Kudus (ANTARA) -
Mayoritas SMP, baik negeri maupun swasta di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menggelar penilaian tengah semester (PTS) secara tatap muka, meskipun ada yang secara dalam jaringan (daring).

Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus Harjuna Widada di Kudus, Senin, membenarkan dari 52 SMP di daerah itu ada dua SMP yang menggelar PTS secara daring, yakni SMP Keluarga dan SMP Masehi, sedangkan lainnya secara tatap muka.
 
Sekolah yang menggelar PTS secara tatap muka, kata dia, ada yang digelar dengan membagi menjadi dua shift dan ada yang tidak. Untuk SMP yang menggelar PTS berdasarkan shift, untuk shift pertama dimulai pukul 07.00-09.45 WIB dan shift kedua dimulai pukul 10.15-13.00 WIB.

Baca juga: Pemkab Pati izinkan sekolah gelar pembelajaran tatap muka terbatas

Salah satu SMP yang menggelar PTS membagi dua shift, yakni SMP 1 Kudus serta sejumlah SMP negeri lainnya juga menerapkan kebijakan serupa guna menghindari kerumunan.
 
"Keputusan PTS yang berlangsung mulai 7-12 Maret 2022 digelar secara daring atau tatap muka kami serahkan kepada masing-masing sekolah untuk menentukannya. Masing-masing sekolah tentunya memiliki alasan berbeda-beda untuk memutuskannya," ujarnya.
 
Kepala SMP 1 Kudus Ahadi Setiawan mengungkapkan materi yang diujikan dalam PTS ini tidak ada persoalan, karena sebelumnya mendapat kesempatan menggelar pembelajaran tatap muka secara penuh.
 
Selain itu, pemerintah juga memberlakukan kurikulum darurat, sehingga capaiannya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah masing-masing dan tidak ada masalah dengan materi yang akan dihadapi para siswa.
 
Bobot dari kurikulum darurat, kata dia, lebih ringan dibandingkan kurikulum 2013, karena memberikan kewenangan kepada sekolah untuk memberikan materi yang esensial saja kepada siswanya dan materinya juga disusun oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai mata pelajaran keselarasan di masing-masing kabupaten.
 
Kepala SMP Masehi Kudus Margareta Hani Pramono membenarkan bahwa sekolahnya memang menerapkan PTS secara daring, karena alasan kesehatan. Apalagi, sejak awal pandemi pembelajarannya juga digelar secara daring.
 
Alasan lainnya, terkait prinsip keadilan, karena selama daring tentunya ada siswa yang bisa mengerjakan mata pelajaran tertentu dengan baik dan ada yang tidak, sehingga akan merasa tertekan. Untuk itu, diputuskan PTS digelar secara daring penuh.

Baca juga: Kota Semarang kembali berlakukan PTM kapasitas 50 persen
Baca juga: Wali Kota Surakarta kembali positif COVID-19

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024