Semarang (ANTARA) - Membangun sarana pendidikan harus diikuti dengan mempersiapkan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan menghasilkan insan yang paripurna, berakhlak mulia dan memiliki nilai-nilai kebangsaan kuat.
"Pembangunan pesantren modern Nahdlatul Ulama ini merupakan sebuah sejarah bagi Kalimantan Tengah di tengah kondisi pendidikan kita yang masih memiliki sejumlah kekurangan," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Rabu.
Ia menyatakan hal itu dalam sambutannya pada Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Desa Humbang Raya, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Selasa (15/3).
Selain dihadiri Ben Brahim S. Bahat (Bupati Kapuas, Kalimantan Tengah), peletakan batu pertama pembangunan pesantren itu juga dihadiri unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kalimantan Tengah, para pejabat dan ulama setempat.
Pesantren modern tersebut dibangun di atas lahan seluas 10 hektare dilengkapi dengan lahan usaha 10 hektare dan kawasan pendukung yang dikenal dengan Kampung NU seluas 15 hektare.
Menurut Lestari, dalam pembangunan sarana pendidikan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tenaga pendidik yang memiliki kualitas dan keterampilan yang memadai, sehingga mampu menghasilkan insan terdidik yang mampu menjawab berbagai tantangan di masa depan.
Rerie, sapaan akrab Lestari berharap, program pembangunan pesantren di Desa Humbang Raya ini kelak tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan terbatas, tetapi juga masyarakat luas.
Karena, menurut Rerie, manusia di dunia ini sejatinya ditugasi oleh Sang Pencipta sebagai insan pembelajar yang tidak henti belajar untuk menuntut ilmu hingga akhir hayat.
Pada kesempatan itu, Rerie yang juga anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menceritakan pengalamannya mendirikan sekolah Sukma Bangsa di tiga kabupaten di Aceh pada 2004 dengan konsep pesantren yang dikembangkan menjadi sekolah untuk umum.
Tantangannya ketika itu, ujar Rerie, adalah bagaimana mempersiapkan siswa dan tenaga pengajar yang mampu menjalani proses belajar mengajar dalam proses transformasi pendidikan di Aceh.
Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu berharap pembangunan pesantren NU di Kalimantan Tengah ini memiliki konsep pembangunan pesantren berkelanjutan yang memiliki kemampuan bukan hanya sebagai sarana pendidikan semata, tetapi juga untuk pengembangan sektor lainnya.
Sehingga, tambah Rerie, kehadiran pesantren NU di Desa Humbang Raya ini mampu menghadirkan cahaya bagi masyarakat luas. Karena dari pondok pesantren modern ini akan lahir insan-insan terdidik yang mampu meneruskan perjuangan bangsa.
Pada kesempatan itu, Rerie juga menyumbang 5.000 bibit tanaman buah yang penyerahannya bertahap sesuai dengan progres pembangunan kawasan pondok pesantren. ***
"Pembangunan pesantren modern Nahdlatul Ulama ini merupakan sebuah sejarah bagi Kalimantan Tengah di tengah kondisi pendidikan kita yang masih memiliki sejumlah kekurangan," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Rabu.
Ia menyatakan hal itu dalam sambutannya pada Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Desa Humbang Raya, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Selasa (15/3).
Selain dihadiri Ben Brahim S. Bahat (Bupati Kapuas, Kalimantan Tengah), peletakan batu pertama pembangunan pesantren itu juga dihadiri unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kalimantan Tengah, para pejabat dan ulama setempat.
Pesantren modern tersebut dibangun di atas lahan seluas 10 hektare dilengkapi dengan lahan usaha 10 hektare dan kawasan pendukung yang dikenal dengan Kampung NU seluas 15 hektare.
Menurut Lestari, dalam pembangunan sarana pendidikan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tenaga pendidik yang memiliki kualitas dan keterampilan yang memadai, sehingga mampu menghasilkan insan terdidik yang mampu menjawab berbagai tantangan di masa depan.
Rerie, sapaan akrab Lestari berharap, program pembangunan pesantren di Desa Humbang Raya ini kelak tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan terbatas, tetapi juga masyarakat luas.
Karena, menurut Rerie, manusia di dunia ini sejatinya ditugasi oleh Sang Pencipta sebagai insan pembelajar yang tidak henti belajar untuk menuntut ilmu hingga akhir hayat.
Pada kesempatan itu, Rerie yang juga anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menceritakan pengalamannya mendirikan sekolah Sukma Bangsa di tiga kabupaten di Aceh pada 2004 dengan konsep pesantren yang dikembangkan menjadi sekolah untuk umum.
Tantangannya ketika itu, ujar Rerie, adalah bagaimana mempersiapkan siswa dan tenaga pengajar yang mampu menjalani proses belajar mengajar dalam proses transformasi pendidikan di Aceh.
Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu berharap pembangunan pesantren NU di Kalimantan Tengah ini memiliki konsep pembangunan pesantren berkelanjutan yang memiliki kemampuan bukan hanya sebagai sarana pendidikan semata, tetapi juga untuk pengembangan sektor lainnya.
Sehingga, tambah Rerie, kehadiran pesantren NU di Desa Humbang Raya ini mampu menghadirkan cahaya bagi masyarakat luas. Karena dari pondok pesantren modern ini akan lahir insan-insan terdidik yang mampu meneruskan perjuangan bangsa.
Pada kesempatan itu, Rerie juga menyumbang 5.000 bibit tanaman buah yang penyerahannya bertahap sesuai dengan progres pembangunan kawasan pondok pesantren. ***