Karanganyar (ANTARA) - Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak di bidang manufaktur di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, mengaku mampu bertahan menghadapi pandemi COVID-19 usai memperoleh pendampingan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera Sutarmin di Karanganyar, Kamis mengatakan pandemi COVID-19 sempat memberikan dampak terhadap penurunan pendapatan. Meski demikian, kondisi tersebut tidak berlangsung lama.

"Karena kami punya banyak relasi. Meski memang mereka sempat sepi produksi sehingga kami tidak suplai," kata Sutarmin.

Ia mengatakan perusahaannya tersebut bergabung menjadi binaan YDBA sejak tiga tahun lalu. Semenjak itu, berbagai fasilitas diperolehnya, di antaranya akses permodalan dan perluasan pasar.

"Sebelum bergabung dalam pendampingan, customer kami hanya dari lokal saja, Solo dan sekitarnya. Namun sekarang saya sudah kirim produk ke luar kota. Bahkan selama pandemi saya tidak pernah sepi orderan," katanya.

Ia mengatakan perusahaannya yang memproduksi berbagai cetakan atau mold untuk produk rumah tangga tersebut sudah memiliki pelanggan industri dari berbagai daerah di Indonesia.

Sejak berdiri pada tahun 2011 hingga saat ini, ia berhasil menambah jumlah tenaga kerja dari empat orang menjadi 12 orang. Selain itu, Sutarmin yang awalnya hanya memiliki satu mesin untuk saat ini sudah mampu menambah menjadi lima unit mesin.

"Omzet juga ikut bertambah, dari sekitar Rp150 juta/bulan sekarang menjadi Rp250-300 juta/bulan. Rencananya saya akan nambah mesin lagi," katanya.

Sementara itu, Ketua YDBA Sigit P. Kumala mengatakan ada sebanyak 48 UMKM binaan YDBA di wilayah Solo Raya. Ia mencatat 50 persen dari seluruh UKM binaan YDBA di Solo Raya tersebut bergerak di bidang manufaktur. Sedangkan 23 persen di antaranya bergerak di sektor pertanian dan sisanya di sektor kerajinan.

Menurut dia, pendampingan dilakukan hingga pelaku UKM tersebut mampu menunjukkan kemandirian. Ia mengatakan untuk menuju UKM mandiri mereka harus memenuhi standar produksi, mulai dari proses, perizinan, hingga pemasaran.

"Baru kemudian dari finansial dan sumber daya manusia, yang terakhir Environment Health Safety (EHS). Kalau lima pilar itu terpenuhi baru nanti dilihat bisnisnya. Yang penting mereka fokus pada QCD, quality, cost, and delivery," kata Sigit.

Ia mengatakan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menjadikan UKM tersebut mandiri. Sebagai gambaran, untuk sektor otomotif membutuhkan waktu sekitar 4-5 tahun.

"Kalau sektor kuliner membutuhkan waktu 2-3 tahun. Meski begitu ini semua juga tergantung dari keseriusan UMKM dalam menjalani pendampingan," katanya.

Ia mengatakan dalam proses pendampingan tersebut yang dibutuhkan di antaranya kesiapan mental dan disiplin. "Harapannya, ketika sudah mandiri mereka mampu berkompetisi," kata Sigit.

Baca juga: NetApp Bidik Segmen UKM Ritel dan Manufaktur

Pewarta : Aris Wasita
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024