Semarang (ANTARA) - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang Dr dr Setyo Trisnadi SH, Sp.KF menyarankan pemerintah untuk memfasilitasi pembukaan program pendidikan kedokteran umum di daerah-daerah.
"Persoalan terkait dokter umum sebenarnya pada distribusi yang tidak merata. Kebanyakan dokter umum terkonsentrasi di pulau Jawa," kata Setyo di Semarang, Senin.
Menurut dia, saat ini ada 92 perguruan tinggi yang memiliki program studi kedokteran di Tanah Air, tetapi yang sudah meluluskan dokter baru sekitar 80-an program studi (Prodi).
"Belum semuanya (Prodi kedokteran) meluluskan seorang dokter, karena pendidikan kedokteran itu lama. Secepat-cepatnya enam tahun," kata dokter spesialis forensik tersebut.
Dari 80-an Prodi kedokteran itu, kata dia, setiap tahunnya meluluskan sekitar 10 ribu dokter. Jika 92 Prodi sudah bisa meluluskan, lulusan dokter setiap tahun bisa mencapai 15 ribuan.
Sejak didirikan pada 10 Oktober 1963, kata Setyo, Unissula telah meluluskan 5.847 dokter yang tersebar di berbagai wilayah dan pulau di Indonesia.
"Lulusan kami ada di berbagai wilayah. Di semua pulau, dokter lulusan Unissula ada. Sampai NTB (Nusa Tenggara Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur), Papua juga ada," ujarnya.
Ia mencontohkan mahasiswa tahun lalu, dari 250 orang, 175 orang diantaranya dari luar Jawa Tengah, termasuk Bangka Belitung, NTB, Sumatra Utara, Papua, dan Papua Barat.
Setyo menjelaskan kebanyakan dokter lulusan Unissula yang saat ini bertugas di luar Jawa karena memang mereka berasal dari daerah tersebut, dan setelah lulus kembali ke daerahnya.
"Mereka ini putra-putri daerah. Mereka belajar dokter di sini, kemudian kembali ke daerahnya. Kenapa? Karena di daerahnya belum ada Prodi kedokteran. Makanya mereka ke sini," katanya.
Karena itu, Setyo menilai pentingnya pemerataan pembukaan Prodi kedokteran untuk mendukung pemerataan dokter umum di Indonesia, dan fasilitas dari pemerintah penting agar kualitasnya juga merata.
Baca juga: Mahasiswa Unissula Semarang terima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah
"Persoalan terkait dokter umum sebenarnya pada distribusi yang tidak merata. Kebanyakan dokter umum terkonsentrasi di pulau Jawa," kata Setyo di Semarang, Senin.
Menurut dia, saat ini ada 92 perguruan tinggi yang memiliki program studi kedokteran di Tanah Air, tetapi yang sudah meluluskan dokter baru sekitar 80-an program studi (Prodi).
"Belum semuanya (Prodi kedokteran) meluluskan seorang dokter, karena pendidikan kedokteran itu lama. Secepat-cepatnya enam tahun," kata dokter spesialis forensik tersebut.
Dari 80-an Prodi kedokteran itu, kata dia, setiap tahunnya meluluskan sekitar 10 ribu dokter. Jika 92 Prodi sudah bisa meluluskan, lulusan dokter setiap tahun bisa mencapai 15 ribuan.
Sejak didirikan pada 10 Oktober 1963, kata Setyo, Unissula telah meluluskan 5.847 dokter yang tersebar di berbagai wilayah dan pulau di Indonesia.
"Lulusan kami ada di berbagai wilayah. Di semua pulau, dokter lulusan Unissula ada. Sampai NTB (Nusa Tenggara Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur), Papua juga ada," ujarnya.
Ia mencontohkan mahasiswa tahun lalu, dari 250 orang, 175 orang diantaranya dari luar Jawa Tengah, termasuk Bangka Belitung, NTB, Sumatra Utara, Papua, dan Papua Barat.
Setyo menjelaskan kebanyakan dokter lulusan Unissula yang saat ini bertugas di luar Jawa karena memang mereka berasal dari daerah tersebut, dan setelah lulus kembali ke daerahnya.
"Mereka ini putra-putri daerah. Mereka belajar dokter di sini, kemudian kembali ke daerahnya. Kenapa? Karena di daerahnya belum ada Prodi kedokteran. Makanya mereka ke sini," katanya.
Karena itu, Setyo menilai pentingnya pemerataan pembukaan Prodi kedokteran untuk mendukung pemerataan dokter umum di Indonesia, dan fasilitas dari pemerintah penting agar kualitasnya juga merata.
Baca juga: Mahasiswa Unissula Semarang terima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah