Semarang (ANTARA) - Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC Doktor Pratama Persadha mengatakan teknologi informasi komunikasi atau information communication technology (ICT) mendorong ekonomi digital Indonesia dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) ini menyebutkan salah satu yang terdampak pandemik COVID-19 adalah sektor ekonomi.

"Namun, di satu sisi digitalisasi menjadi sangat cepat dan masif," kata Pratama Persadha melalui percakapan WhatsApp kepada ANTARA di Semarang, Senin.

Ia menyebutkan Indonesia menjadi salah satu negara yang potensi ekonomi digitalnya terus bertumbuh, bahkan perkiraan pada tahun 2025 lebih dari 135 miliar dolar Amerika Serikat. Artinya, secara tidak langsung, digitalisasi ini melakukan tugasnya yaitu shaping potensi ekonomi Indonesia, khususnya ekonomi digital.

Untuk mencapai bahkan melewati potensi ekonomi digital Indonesia ini, Pratama memandang penting semua pihak bekerja sama dengan baik dan melakukan tugasnya masing-masing.

Baca juga: Migrasi TV analog ke digital dorong munculnya pelaku ekonomi baru

Baca juga: Telkomsel investasi Rp2,1 triliun di Gojek, ekonom: Bakal tingkatkan ekonomi digital

Pemerintah, lanjut dia, harus memayungi dunia digital Indonesia dengan instrumen yang sangat aman namun fleksibel bagi perkembangan ekosistem digital itu sendiri.

Menurut dia, paling tidak Pemerintah dan DPR RI harus segera menyelesaikan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) untuk menjamin standar aturan main dunia siber di Tanah Air.

"Ini penting untuk menciptakan ekosistem digital yang terjamin keamanannya, standar dan fleksibilitasnya, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan teknologinya," kata Pratama.

Dari payung hukum lewat undang-undang ini, kata Pratama, Pemerintah juga bisa mendorong berbagai pihak untuk mengembangkan potensinya. Misalnya, kampus harus didorong untuk kurikulumnya menuju digitalisasi sehingga tercipta SDM yang tidak hanya siap kerja pada era digital, tetapi juga harus bisa menciptakan lapangan kerja serta dunia kerja baru.

"Artinya, produk riset kampus ini juga harus dilihat sebagai potensi ekonomi, harus bisa didorong value-nya ke dunia industri," kata Pratama yang juga dosen pascasarjana pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).

Hal seperti ini, kata Pratama, sudah biasa di negara maju, berbagai penelitian dan riset dengan kerja sama dari industri, baik swasta maupun dari negara (BUMN), bisa menjadi produk unggulan.

Ditekankan pula bahwa kampus harus didorong menjadi kawah candradimuka bagi penyelamatan ekonomi bangsa, salah satunya lewat pengembangan riset dan industri digital.

Selain negara dan kampus, kata dia, pihak lain yang juga mempunyai andil dalam pengembangan ekonomi digital adalah masyarakat digital itu sendiri, terutama para profesional dan aktivis digital yang sudah lama memberikan perhatian serius dari sisi industri maupun keamanan siber.

Mereka sering kali memberikan berbagai masukan dalam berbagai kesempatan, misalnya masukan terkait RUU PDP. CISSReC, misalnya, dalam berbagai kesempatan memberikan masukan agar UU PDP tidak masuk angin.

Baca juga: Gibran: Era digital jadi kesempatan untuk perkuat ekonomi

Baca juga: Presiden : Indonesia berpeluang jadi ekonomi terbesar ketujuh di dunia

Para profesional keamanan siber, aktivis digital, dan masyarakat digital sering kali berdiskusi dalam berbagai kesempatan. Potensi ekonomi digital Indonesia yang bakal menembus Rp17 triliun, menurut Pratama, tentu bukan angka yang kecil dan sangat menarik untuk dioptimalisasikan, apalagi ditingkatkan.

CISSReC sendiri, kata dia, juga sering berdiskusi lewat Komunitas ICION (Indonesia CIO Network). Dalam hal ini Dr. Pratama Persadha akan menjadi keynote speaker "XCION 9th Annual Virtual Conference" pada tanggal 6—7 April 2022.

Dalam pesan singkatnya, disebutkan bahwa kegiatan tersebut bertema "ICT Technologies shaping ASEAN Digital Economy". Adapun pembahasannya akan fokus pada strategi transformasi digital dan cyber security yang tepat di tengah percepatan pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara.

Selain itu, hadir sebagai narasumber, antara lain, Nicholas Ng (Cofounder Malaysia CION Network, MCION), Muhammad Wendy Taufiq (VP of Technology Tokocrypto), dan Yudi Hamka (CTO MNC Group), Karl Matson, CISO dari perusahaan API Security, No Name Security, Chief Executive Officer at (ISC)² Clar Rosso, dan Hana Abriyansyah (Go-Jek).

Pewarta : Kliwon
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024