Semarang (ANTARA) - Pembinaan Kemandirian bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) terus digalakkan Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah salah satunya dengan menggandeng PT Amura Pratama untuk memberikan bimbingan kerja industri garmen di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang.

"Upaya itu untuk mengembalikan WBP ke jalan yang benar perlu dukungan penuh semua pihak, sehingga mereka butuh bekal saat bebas nanti. Ini upaya positif yang dilakukan,” kata Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah A Yuspahruddin, Jumat(25/2)

Ia menjelaskan tujuan pembangunan pabrik garmen adalah mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam pembinaan WBP, sehingga dibutuhkan andil dan perhatian besar masyarakat luar untuk memberikan support kepada WBP.

"Sehingga ketika kembali ke masyarakat, mereka dapat berperan aktif dalam pembangunan, tidak mengulangi tindak pidana dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab," kata Yuspahruddin. Para WBP tengah menggarap ribuan pesanan baju. Suasana di ruangan Bimker Lapas Perempuan Semarang. ANTARA/HO-Kemenkumham Sebelumnya pembinaan kemandirian yang menggandeng PT Amura Pratama juga dilakukan di Rutan Kelas I Surakarta yang membuatnya sebagai salah satu rutan di Indonesia yang menjadi lokasi pabrik garmen sejak Agustus tahun 2021.

Sementara itu, Pembinaan kemandirian Lapas Kelas IIA Perempuan Semarang kini berkembang dengan pesat. Bahkan hasil karya para warga binaan pemasyarakatan (WBP) melalui Bimbingan Kerja (Bimker) telah dilirik pihak ketiga.

“Sebanyak 30 orang WBP dikrekrut menjadi karyawan garment dan dilatih untuk siap bekerja memenuhi target pasar,” ujar Kepala Lapas, Kristiana H. Para WBP tengah menggarap ribuan pesanan baju. Suasana di ruangan Bimker Lapas Perempuan Semarang. ANTARA/HO-Kemenkumham Saat ini, LPP Semarang bekerja sama dengan Amura Pratama dari Yayasan Afa Bina Warga Indonesia. Sebagai pihak ketiga, perusahaan ini mempercayakan produksi garmennya di Lapas Perempuan Semarang. Para WBP diberi garapan ribuan pesanan baju, seragam sekolah sebanyak 2.281 dan jaket sebanyak 3.170 buah.

Sebelumnya, para WBP sama sekali tidak memiliki keterampilan menjahit, namun dengan adanya pelatihan dan orderan yang melimpah, mereka dapat menguasai mesin jahit hanya dalam waktu sebulan.

Tak perlu waktu lama, para WBP tengah menggarap ribuan pesanan baju. Suasana di ruangan Bimker Lapas Perempuan Semarang seakan seperti di dalam pabrik industri garmen. Puluhan mesin jahit berjejer rapi lengkap dengan benang, kain, dan piranti lainnya.

Tumpukan kain menjadi pertanda banyaknya pesanan, bahkan tampak karung-karung yang sudah tersusun rapi pakaian jadi hasil garapan para WBP. Bak karyawan pabrik, mereka fokus dan terampil mengoperasikan mesin jahit. Ada yang menjahit resleting, memotong kain, memasang jarum, menyetrika pesanan jadi, dan melubangi kancing.

Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024