Jepara (ANTARA) - Delegasi dari negara Libya berminat menjalin kerja sama dengan Pemerintah Indonesia di bidang perikanan yang dikembangkan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.
"Ketertarikan delegasi Libya karena di negaranya budi daya perikanan belum berkembang, sehingga mereka juga ingin belajar dari Indonesia yang sudah maju," kata Koordinator Kerjasama Pembangunan Global Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Priyanto Rohamtullah ditemui di sela-sela mendampingi delegasi Libya mengunjungi BBPBAP Jepara, Jawa Tengah, Kamis.
Delegasi Libya tersebut, di antaranya perwakilan dari pihak swasta, akademisi, perguruan tinggi, dan dari pelaksana proyek budi daya perikanan di Libya yang dipimpin President of The Libyan Academy Jarnaz Mustafa Essa Amro.
Sedangkan dari pemerintah Indonesia hadir perwakilan dari Bappenas, Kepala BBPBAP Jepara Supito, Direktur Produksi dan Usaha Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Arik Hari Wibowo, Sekda Jepara Edy Sujatmoko, dan Kepala Dinas Perikanan Jepara Wasianto.
Pemerintah Indonesia, kata Priyanto, juga berminat mengembangkan dan membantu Libya membuat atau mengembangkan budidaya perikanan.
Menurut dia, ketika nantinya benar-benar ada kerja sama, tentu sangat menarik karena Libya merupakan daerah padang pasir, sehingga BBPBAP Jepara juga akan mendapatkan banyak ilmu sehingga kedua belah pihak akan saling mendapatkan manfaat.
"Sudah saatnya Indonesia harus belajar bermain menjadi 'player', jangan menunggu berinvestasi tetapi perlu berinvestasi ke luar negeri," ujarnya.
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Arik Hari Wibowo menambahkan pihaknya menyambut baik kunjungan dari delegasi Libya, dengan difasilitasi oleh teman-teman dari Bappenas dan Kementerian Luar Negeri.
"Kunjungan ini diharapkan tidak berhenti sampai di sini, tetapi ada tindak lanjut dalam bentuk kerja sama yang bisa membawa kebaikan kedua negara, khususnya masyarakat perikanan budi daya baik di Indonesia maupun di Libya," ujarnya.
Ia mengakui siap mendukung ketika nantinya ditindaklanjuti dengan kerja sama setelah sebelumnya ada penandatanganan risalah rapat. Dari poin-poin penting yang disepakati tersebut, nantinya tentu akan ada pembahasan lebih detail lagi.
President of The Libyan Academy Jarnaz Mustafa Essa Amro berharap nantinya bisa ditindaklanjuti dengan kerja sama karena nantinya juga diharapkan ada transfer teknologi maupun pengetahuan.
"Kami juga memiliki sektor pantai dan lahan yang luas. Dengan pengalaman Indonesia dalam budidaya air payau tentunya sangat bermanfaat, sebagaimana disampaikan dari Jepara memiliki potensi yang bisa dikerjasamakan dengan investor Libya," ujarnya.
Kepala BBPBAP Jepara Supito menambahkan BBPBAP Jepara berpengalaman melakukan budidaya ikan bandeng, udang, rumput laut, nila salin, hingga rajungan. Selain itu, BBPBAP Jepara tidak hanya ahli dalam pembenihan hingga budidaya, melainkan juga mampu menciptakan pakan secara mandiri.
"Ketertarikan delegasi Libya karena di negaranya budi daya perikanan belum berkembang, sehingga mereka juga ingin belajar dari Indonesia yang sudah maju," kata Koordinator Kerjasama Pembangunan Global Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Priyanto Rohamtullah ditemui di sela-sela mendampingi delegasi Libya mengunjungi BBPBAP Jepara, Jawa Tengah, Kamis.
Delegasi Libya tersebut, di antaranya perwakilan dari pihak swasta, akademisi, perguruan tinggi, dan dari pelaksana proyek budi daya perikanan di Libya yang dipimpin President of The Libyan Academy Jarnaz Mustafa Essa Amro.
Sedangkan dari pemerintah Indonesia hadir perwakilan dari Bappenas, Kepala BBPBAP Jepara Supito, Direktur Produksi dan Usaha Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Arik Hari Wibowo, Sekda Jepara Edy Sujatmoko, dan Kepala Dinas Perikanan Jepara Wasianto.
Pemerintah Indonesia, kata Priyanto, juga berminat mengembangkan dan membantu Libya membuat atau mengembangkan budidaya perikanan.
Menurut dia, ketika nantinya benar-benar ada kerja sama, tentu sangat menarik karena Libya merupakan daerah padang pasir, sehingga BBPBAP Jepara juga akan mendapatkan banyak ilmu sehingga kedua belah pihak akan saling mendapatkan manfaat.
"Sudah saatnya Indonesia harus belajar bermain menjadi 'player', jangan menunggu berinvestasi tetapi perlu berinvestasi ke luar negeri," ujarnya.
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Arik Hari Wibowo menambahkan pihaknya menyambut baik kunjungan dari delegasi Libya, dengan difasilitasi oleh teman-teman dari Bappenas dan Kementerian Luar Negeri.
"Kunjungan ini diharapkan tidak berhenti sampai di sini, tetapi ada tindak lanjut dalam bentuk kerja sama yang bisa membawa kebaikan kedua negara, khususnya masyarakat perikanan budi daya baik di Indonesia maupun di Libya," ujarnya.
Ia mengakui siap mendukung ketika nantinya ditindaklanjuti dengan kerja sama setelah sebelumnya ada penandatanganan risalah rapat. Dari poin-poin penting yang disepakati tersebut, nantinya tentu akan ada pembahasan lebih detail lagi.
President of The Libyan Academy Jarnaz Mustafa Essa Amro berharap nantinya bisa ditindaklanjuti dengan kerja sama karena nantinya juga diharapkan ada transfer teknologi maupun pengetahuan.
"Kami juga memiliki sektor pantai dan lahan yang luas. Dengan pengalaman Indonesia dalam budidaya air payau tentunya sangat bermanfaat, sebagaimana disampaikan dari Jepara memiliki potensi yang bisa dikerjasamakan dengan investor Libya," ujarnya.
Kepala BBPBAP Jepara Supito menambahkan BBPBAP Jepara berpengalaman melakukan budidaya ikan bandeng, udang, rumput laut, nila salin, hingga rajungan. Selain itu, BBPBAP Jepara tidak hanya ahli dalam pembenihan hingga budidaya, melainkan juga mampu menciptakan pakan secara mandiri.