu burung ( AI)," kata dia.

Disnakkan Kabupaten Boyolali mempunyai tim khusus AI yang dibentuk sejak lama. "Jadi ada yang dilatih oleh pusat pada zaman kasus AI masuk di Indonesia 2004," kata Afiany.

Afiany menjelaskan, virus AI sebenarnya mudah mati misal terkena sinar matahari, air panas,  dan air sabun.  AI timbul biasanya pada musim hujan seperti saat ini dan cuaca mendung tidak ada sinar matahari serta ternak di tempat kondisi tanah yang becek atau basah.

"Untuk kewaspadaan  kasus AI di Indonesia sebenarnya jenis  flu burung  masih sama yakni H5M1, tetapi muncul varian baru yakni 2344 B pada 2022 dan sudah terdeteksi masuk di Pulau Kalimantan, tetapi  di Jawa belum ada," katanya. 

Menurut dia, kalau kasus AI pada hewan ternak masih ada dan sering muncul namun hanya satu atau dua kasus. Karena sudah daerah endemis dan ternak sudah divaksin, maka antibodi unggas sudah terbentuk bagus. "Jadi pada saat waktu terkena kasus AI belum tentu satu peternakan terkena semua. Jika ada unggas yang tertular tidak akan menyebar ke mana-mana. Karena yang lain sudah divaksin," kata dia.

Oleh karena itu, Disnakkan Kabupaten Boyolali menyarankan masyarakat melakukan biosecurity yang terdiri dari pembersihan kandang dengan disinfektan yang disemprotkan, kemudian vaksinasi dan pembatasan lalu lintas ternak.

Pemerintah, kata dia menegaskan, hanya bisa menyarankan dan mendukung masyarakat agar sadar mencegah penyakit pada unggas atau hewan ternak mereka. "Kalau pemerintah telah menyediakan vaksin dan disinfektan dari pihak peternak harus menjaga kesehatan hewan ternak, intinya penanganan virus seperti itu. Namun, soal flu burung di Boyolali hingga saat ini, masih aman," ungkap Afiany.

Sementara itu, populasi unggas di Boyolali hingga Maret ini, ada sebanyak 2 juta ekor yang terdiri dari ayam potong, ayam telur, ayam kampung, burung puyuh, dan bebek. ***3***



 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024