Purwokerto (ANTARA) - Kawasan Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, tiga kali mengalami gempa tektonik pada Selasa siang, kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo.
Saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa sore, dia menyampaikan bahwa gempa pertama dengan magnitudo 1,9 terjadi pukul 13.54 WIB.
Menurut dia, gempa itu pusatnya berada pada kedalaman 10 km di koordinat 7,14 Lintang Selatan dan 109,74 Bujur Timur, sekira 21 kilometer arah tenggara Kabupaten Pekalongan.
Gempa dengan magnitudo 1,9 tersebut, menurut dia, diikuti dengan gempa kedua dan ketiga dengan magnitudo 2,2 dan 2,3.
Hery menyampaikan bahwa berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar lokal.
Menurut dia, getaran akibat gempa tersebut dirasakan di daerah Batur, Dieng, dan Wonosobo pada skala II-III MMI.
Getaran pada skala II MMI dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda ringan yang digantung bergoyang. Pada skala III MMI, getaran dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seperti ada truk berlalu.
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," kata Hery.
Dia mengimbau masyarakat tenang tetapi tetap waspada. Dia menganjurkan warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah," katanya.
Dia mengatakan bahwa dari 9 sampai 17 Januari 2023 siang kawasan Dieng mengalami 13 kali gempa.
Perinciannya, lima gempa terjadi pada 9 Januari, dua gempa terjadi pada 10 Januari, tiga gempa terjadi pada 14 Januari, dan tiga gempa terjadi pada 17 Januari.
"Gempa terbesar terjadi pada Hari Sabtu (14/1) pukul 03.46 WIB, dengan magnitudo 3,4," kata Hery.
Menurut hasil pembahasan dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ia mengatakan, rentetan gempa tektonik yang terjadi sejak 9 Januari 2023 diduga memicu peningkatan aktivitas vulkanik dan gempa vulkanik di Plato Dieng (Gunung Dieng).
Dia menjelaskan pula bahwa ada setidaknya 13 sesar aktif yang sudah terpetakan di wilayah Jawa Tengah, termasuk sesar Brebes, sesar Pati, dan sesar Ajibarang di Kabupaten Banyumas.
"Khusus di Banjarnegara, kalau berdasarkan peta geologi diduga ada beberapa sesar yang memang belum ada namanya, belum teridentifikasi. Tapi memang keaktifannya ditandai dengan adanya gempa-gempa yang terdeteksi oleh peralatan kami," kata Hery.
PVMBG pada 12 Januari 2023 pukul 23.00 WIB meningkatkan status Gunung Dieng dari Normal menjadi Waspada karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik di Kawah Sileri dan Kawah Timbang.
PVMBG meminta masyarakat dan wisatawan tidak mendekati Kawah Sileri dari jarak satu kilometer dari bibir kawah karena ada potensi terjadi erupsi freatik berupa semburan lumpur atau lontaran material.
Selain itu, warga di sekitar Kawah Timbang diimbau tidak menggali tanah guna menghindari risiko terpapar gas beracun.
Pada Senin (16/1), PVMBG menyampaikan rekomendasi agar masyarakat tidak mendekati sektor barat daya, selatan, dan tenggara Kawah Timbang dalam jarak 500 meter supaya terhindar dari aliran gas CO2 yang membahayakan.
Saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa sore, dia menyampaikan bahwa gempa pertama dengan magnitudo 1,9 terjadi pukul 13.54 WIB.
Menurut dia, gempa itu pusatnya berada pada kedalaman 10 km di koordinat 7,14 Lintang Selatan dan 109,74 Bujur Timur, sekira 21 kilometer arah tenggara Kabupaten Pekalongan.
Gempa dengan magnitudo 1,9 tersebut, menurut dia, diikuti dengan gempa kedua dan ketiga dengan magnitudo 2,2 dan 2,3.
Hery menyampaikan bahwa berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar lokal.
Menurut dia, getaran akibat gempa tersebut dirasakan di daerah Batur, Dieng, dan Wonosobo pada skala II-III MMI.
Getaran pada skala II MMI dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda ringan yang digantung bergoyang. Pada skala III MMI, getaran dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seperti ada truk berlalu.
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," kata Hery.
Dia mengimbau masyarakat tenang tetapi tetap waspada. Dia menganjurkan warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah," katanya.
Dia mengatakan bahwa dari 9 sampai 17 Januari 2023 siang kawasan Dieng mengalami 13 kali gempa.
Perinciannya, lima gempa terjadi pada 9 Januari, dua gempa terjadi pada 10 Januari, tiga gempa terjadi pada 14 Januari, dan tiga gempa terjadi pada 17 Januari.
"Gempa terbesar terjadi pada Hari Sabtu (14/1) pukul 03.46 WIB, dengan magnitudo 3,4," kata Hery.
Menurut hasil pembahasan dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ia mengatakan, rentetan gempa tektonik yang terjadi sejak 9 Januari 2023 diduga memicu peningkatan aktivitas vulkanik dan gempa vulkanik di Plato Dieng (Gunung Dieng).
Dia menjelaskan pula bahwa ada setidaknya 13 sesar aktif yang sudah terpetakan di wilayah Jawa Tengah, termasuk sesar Brebes, sesar Pati, dan sesar Ajibarang di Kabupaten Banyumas.
"Khusus di Banjarnegara, kalau berdasarkan peta geologi diduga ada beberapa sesar yang memang belum ada namanya, belum teridentifikasi. Tapi memang keaktifannya ditandai dengan adanya gempa-gempa yang terdeteksi oleh peralatan kami," kata Hery.
PVMBG pada 12 Januari 2023 pukul 23.00 WIB meningkatkan status Gunung Dieng dari Normal menjadi Waspada karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik di Kawah Sileri dan Kawah Timbang.
PVMBG meminta masyarakat dan wisatawan tidak mendekati Kawah Sileri dari jarak satu kilometer dari bibir kawah karena ada potensi terjadi erupsi freatik berupa semburan lumpur atau lontaran material.
Selain itu, warga di sekitar Kawah Timbang diimbau tidak menggali tanah guna menghindari risiko terpapar gas beracun.
Pada Senin (16/1), PVMBG menyampaikan rekomendasi agar masyarakat tidak mendekati sektor barat daya, selatan, dan tenggara Kawah Timbang dalam jarak 500 meter supaya terhindar dari aliran gas CO2 yang membahayakan.