Semarang (ANTARA) - Rektor Universitas Semarang (USM) Dr. Supari mengingatkan kalangan pers untuk memainkan perannya dengan menghadirkan pemberitaan-pemberitaan yang edukatif pada tahun politik ini menjelang Pemilihan Umum 2024.
"Saya melihat kecenderungan media massa digital, masih ada kecenderungan mencari hal-hal yang viral demi menjaring viewer sebanyak-banyaknya," kata Supari di Semarang, Kamis.
Hal itu disampaikan Supari usai Dialog Lima Rektor: Media Edukatif Menuju Tahun Politik 2024 di Semarang yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Tengah dalam rangka Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2023.
Menurut Supari, masyarakat membutuhkan informasi yang lebih edukatif ketimbang disuguhi dengan hal-hal yang viral, apalagi pada tahun politik yang cenderung suasananya mudah "panas".
"Sebagai alat kontrol sosial, pers harus mengedepankan nilai-nilai edukasi. Kalimat-kalimatnya harus mendidik, bukan memojokkan, provokatif. Dibumbui boleh, tetapi tak boleh menyesatkan," katanya.
Diakuinya bahwa mengejar berita viral untuk mendapatkan follower dan keuntungan finansial memang tak bisa dihindari di tengah perkembangan teknologi komunikasi yang sedemikian pesat.
Supari berharap jangan viral yang dikedepankan, tetapi justru jadikan media sebagai sarana membangun semangat optimisme dan semangat persatuan di tengah masyarakat yang heterogen.
"Menurut saya, di sinilah peran media massa, cetak, maupun online untuk menumbuhkan kembali rasa persatuan, suasana adem," kata Supari yang juga Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Cabang Semarang itu
Pers kekinian, kata Supari, hendaknya memberikan teladan kepada Generasi Z atau milenial yang akan terlibat dalam pesta demokrasi pada tahun 2024 dengan pemberitaan yang mendidik, yang mendorong kedewasaan berpolitik.
"Berikan mereka edukasi. Setiap saat mereka dekat dengan gawai mulai bangun tidur, hingga mau tidur, sedangkan waktu kuliah hanya beberapa jam saja. Jika semua informasi yang diberikan itu mendidik, informasi yang dibaca dalam gadget tentu berkualitas,'' tambahnya.
Supari mengemukakan bahwa posisi media massa, baik itu mainstream maupun media sosial sesungguhnya strategis untuk menumbuhkan semangat berdemokrasi seiring dengan membanjirnya informasi menjelang perhelatan pesta demokrasi meskipun tetap ada informasi yang menyesatkan dan mencemaskan.
"Kuncinya menurut saya, tempatkan segalanya untuk kepentingan nasional, keutuhan NKRI. Dibutuhkan digital ethics agar semua pemberitaan dan informasi lewat platform digital didasari rasa cinta pada kepentingan nasional," pungkasnya.
Baca juga: FH USM jadi organisasi pemberi bantuan hukum warga miskin
"Saya melihat kecenderungan media massa digital, masih ada kecenderungan mencari hal-hal yang viral demi menjaring viewer sebanyak-banyaknya," kata Supari di Semarang, Kamis.
Hal itu disampaikan Supari usai Dialog Lima Rektor: Media Edukatif Menuju Tahun Politik 2024 di Semarang yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Tengah dalam rangka Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2023.
Menurut Supari, masyarakat membutuhkan informasi yang lebih edukatif ketimbang disuguhi dengan hal-hal yang viral, apalagi pada tahun politik yang cenderung suasananya mudah "panas".
"Sebagai alat kontrol sosial, pers harus mengedepankan nilai-nilai edukasi. Kalimat-kalimatnya harus mendidik, bukan memojokkan, provokatif. Dibumbui boleh, tetapi tak boleh menyesatkan," katanya.
Diakuinya bahwa mengejar berita viral untuk mendapatkan follower dan keuntungan finansial memang tak bisa dihindari di tengah perkembangan teknologi komunikasi yang sedemikian pesat.
Supari berharap jangan viral yang dikedepankan, tetapi justru jadikan media sebagai sarana membangun semangat optimisme dan semangat persatuan di tengah masyarakat yang heterogen.
"Menurut saya, di sinilah peran media massa, cetak, maupun online untuk menumbuhkan kembali rasa persatuan, suasana adem," kata Supari yang juga Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Cabang Semarang itu
Pers kekinian, kata Supari, hendaknya memberikan teladan kepada Generasi Z atau milenial yang akan terlibat dalam pesta demokrasi pada tahun 2024 dengan pemberitaan yang mendidik, yang mendorong kedewasaan berpolitik.
"Berikan mereka edukasi. Setiap saat mereka dekat dengan gawai mulai bangun tidur, hingga mau tidur, sedangkan waktu kuliah hanya beberapa jam saja. Jika semua informasi yang diberikan itu mendidik, informasi yang dibaca dalam gadget tentu berkualitas,'' tambahnya.
Supari mengemukakan bahwa posisi media massa, baik itu mainstream maupun media sosial sesungguhnya strategis untuk menumbuhkan semangat berdemokrasi seiring dengan membanjirnya informasi menjelang perhelatan pesta demokrasi meskipun tetap ada informasi yang menyesatkan dan mencemaskan.
"Kuncinya menurut saya, tempatkan segalanya untuk kepentingan nasional, keutuhan NKRI. Dibutuhkan digital ethics agar semua pemberitaan dan informasi lewat platform digital didasari rasa cinta pada kepentingan nasional," pungkasnya.
Baca juga: FH USM jadi organisasi pemberi bantuan hukum warga miskin