Semarang (ANTARA) - Total realisasi investasi di Provinsi Jawa Tengah pada semester pertama 2022 tercatat mencapai Rp39,19 triliun dengan menyerap 116.067 pekerja di 8.298 proyek.
Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah Ratna Kawuri di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, menjelaskan total investasi tersebut didasarkan dari dua data yakni laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) dan non-LKPM yang berdasar atas data rekap Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA).
"Rinciannya, realisasi non-UMK berdasarkan LKPM sebesar Rp27,02 triliun dan realisasi UMK sejumlah Rp12,17 triliun," katanya.
Menurut dia, jumlah tenaga kerja yang terserap pada semester pertama 2022 melebihi capaian tahun 2018 dan 2019. Pada 2018 tercatat serapan tenaga kerja 112.883 pekerja, sedangkan pada 2019 terserap 114.743 pekerja.
Baca juga: Jateng, provinsi favorit bagi Taiwan berinvestasi
Ia menyebut data penanaman modal asing (PMA) lebih mendominasi investasi di Jateng dengan catatan realisasi PMA Rp16,30 triliun, sementara realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp10,72 triliun.
Jepang menjadi negara yang paling banyak berinvestasi di Jateng dengan nilai penanaman modal 525.209,50 dolar AS atau 46,23 persen dari total investasi di Jateng semester pertama 2022.
Negara kedua dari besaran investasi adalah Korea Selatan dengan 166.410,10 dolar AS (14,65 persen), disusul Singapura 85.183,70 dolar AS, Hongkong 60.850,40 dolar AS, dan Republik Rakyat Tiongkok 54.790,20 dolar AS.
Baca juga: Singapura tertarik tanamkan investasi di Jateng
Ratna mengungkapkan ada beberapa alasan dan pertimbangan investor menanamkan modal di Jateng yakni ketersediaan infrastruktur, jumlah angkatan kerja, iklim usaha kondusif yang didukung oleh sifat dan sikap pekerja asal Jawa Tengah yang baik.
"Ketersediaan angkatan kerja untuk memenuhi industri di Jateng, dari jumlah 116.067 orang yang terserap, PMA mendominasi dengan 68.041 orang, sementara PMDN menyerap 48.026 orang," ujarnya.
Baca juga: Forum PTSP diminta perlancar investasi di Jateng
Terkait dengan ketersediaan infrastruktur pendukung investasi, lanjut dia, Jateng telah memiliki beberapa fasilitas di antaranya dua pelabuhan internasional, dua bandara internasional, serta konektivitas Jalan Tol Trans-Jawa dan jaringan rel kereta api yang telah menghubungkan seluruh wilayah di Jawa Tengah.
Di sisi energi, Jawa Tengah surplus energi listrik yang didukung oleh 7.303,97 MW, didukung jaringan gas industri untuk memenuhi kebutuhan industri di Jateng, dan jaringan air bersih untuk kebutuhan industri.
"Untuk memenuhi target investasi tahun ini, akan mengoptimalkan peran Tim Satgas Percepatan Pelaksanaan Berusaha, pendampingan pelaporan realisasi investasi (LKPM), serta pengawalan dan fasilitasi penanaman modal pada proyek-proyek strategis nasional," kata Ratna.
Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah Ratna Kawuri di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, menjelaskan total investasi tersebut didasarkan dari dua data yakni laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) dan non-LKPM yang berdasar atas data rekap Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA).
"Rinciannya, realisasi non-UMK berdasarkan LKPM sebesar Rp27,02 triliun dan realisasi UMK sejumlah Rp12,17 triliun," katanya.
Menurut dia, jumlah tenaga kerja yang terserap pada semester pertama 2022 melebihi capaian tahun 2018 dan 2019. Pada 2018 tercatat serapan tenaga kerja 112.883 pekerja, sedangkan pada 2019 terserap 114.743 pekerja.
Baca juga: Jateng, provinsi favorit bagi Taiwan berinvestasi
Ia menyebut data penanaman modal asing (PMA) lebih mendominasi investasi di Jateng dengan catatan realisasi PMA Rp16,30 triliun, sementara realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp10,72 triliun.
Jepang menjadi negara yang paling banyak berinvestasi di Jateng dengan nilai penanaman modal 525.209,50 dolar AS atau 46,23 persen dari total investasi di Jateng semester pertama 2022.
Negara kedua dari besaran investasi adalah Korea Selatan dengan 166.410,10 dolar AS (14,65 persen), disusul Singapura 85.183,70 dolar AS, Hongkong 60.850,40 dolar AS, dan Republik Rakyat Tiongkok 54.790,20 dolar AS.
Baca juga: Singapura tertarik tanamkan investasi di Jateng
Ratna mengungkapkan ada beberapa alasan dan pertimbangan investor menanamkan modal di Jateng yakni ketersediaan infrastruktur, jumlah angkatan kerja, iklim usaha kondusif yang didukung oleh sifat dan sikap pekerja asal Jawa Tengah yang baik.
"Ketersediaan angkatan kerja untuk memenuhi industri di Jateng, dari jumlah 116.067 orang yang terserap, PMA mendominasi dengan 68.041 orang, sementara PMDN menyerap 48.026 orang," ujarnya.
Baca juga: Forum PTSP diminta perlancar investasi di Jateng
Terkait dengan ketersediaan infrastruktur pendukung investasi, lanjut dia, Jateng telah memiliki beberapa fasilitas di antaranya dua pelabuhan internasional, dua bandara internasional, serta konektivitas Jalan Tol Trans-Jawa dan jaringan rel kereta api yang telah menghubungkan seluruh wilayah di Jawa Tengah.
Di sisi energi, Jawa Tengah surplus energi listrik yang didukung oleh 7.303,97 MW, didukung jaringan gas industri untuk memenuhi kebutuhan industri di Jateng, dan jaringan air bersih untuk kebutuhan industri.
"Untuk memenuhi target investasi tahun ini, akan mengoptimalkan peran Tim Satgas Percepatan Pelaksanaan Berusaha, pendampingan pelaporan realisasi investasi (LKPM), serta pengawalan dan fasilitasi penanaman modal pada proyek-proyek strategis nasional," kata Ratna.