Purwokerto (ANTARA) - Hingga saat ini, kanker masih menjadi penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi dan berdasarkan data GLOBOCAN  pada 2020, jumlah kematian akibat kanker meningkat hingga 9,9 juta kasus. 

Oleh karena itu, tidak heran jika kanker masih menjadi penyumbang kematian terbesar akibat penyakit, baik di negara maju maupun berkembang, dan salah satu jenis kanker yang mematikan adalah kanker serviks. 

Di Indonesia, kanker serviks menduduki peringkat ke-2 penyebab kematian akibat kanker. Mengingat risiko kematiannya yang tinggi, diperlukan pengobatan sedini mungkin. 
Akan tetapi, pengobatan kanker konvensional yang tersedia saat ini, tingkat kemanjurannya masih perlu ditingkatkan dan efek samping yang perlu ditekan.

Dalam 10 tahun terakhir, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat telah menyetujui inhibitor PARP untuk mengobati kanker ovarium. 

Jika PARP diblokir, maka sel kanker tidak dapat memperbaiki DNA-nya, sehingga tidak dapat berkembang biak. Sedangkan pada sel-sel sehat, sebagian besar tidak terpengaruh oleh obat-obatan ini karena sel sehat memiliki mekanisme perbaikan cadangan yang berfungsi dengan baik.. 

Baca juga: Fapet Unsoed bangun Teaching & Exfarm tahap 2

Sejalan dengan hal tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang terdiri atas Fella Syahara Kistianingrum, Rizqi Arif Maulidah, dan Rizqi Agus Santosa melakukan penelitian untuk mengungkap potensi ekstrak metanol buah takokak sebagai penghambat PARP. 

Para mahasiswa Unsoed di bawah bimbingan Sarmoko, Ph.D. itu mengangkat topik "Potensi Buah Takokak sebagai PARP Inhibitor pada Kanker Serviks: Studi In Vitro dan In Silico".

"Kami memilih untuk meneliti potensi buah takokak berdasarkan dari studi literatur dan juga dengan latar belakang buah takokak merupakan tanaman liar yang tumbuh subur di seluruh wilayah Indonesia. Namun, buah takokak ini masih jarang dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat," kata Fella Syahara Kistianingrum di Purwokerto, Selasa (22/8/).

Tim telah selesai melakukan uji in silico atau uji interaksi senyawa dengan protein PARP secara komputer, juga mengujinya secara in vitro atau menguji ekstrak pada sel kanker ovarium yang dikultur. Hasilnya terbukti bahwa bahan alam ini memiliki potensi sebagai antikanker.

"Ke depannya, diharapkan penelitian kami dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya," kata Fella.

Baca juga: Mahasiswa Unsoed bikin inovasi cerobong asap pereduksi karbondioksida
Baca juga: Mahasiswa Unsoed Purwokerto manfaatkan limbah teh untuk formulasi pupuk

Pewarta : KSM
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024