Purwokerto (ANTARA) - Tim mahasiswa Program Studi Teknik Rekayasa Elektromedis D4 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berhasil memborong tiga medali dalam ajang Internasional Science, Technology, and Engineering (ISTEC) 2022 yang diikuti 18 negara dari 4 benua dengan jumlah pendaftar lebih dari 350 peserta untuk berbagai kategori.
Pada kompetisi tersebut, tim Elektromedis UMP peraih medali emas adalah Intan Sakina Ramadhani dan Annisa Gallela Anjani yang dibimbing oleh Royan, S.T., M.T. Sementara, peraih medali perak adalah Wafiyudin Syifa Fuadi dan Naufal Lutfi Hadi yang dibimbing oleh Kusnanto Mukti W, S.Si., M.Eng., sedangkan medali perunggu diperoleh Muhamad Hisyam Aushaaf dan Farras Zuhdi, yang dibimbing oleh Rum Sapundani, M.Si.
Dalam hal ini, tim Elektromedis UMP memresentasikan alat yang dihasilkan dari penelitian masing-masing yang berjudul "Movement Control of X Ray Device Using Voice Note and Program via Smartphone", "An Advanced Alarm of Baby Incubator using IoT", dan "An Inteliggent Infuse Pump fabrication using IoT for Time Efficiency and Emergency Situation Monitoring".
Salah seorang anggota tim peraih medali emas, Intan Sakina Ramadhani mengatakan judul penelitian "An Advanced Alarm of Baby Incubator Using IoT" diangkat karena bayi prematur memiliki berat badan yang rendah, sehingga tidak memiliki cadangan lemak yang cukup untuk menghangatkan tubuhnya.
Baca juga: Ini cara Rektor UMP "ngabuburit" bareng mahasiswa asing
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan inkubator bayi untuk menjaga suhu dan kelembapan di lingkungan bayi.
"Inkubator bayi umumnya dilengkapi dengan alarm. Alarm memiliki fungsi vital untuk memberikan informasi tentang malfungsi sensor, suhu berlebih, kesalahan kipas, kegagalan power, dan kesalahan suhu," katanya di Purwokerto, Senin (18/4).
Namun berdasarkan data, kata dia, banyak bayi prematur yang mengalami luka bakar pada punggung dan telapak tangan, bahkan meninggal.
"Kurangnya pengawasan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan, sehingga perlu adanya notifikasi tambahan yang dapat melaporkan malfungsi di inkubator secara 'real time', di manapun perawat atau dokter berada," jelasnya.
Menurut dia, sistem peringatan yang terorganisasi dengan baik akan diintegrasikan untuk memastikan bahwa setiap malfungsi dapat dicegah atau diminimalkan.
"Dalam penelitian ini telah dikembangkan inkubator bayi. Menambahkan modul WiFi ESP8266 untuk memberikan notifikasi melalui 'smartphone' berbasis Android. Jadi, dokter atau perawat bisa mengetahui alarm tersebut meski berada di luar ruangan supervisi pasien, dokter atau perawat juga dapat melakukan tindakan darurat dengan menekan tombol yang tersedia di HP," paparnya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Teknik Rekayasa Elektromedis Gema Romadhona, S.T., M.Eng. mengharapkan para mahasiswa peraih medali bisa mempertahankan, bahkan meningkatkan prestasinya.
"Semoga bisa menjadi penyemangat, kebermanfaatan, dan keberkahan bagi kita semua," katanya. (tgr)
Baca juga: Kelapa kopyor UMP lolos uji pelepasan varietas Kementerian Pertanian
Baca juga: Magister PIPS UMP gelar Seminar Nasional Implementasi Kurikulum Merdeka
Pada kompetisi tersebut, tim Elektromedis UMP peraih medali emas adalah Intan Sakina Ramadhani dan Annisa Gallela Anjani yang dibimbing oleh Royan, S.T., M.T. Sementara, peraih medali perak adalah Wafiyudin Syifa Fuadi dan Naufal Lutfi Hadi yang dibimbing oleh Kusnanto Mukti W, S.Si., M.Eng., sedangkan medali perunggu diperoleh Muhamad Hisyam Aushaaf dan Farras Zuhdi, yang dibimbing oleh Rum Sapundani, M.Si.
Dalam hal ini, tim Elektromedis UMP memresentasikan alat yang dihasilkan dari penelitian masing-masing yang berjudul "Movement Control of X Ray Device Using Voice Note and Program via Smartphone", "An Advanced Alarm of Baby Incubator using IoT", dan "An Inteliggent Infuse Pump fabrication using IoT for Time Efficiency and Emergency Situation Monitoring".
Salah seorang anggota tim peraih medali emas, Intan Sakina Ramadhani mengatakan judul penelitian "An Advanced Alarm of Baby Incubator Using IoT" diangkat karena bayi prematur memiliki berat badan yang rendah, sehingga tidak memiliki cadangan lemak yang cukup untuk menghangatkan tubuhnya.
Baca juga: Ini cara Rektor UMP "ngabuburit" bareng mahasiswa asing
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan inkubator bayi untuk menjaga suhu dan kelembapan di lingkungan bayi.
"Inkubator bayi umumnya dilengkapi dengan alarm. Alarm memiliki fungsi vital untuk memberikan informasi tentang malfungsi sensor, suhu berlebih, kesalahan kipas, kegagalan power, dan kesalahan suhu," katanya di Purwokerto, Senin (18/4).
Namun berdasarkan data, kata dia, banyak bayi prematur yang mengalami luka bakar pada punggung dan telapak tangan, bahkan meninggal.
"Kurangnya pengawasan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan, sehingga perlu adanya notifikasi tambahan yang dapat melaporkan malfungsi di inkubator secara 'real time', di manapun perawat atau dokter berada," jelasnya.
Menurut dia, sistem peringatan yang terorganisasi dengan baik akan diintegrasikan untuk memastikan bahwa setiap malfungsi dapat dicegah atau diminimalkan.
"Dalam penelitian ini telah dikembangkan inkubator bayi. Menambahkan modul WiFi ESP8266 untuk memberikan notifikasi melalui 'smartphone' berbasis Android. Jadi, dokter atau perawat bisa mengetahui alarm tersebut meski berada di luar ruangan supervisi pasien, dokter atau perawat juga dapat melakukan tindakan darurat dengan menekan tombol yang tersedia di HP," paparnya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Teknik Rekayasa Elektromedis Gema Romadhona, S.T., M.Eng. mengharapkan para mahasiswa peraih medali bisa mempertahankan, bahkan meningkatkan prestasinya.
"Semoga bisa menjadi penyemangat, kebermanfaatan, dan keberkahan bagi kita semua," katanya. (tgr)
Baca juga: Kelapa kopyor UMP lolos uji pelepasan varietas Kementerian Pertanian
Baca juga: Magister PIPS UMP gelar Seminar Nasional Implementasi Kurikulum Merdeka