Boyolali (ANTARA) - Masyarakat di Desa Kiringan Kecamatan Boyolali, di Provinsi Jawa Tengah, telah mengembangkan objek wisata baru yakni "Dewi Pancuran" yang memanfaatkan sumber air dan embung di daerah itu.
Pengembangan objek wisata air yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kiringan tersebut ditandai upacara adat pengambilan air dari sumber Dewi Pancuran oleh tiga putri desa dengan diiringi gunungan berupa hasil bumi pada di objek wisata setempat, Kamis.
Menurut Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Boyolali Supana Desa Kiringan merupakan salah satu desa dari 15 desa di Kabupaten Boyolali yang sudah mendapatkan Surat Keputusan (SK) Bupati Boyolali menjadi daerah pengembangan desa wisata.
Menurut Supana pengembangan desa wisata di Kiringan cukup menggembirakan. Artinya, ada keterpaduan antara wisata alam Dewi Pancuran yang berkolaborasi dengan embung sebagai wisata buatan dan bakal dibangun juga jogging track di lokasi itu.
"Bahkan, desa wisata itu, juga ada wisata budaya yang dikembangkan di tempat itu," kata Supana.
Kepala Desa Kiringan, Sri Wuryanto menjelaskan bahwa Dewi Pancuran tersebut merupakan sumber mata air yang sepanjang masa tidak akan surut meski di musim kemarau. Sehingga, pancuran tersebut menjadi sumber pengairan serta menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar.
"Kami ada potensi desa yang sangat memadai. Kami gali potensi-potensi desa yang ada di sini dan nanti kami hidupkan. Kami berharap nanti bisa mendapatkan pendapatan asli desa dari desa wisata Dewi Pancuran," katanya.
Pihaknya dalam waktu dekat akan membangun pemancingan dan jogging track secara bertahap yang akan selesai pada 2025 dengan biaya sekitar Rp3 miliar. Wisata edukasi merupakan salah satu wisata yang diunggulkan untuk menarik pengunjung.
" Terutama wisata edukasi. Antara lain, ada edukasi peternakan, perikanan, pertanian, dan edukasi tentang bank sampah. Karena, di sini sudah dibangun bank sampah induk. Jadi sampah yang nantinya menjadi masalah itu, akhirnya menjadi berkah dengan adanya edukasi," katanya.
Sementara itu, Joko Sumarno, salah satu tokoh masyarakat Desa Kiringan kegiatan upacara pengambilan air di Dewi Pancuran oleh tiga putri desa sebagai bentuk rasa syukur akan dibukanya objek wisata baru di Desa Kiringan.
"Objek wisata baru Dewi Pancuran itu, untuk kehidupan warga di Desa Kiringan agar sejahtera atau 'lohjinawe'. Semua masyarakat dapat segar, ayem, dan tentrem," kata Joko Sumarno.
Mata air Dewi Pancuran di Desa Kiringan tersebut ada sejak dahulu peninggalan nenek moyang dan kemudian dilestarikan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, misal untuk memasak, minum dan sebagainya.
Pengembangan objek wisata air yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kiringan tersebut ditandai upacara adat pengambilan air dari sumber Dewi Pancuran oleh tiga putri desa dengan diiringi gunungan berupa hasil bumi pada di objek wisata setempat, Kamis.
Menurut Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Boyolali Supana Desa Kiringan merupakan salah satu desa dari 15 desa di Kabupaten Boyolali yang sudah mendapatkan Surat Keputusan (SK) Bupati Boyolali menjadi daerah pengembangan desa wisata.
Menurut Supana pengembangan desa wisata di Kiringan cukup menggembirakan. Artinya, ada keterpaduan antara wisata alam Dewi Pancuran yang berkolaborasi dengan embung sebagai wisata buatan dan bakal dibangun juga jogging track di lokasi itu.
"Bahkan, desa wisata itu, juga ada wisata budaya yang dikembangkan di tempat itu," kata Supana.
Kepala Desa Kiringan, Sri Wuryanto menjelaskan bahwa Dewi Pancuran tersebut merupakan sumber mata air yang sepanjang masa tidak akan surut meski di musim kemarau. Sehingga, pancuran tersebut menjadi sumber pengairan serta menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar.
"Kami ada potensi desa yang sangat memadai. Kami gali potensi-potensi desa yang ada di sini dan nanti kami hidupkan. Kami berharap nanti bisa mendapatkan pendapatan asli desa dari desa wisata Dewi Pancuran," katanya.
Pihaknya dalam waktu dekat akan membangun pemancingan dan jogging track secara bertahap yang akan selesai pada 2025 dengan biaya sekitar Rp3 miliar. Wisata edukasi merupakan salah satu wisata yang diunggulkan untuk menarik pengunjung.
" Terutama wisata edukasi. Antara lain, ada edukasi peternakan, perikanan, pertanian, dan edukasi tentang bank sampah. Karena, di sini sudah dibangun bank sampah induk. Jadi sampah yang nantinya menjadi masalah itu, akhirnya menjadi berkah dengan adanya edukasi," katanya.
Sementara itu, Joko Sumarno, salah satu tokoh masyarakat Desa Kiringan kegiatan upacara pengambilan air di Dewi Pancuran oleh tiga putri desa sebagai bentuk rasa syukur akan dibukanya objek wisata baru di Desa Kiringan.
"Objek wisata baru Dewi Pancuran itu, untuk kehidupan warga di Desa Kiringan agar sejahtera atau 'lohjinawe'. Semua masyarakat dapat segar, ayem, dan tentrem," kata Joko Sumarno.
Mata air Dewi Pancuran di Desa Kiringan tersebut ada sejak dahulu peninggalan nenek moyang dan kemudian dilestarikan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, misal untuk memasak, minum dan sebagainya.