Cilacap (ANTARA) - Ketua Kelompok Nelayan "Pandanarang" Tarmuji memperkirakan musim panen ikan di perairan selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, akan berlangsung pada periode Juni-Juli 2022.
"Saat ini beberapa jenis ikan sudah mulai bermunculan, namun belum banyak, sehingga hasil tangkapan nelayan masih hitungan ekor," kata Tarmuji di Cilacap, Selasa.
Oleh karena itu, ia menjelaskan saat ini ikan-ikan yang ditangkap nelayan tidak dijual melalui tempat pelelangan ikan (TPI), melainkan dijual langsung kepada konsumen.
Dengan demikian, aktivitas TPI Pandanarang di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, masih sepi karena belum ada ikan yang dilelang.
"Semoga cuaca di perairan selatan Cilacap tetap bersahabat, sehingga berbagai jenis ikan makin banyak yang bermunculan dan hasil tangkapan nelayan melimpah. Dengan demikian, aktivitas pelelangan ikan dapat kembali berjalan," katanya.
Kendati berpotensi terjadi gelombang tinggi dan belum banyak ikan yang bermunculan, Tarmuji mengatakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil nekat melaut dengan cara "jolokan" (berangkat pagi hari saat gelombang masih tenang dan pulang siang hari saat angin mulai kencang yang berpotensi meningkatkan tinggi gelombang, red.) di sekitaran perairan Teluk Penyu.
Menurut dia, hal itu dilakukan nelayan tradisional demi memenuhi kebutuhan keluarga karena saat sekarang harga jual ikan sedang bagus mengingat hasil tangkapan nelayan masih sedikit.
Ia mencontohkan harga ikan layur saat sekarang berkisar Rp40.000-Rp50.000 per kilogram, udang jerbung berkisar Rp90.000-Rp170.000 per kilogram, dan ikan bawal putih berkisar Rp125.000-Rp250.000 per kilogram yang bergantung pada ukurannya.
"Biasanya ketika hasil tangkapannya melimpah, harga ikan akan sedikit mengalami penurunan, turun sekitar 10 persen," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono mengakui sebagian nelayan Cilacap mulai berangkat melaut untuk mencari ikan.
"Semoga cuaca buruk tidak terjadi lagi, sehingga nelayan tetapi dapat melaut untuk menangkap ikan," katanya.
"Saat ini beberapa jenis ikan sudah mulai bermunculan, namun belum banyak, sehingga hasil tangkapan nelayan masih hitungan ekor," kata Tarmuji di Cilacap, Selasa.
Oleh karena itu, ia menjelaskan saat ini ikan-ikan yang ditangkap nelayan tidak dijual melalui tempat pelelangan ikan (TPI), melainkan dijual langsung kepada konsumen.
Dengan demikian, aktivitas TPI Pandanarang di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, masih sepi karena belum ada ikan yang dilelang.
"Semoga cuaca di perairan selatan Cilacap tetap bersahabat, sehingga berbagai jenis ikan makin banyak yang bermunculan dan hasil tangkapan nelayan melimpah. Dengan demikian, aktivitas pelelangan ikan dapat kembali berjalan," katanya.
Kendati berpotensi terjadi gelombang tinggi dan belum banyak ikan yang bermunculan, Tarmuji mengatakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil nekat melaut dengan cara "jolokan" (berangkat pagi hari saat gelombang masih tenang dan pulang siang hari saat angin mulai kencang yang berpotensi meningkatkan tinggi gelombang, red.) di sekitaran perairan Teluk Penyu.
Menurut dia, hal itu dilakukan nelayan tradisional demi memenuhi kebutuhan keluarga karena saat sekarang harga jual ikan sedang bagus mengingat hasil tangkapan nelayan masih sedikit.
Ia mencontohkan harga ikan layur saat sekarang berkisar Rp40.000-Rp50.000 per kilogram, udang jerbung berkisar Rp90.000-Rp170.000 per kilogram, dan ikan bawal putih berkisar Rp125.000-Rp250.000 per kilogram yang bergantung pada ukurannya.
"Biasanya ketika hasil tangkapannya melimpah, harga ikan akan sedikit mengalami penurunan, turun sekitar 10 persen," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono mengakui sebagian nelayan Cilacap mulai berangkat melaut untuk mencari ikan.
"Semoga cuaca buruk tidak terjadi lagi, sehingga nelayan tetapi dapat melaut untuk menangkap ikan," katanya.