Cilacap (ANTARA) - Setelah mengadakan "Seminar dan Pelatihan Keadaan Darurat Bencana Rumah Tangga" bagi para istri pekerja, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap kembali menggelar kegiatan yang sama dengan menyasar warga di Kecamatan Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Seminar yang digelar di Gedung Patra Graha, kompleks Head Office Kilang Cilacap, Rabu (8/2), diikuti 200 peserta dari anggota Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Pokdarkamtibmas), Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas/Hansip), perangkat RT/RW, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), serta para lurah dari Kelurahan Cilacap, Sidanegara, Lomanis, Donan, dan Kutawaru.
Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, serta Emergency and Insurance HSSE PT KPI RU IV.
Area Manager Communication, Relations, and CSR PT KPI RU IV Cecep Supriyatna mengatakan penanggulangan bencana bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah saja.
"Mitigasi bencana adalah tanggung jawab kita bersama dan dikolaborasikan dengan masyarakat secara aktif. Itulah mengapa kami mengadakan seminar tanggap darurat bencana ini khususnya bagi warga," jelasnya.
Sosialisasi diawali dengan pengenalan kode-kode bunyi sirene yang sewaktu-waktu terdengar dari Kilang Cilacap yang disampaikan oleh Yusuf Haidar dari tim Emergency and Insurance HSSE PT KPI RU IV.
"Bunyi sirene dikategorikan dalam tiga peringatan yang harus dipahami warga sekitar. Jika terjadi keadaan darurat, suara sirene yang dibunyikan secara bergelombang selama tiga menit," kata Yusuf.
Baca juga: Kolaborasi Kilang Cilacap-Moms Go Green kampanyekan gerakan pengelolaan sampah bagi siswa SMP
Dengan mengetahui kode bunyi sirene tersebut, kata dia, warga Cilacap diimbau tidak panik dan tetap menjaga suasana kondusif, sementara tim Pertamina mengatasi kejadian.
"Jika terdengar sirene selama enam menit terputus-putus, berarti perlu dilakukan evakuasi. Apabila keadaan sudah aman maka ditandai dengan sirene tanpa putus selama satu menit," jelasnya.
Lebih lanjut, dia menginformasikan mengenai bunyi sirene yang rutin dinyalakan tiap hari Jumat, pukul 06.30 WIB.
"Ini merupakan langkah antisipasi dan pengecekan rutin untuk memastikan sirene dalam keadaan aktif," kata Yusuf.
Narasumber berikutnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Tunggul Wulung Cilacap Taruna Mona Rachman bersama dua prakirawan BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo dan Adnan Dendy Mardika memaparkan tentang cuaca yang kini sulit untuk diprediksi.
Dalam kesempatan itu, Andan Dendy Mardika mengatakan hal itu terjadi karena adanya perubahan iklim global.
"Tercatat, dalam beberapa dekade terakhir tren pemanasan global yang terjadi tidak wajar. Hal ini memengaruhi iklim sehingga cuaca semakin sulit untuk diprediksi," jelasnya.
Ia juga mengimbau agar masyarakat mewaspadai peningkatan frekuensi sambaran petir saat puncak musim hujan.
"Potensi terjadinya sambaran petir di wilayah Cilacap tergolong tinggi karena dekat dengan laut. Hal ini patut pula diwaspadai oleh Pertamina," tegasnya.
Seperti pada seminar sebelumnya, narasumber dari BPBD Kabupaten Cilacap, Kelik Gunantoro kembali mengingatkan potensi gempa di Cilacap yang dapat menimbulkan tsunami.
"Wilayah Cilacap berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Ada salah satu zona utama tumbukan lempeng tektonik bumi sebagai sumber utama gempa bumi pencetus tsunami, yang letaknya tepat di bawah dasar laut sebelah selatan Cilacap," katanya.
Baca juga: Hijaukan Pulau Momongan, Kilang Cilacap tanam 2.023 bibit mangrove
Baca juga: Pertamina salurkan kompensasi pascarembesan pipa BBM di Cilacap
Seminar yang digelar di Gedung Patra Graha, kompleks Head Office Kilang Cilacap, Rabu (8/2), diikuti 200 peserta dari anggota Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Pokdarkamtibmas), Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas/Hansip), perangkat RT/RW, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), serta para lurah dari Kelurahan Cilacap, Sidanegara, Lomanis, Donan, dan Kutawaru.
Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, serta Emergency and Insurance HSSE PT KPI RU IV.
Area Manager Communication, Relations, and CSR PT KPI RU IV Cecep Supriyatna mengatakan penanggulangan bencana bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah saja.
"Mitigasi bencana adalah tanggung jawab kita bersama dan dikolaborasikan dengan masyarakat secara aktif. Itulah mengapa kami mengadakan seminar tanggap darurat bencana ini khususnya bagi warga," jelasnya.
Sosialisasi diawali dengan pengenalan kode-kode bunyi sirene yang sewaktu-waktu terdengar dari Kilang Cilacap yang disampaikan oleh Yusuf Haidar dari tim Emergency and Insurance HSSE PT KPI RU IV.
"Bunyi sirene dikategorikan dalam tiga peringatan yang harus dipahami warga sekitar. Jika terjadi keadaan darurat, suara sirene yang dibunyikan secara bergelombang selama tiga menit," kata Yusuf.
Baca juga: Kolaborasi Kilang Cilacap-Moms Go Green kampanyekan gerakan pengelolaan sampah bagi siswa SMP
Dengan mengetahui kode bunyi sirene tersebut, kata dia, warga Cilacap diimbau tidak panik dan tetap menjaga suasana kondusif, sementara tim Pertamina mengatasi kejadian.
"Jika terdengar sirene selama enam menit terputus-putus, berarti perlu dilakukan evakuasi. Apabila keadaan sudah aman maka ditandai dengan sirene tanpa putus selama satu menit," jelasnya.
Lebih lanjut, dia menginformasikan mengenai bunyi sirene yang rutin dinyalakan tiap hari Jumat, pukul 06.30 WIB.
"Ini merupakan langkah antisipasi dan pengecekan rutin untuk memastikan sirene dalam keadaan aktif," kata Yusuf.
Narasumber berikutnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Tunggul Wulung Cilacap Taruna Mona Rachman bersama dua prakirawan BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo dan Adnan Dendy Mardika memaparkan tentang cuaca yang kini sulit untuk diprediksi.
Dalam kesempatan itu, Andan Dendy Mardika mengatakan hal itu terjadi karena adanya perubahan iklim global.
"Tercatat, dalam beberapa dekade terakhir tren pemanasan global yang terjadi tidak wajar. Hal ini memengaruhi iklim sehingga cuaca semakin sulit untuk diprediksi," jelasnya.
Ia juga mengimbau agar masyarakat mewaspadai peningkatan frekuensi sambaran petir saat puncak musim hujan.
"Potensi terjadinya sambaran petir di wilayah Cilacap tergolong tinggi karena dekat dengan laut. Hal ini patut pula diwaspadai oleh Pertamina," tegasnya.
Seperti pada seminar sebelumnya, narasumber dari BPBD Kabupaten Cilacap, Kelik Gunantoro kembali mengingatkan potensi gempa di Cilacap yang dapat menimbulkan tsunami.
"Wilayah Cilacap berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Ada salah satu zona utama tumbukan lempeng tektonik bumi sebagai sumber utama gempa bumi pencetus tsunami, yang letaknya tepat di bawah dasar laut sebelah selatan Cilacap," katanya.
Baca juga: Hijaukan Pulau Momongan, Kilang Cilacap tanam 2.023 bibit mangrove
Baca juga: Pertamina salurkan kompensasi pascarembesan pipa BBM di Cilacap