Grobogan (ANTARA) - Penutupan pasar hewan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, diusulkan untuk diperpanjang sebagai dampak meluasnya penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah setempat.

"Surat usulan perpanjangan jangka waktu penutupan pasar hewan sudah kami ajukan ke Bupati," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Grobogan Riyanto di Grobogan, Senin.

Ia mengungkapkan, penutupan lima pasar hewan di Kabupaten Grobogan sendiri dimulai 25 Mei 2022, kemudian saat ini diusulkan diperpanjang lagi.

Pasar hewan yang ditutup, antara lain Pasar Hewan Ketitang (Kecamatan Godong), Pasar Hewan Kunden (Kecamatan Wirosasi), Pasar Hewan Sulursari (Kecamatan Gabus), pasar hewan di Kecamatan Grobogan, dan Pasar Hewan Tuko (Kecamatan Pulokulon).

Baca juga: Ganjar buka posko aduan untuk percepat penanganan wabah PMK

Penutupan tersebut, menyusul ditemukan-nya lima kasus positif PMK setelah hasil uji sampel dari 10 ekor kambing ternyata tiga ekor dinyatakan positif dan tiga ekor sapi dua ekor di antaranya juga dinyatakan positif. Sedangkan hasil laboratorium diterima Senin (23/5).

Sementara penyebaran kasus PMK di Kabupaten Grobogan ternyata cukup tinggi, karena data per 5 Juni 2022 ternak yang dinyatakan suspek PMK meningkat menjadi 547 ekor, sedangkan kasus aktif sebanyak 537 ekor dan dua ekor di antaranya mati dan dua ekor dipotong pemiliknya.

Hasil pendampingan dari dokter hewan dan paramedis yang diterjunkan ke lapangan, tercatat sudah ada enam ekor yang sembuh.

Mayoritas ternak yang terjangkit PMK merupakan sapi, sedangkan temuan kasus kambing hanya awal-awal, selebihnya didominasi sapi.

Baca juga: Pemkab Kudus tutup dua pasar hewan antisipasi penyebaran PMK

Sebelum kasusnya merebak, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Grobogan sudah berupaya melakukan sosialisasi untuk mencegah penularan PMK, di antaranya tidak membeli ternak dari daerah wabah serta melaporkan ketika ada ternak yang secara klinis terindikasi PMK agar segera ditangani. Peternak juga diberikan edukasi cara penanganan terhadap ternak yang terindikasi terpapar PMK dengan cara-cara tradisional maupun obat-obatan herbal karena ketersediaan vitamin maupun antibiotik dari pemerintah terbatas.

Upaya pengobatan yang dilakukan oleh tim medis dari Dinas Peternakan, yakni dengan memberikan vitamin dan antibiotik terhadap ternak yang terjangkit PMK maupun suspek agar imunitasnya kembali pulih.

"Kami juga tengah mengajukan anggaran untuk penambahan vitamin maupun antibiotik serta sarana dan prasarana pendukung lainnya untuk pencegahan maupun penanganan kasus PMK," ujarnya. 

Baca juga: Pasokan daging sapi di pasar tradisional Solo belum terdampak PMK
Baca juga: 3 pasar hewan di Batang diizinkan beroperasi kembali
Baca juga: PMI Boyolali lakukan penyemprotan disinfektan di pasar hewan cegah PMK

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024