Semarang (ANTARA) - Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) masif mengingatkan bahwa susu kental manis (SKM) tidak pas diberikan kepada anak-anak karena 45 persen bahan dasar SKM adalah sukrosa dan hanya berkisar satu sampai lima persen kandungan susunya.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat di Semarang, Jumat menyebutkan hasil survei yang dilakukan, banyak masyarakat yang menganggap SKM adalah susu atau pelengkap empat sehat lima sempurna, sehingga dijadikan minuman.

"Sebenarnya SKM itu gula beraroma susu dan karena banyak mengandung gula, saat dikonsumsi akan cepat kenyang, sehingga anak-anak tidak mau makan. Akibatnya mereka kekurangan nutrisi dan dampak panjangnya bisa menyebabkan stunting," kata Arif.

Arif mengakui persepsi yang keliru mengenai SKM dikarenakan masifnya iklan dan diikuti rendahnya literasi, sehingga banyak yang terjerumus informasi yang menyesatkan.

"Seharusnya SKM menjadi topping makanan dan minuman, bukan menjadi minuman. Peran pemerintah dan stakeholder terkait sangat dibutuhkan," kata Arif.

Paa kegiatan dengan tajuk editorial briefing yang diselenggarakan tersebut, YAICI mengangkat tema Kejar Target Penurunan Stunting, Realistis atau Politis?.

Selain Arif Hidayat, hadir dalam kesempatan tersebut Bendahara Majelis Kesehatan Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah semarang Erniza Hafidzh SKm.

Erniza menambahkan saat ini kondisi kesehatan di Indonesia menghadapi beberapa masalah di antaranya kekurangan gizi atau malnutrition kelebihan berat badan atau obesitas, kurus atau wasting.

"Pemerintah sendiri manargetkan tahun 2024 angka stunting menurun di 14 persen dengan hitungan dua tahun, semua pihak harus bekerja keras dan cerdas agar target itu segera tercapai,” jelasnya.

Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) telah sejak lama memiliki perhatian khusus terhadap gizi buruk, stunting dan literasi gizi keluarga. Dalam upaya itu YAICI bersama dengan mitra, salah satunya, PP Aisyiyah khususnya Majelis Kesehatan, sudah beberapa tahun ini melakukan sosialisasi dan edukasi secara terus menerus termasuk ke remaja.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024