Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah telah mengaktifkan Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) di Kecamatan Mojosongo untuk pasien isolasi terpusat (Isoter) sebagai antisipasi jika terjadi lonjakan kasus.
Sekretaris Daerah Kabupaten Boyolali Masruri di Boyolali, Selasa, mengatakan, pemkab sudah mengaktifkan kembali bangsal Brotowali 2 di RSDC Mojosongo untuk persiapan jika terjadi lonjakan kasus di wilayahnya.
Namun, kata Masruri, pihaknya bersama elemen terkait akan melakukan rapat koordinasi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Rabu (9/2), dengan diaktifkan kembali RSDC untuk persiapan tempat isoter pasien bergejala ringan COVID-19.
"RSDC untuk tempat isoter hanya untuk menampung pasien bergejala ringan COVID-19. Sedangkan, pasien yang gejala berat ditangani di RSUD Pandan Arang," kata Masruri.
Baca juga: Antisipasi lonjakan COVID-19, Banjarnegara siapkan tempat isoter
Dia mengatakan RSDC Mojosongo sudah disiapkan, sejak Sabtu (5/2) hingga sekarang belum ada pasien yang dirawat di isoter karena sebagian besar menjalani isolasi mandiri (isoman).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Puji Astuti mengatakan pihaknya untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Boyolali sudah melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk memperkuat program "Jogo Tonggo" dan melakukan pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) atau 3T secara terstruktur.
Selain itu, pihaknya juga melakukan antisipasi mempersiapkan tempat isolasi terpusat (Isoter) di Brotowali 2 RS Darurat COVID-19 di Mojosongo. Namun, pasien COVID-19 hingga sekarang mayoritas gejala ringan sehingga hanya menjalani solasi mandiri.
"RS Darurat COVID-19 di Boyolali mampu menampung sekitar 58 pasien gejala ringan sudah dipersiapkan, sejak Sabtu (5/2) hingga sekarang, tetapi sampai sekarang belum ada pasien yang dirawat di tempat itu," katanya.
Sementara itu, kasus aktif COVID-19 di Boyolali, hingga Senin (7/2) malam, bertambah 11 kasus sehingga total menjadi 116 kasus. Jumlah itu, terdiri dari 18 kasus dirawat di rumah sakit dan 98 kasus menjalani isolasi mandiri (isoman).
Boyolali kasus COVID-19 secara akumulasi menjadi 24.730 kasus dan warga yang sudah dinyatakan sembuh bertambah tiga kasus sehingga total menjadi 23.203 kasus atau sekitar 93,8 persen. Angka kematian karena COVID-19 tidak ada tambahan tetap 1.412 kasus atau sekitar 5,7 persen.
Boyolali masuk zona resiko rendah warga kuning dengan skor indeks kesehatan masyarakat (IKM) COVID-19 2,64. Prosentase tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) sekitar 4 persen. Boyolali masih masuk PPKM level 2.
Baca juga: Isolasi terpusat anak libatkan orang tua sebagai pendamping
Sekretaris Daerah Kabupaten Boyolali Masruri di Boyolali, Selasa, mengatakan, pemkab sudah mengaktifkan kembali bangsal Brotowali 2 di RSDC Mojosongo untuk persiapan jika terjadi lonjakan kasus di wilayahnya.
Namun, kata Masruri, pihaknya bersama elemen terkait akan melakukan rapat koordinasi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Rabu (9/2), dengan diaktifkan kembali RSDC untuk persiapan tempat isoter pasien bergejala ringan COVID-19.
"RSDC untuk tempat isoter hanya untuk menampung pasien bergejala ringan COVID-19. Sedangkan, pasien yang gejala berat ditangani di RSUD Pandan Arang," kata Masruri.
Baca juga: Antisipasi lonjakan COVID-19, Banjarnegara siapkan tempat isoter
Dia mengatakan RSDC Mojosongo sudah disiapkan, sejak Sabtu (5/2) hingga sekarang belum ada pasien yang dirawat di isoter karena sebagian besar menjalani isolasi mandiri (isoman).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Puji Astuti mengatakan pihaknya untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Boyolali sudah melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk memperkuat program "Jogo Tonggo" dan melakukan pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) atau 3T secara terstruktur.
Selain itu, pihaknya juga melakukan antisipasi mempersiapkan tempat isolasi terpusat (Isoter) di Brotowali 2 RS Darurat COVID-19 di Mojosongo. Namun, pasien COVID-19 hingga sekarang mayoritas gejala ringan sehingga hanya menjalani solasi mandiri.
"RS Darurat COVID-19 di Boyolali mampu menampung sekitar 58 pasien gejala ringan sudah dipersiapkan, sejak Sabtu (5/2) hingga sekarang, tetapi sampai sekarang belum ada pasien yang dirawat di tempat itu," katanya.
Sementara itu, kasus aktif COVID-19 di Boyolali, hingga Senin (7/2) malam, bertambah 11 kasus sehingga total menjadi 116 kasus. Jumlah itu, terdiri dari 18 kasus dirawat di rumah sakit dan 98 kasus menjalani isolasi mandiri (isoman).
Boyolali kasus COVID-19 secara akumulasi menjadi 24.730 kasus dan warga yang sudah dinyatakan sembuh bertambah tiga kasus sehingga total menjadi 23.203 kasus atau sekitar 93,8 persen. Angka kematian karena COVID-19 tidak ada tambahan tetap 1.412 kasus atau sekitar 5,7 persen.
Boyolali masuk zona resiko rendah warga kuning dengan skor indeks kesehatan masyarakat (IKM) COVID-19 2,64. Prosentase tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) sekitar 4 persen. Boyolali masih masuk PPKM level 2.
Baca juga: Isolasi terpusat anak libatkan orang tua sebagai pendamping