Pati (ANTARA) - Festival Muria Raya yang merupakan pentas kesenian lintas komunitas dan golongan untuk melestarikan budaya luhur di Desa Jepalo, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, turut dimeriahkan seniman asal Jepang. 
  
"Kehadiran seniman asal Jepang, Yuta Kuroki karena alasan misi kekerabatan, khususnya inisiator Festival Muria Raya sekaligus juga kelompok musik Ki Ageng Qithmir yang sudah lama berelasi dengan Yuta Kuroki," kata Direktur sekaligus inisiator Festival Muria Raya Brian Trinanda K.Ad di Pati, Sabtu. 

Tim inisiator lainnya yang ikut mendampingi pelaksanaan acara tersebut, yakni Achong, Goang, Rosas, Kliwon, Chici YN, Aniq, Yuli Agung, A Sadiduddin, Budi Hantomo, serta Maskuri dan Adid sebagai panitia pelaksana di lokasi.

Bahkan, kata Brian, keduanya sudah melakukan beberapa kolaborasi virtual. Pentas terakhirnya resital Yuta Kuroki di Tokyo yang direkam dan tiket untuk menikmati arsip pementasannya selama satu bulan dijual untuk publik Jepang.

Sementara saat ini, kata dia, dengan dukungan dari Arts Council Tokyo Yuta mendapatkan dukungan untuk berkunjung ke Indonesia dan berkolaborasi secara langsung dengan Ki Ageng Qithmir, sehingga momen ini menjadi salah satu pemantik diadakannya Festival Muria Raya#2 yang digelar mulai 26-28 Mei 2022.

Selain menghadirkan seniman asal Jepang yang berkolaborasi dengan Ki Ageng Qithmir dari Pati tercatat ada belasan kelompok seniman lainnya. 

Hadir pula komunitas SriMara Art Collective yang salah satu pentolannya dari Meksiko, kemudian ada Komunitas Lima Gunung (Magelang), Sanggar Andong Jinawi (Andong), Padepokan Wargo Budoyo (Merbabu), Padepokan Tjipta Budojo (Merapi) dan Gong Cik (Pati).

Selain itu ada juga Markabanan Tanjung Muria (Pati), Wayang Klitik (Pati), Soreang Gotanjung (Pati), Majlis Kalinaga (Pati), Kesenian Daerah Warga Jepalo, kesenian daerah warga Tanjungrejo, Teater Mina Tani (Pati), Tridhatu (Semarang) dan lainnya.

Presiden Lima Gunung Sutanto Mendut dalam sambutannya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam Festival Muria Raya di Desa Jepalo ini.

Ia juga mengingatkan kepada semua pihak bahwa guru sejati para leluhur, seperti para wali bukanlah youtuber, influenzer, buzzer maupun bintang-bintang viralis.

"Saya di sini ingin memuja bebrayan agung. Saya kira di sini bebrayan agung saya bersama vegetasi, bersama angin dan inti-inti yang tidak bisa diterjemahkan dalam virologi dan linguistik adalah 'rahmatan lil alamin' atau rahmat bagi seluruh alam semesta," ujarnya. ***3***

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024