Boyolali (ANTARA) - Sebanyak 106 siswa dan guru menjalani tes usap PCR setelah ada seorang guru dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19, di SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Senin.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali Darmanto ke-106 siswa dan guru setelah menjalani tes usap PCR langsung menjalani isolasi mandiri sambil menunggu hasilnya sekitar tiga hingga empat hari mendatang.
Darmanto menjelaskan siswa dan guru setelah dites usap PCR dari hasil penelusuran kotak erat (tracing) dengan guru yang dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19 itu. Sedangkan, siswa lainnya yang tidak ada kotak erat masih menjalani pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan ketat.
"Siswa dan guru yang menjalani tes PCR harus isolasi mandiri selama 14 hari dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ)," kata Darmanto.
Ia mengatakan kronologinya ada temuan kasus positif COVID-19 di lingkungan sekolah tersebut berawal dari seorang guru merupakan warga Klaten yang mengajar di SMPN 3 Sawit Boyolali.
Dia memiliki anak yang tinggal di Jakarta dan pamit untuk menengok, pada Sabtu (29/1).
Guru tersebut tiba di Boyolali, pada Minggu (30/1) sore. Guru itu, sempat mengajar, pada Senin (31/1), dan Rabu (2/2) sedangkan pada Selasa (1/2) libur karena bertepatan dengan Hari Raya Imlek. Pada Kamis (3/2) guru tersebut juga berangkat mengajar, tetapi dia mendapat kabar jika anaknya di Jakarta terkonfirmasi positif COVID-19.
Guru itu, di sekolah datang baru sebentar, kemudian dikabari anaknya positif kemudian izin kepada kepala sekolah untuk pulang awal. Guru itu, lalu tes usap mandiri dan hasilnya positif.
"Saya kemudian minta agar kepala sekolah segera berkoordinasi dengan puskesmas dan Satgas COVID-19. Pada Jumat (4/2) dilakukan penelusuran kotak erat. Ada 106 siswa dan guru yang masuk hasil penelusuran kotak erat yang bersangkutan untuk dilakukan tes PCR," katanya.
Sebanyak 106 siswa dan guru tersebut tidak diizinkan mengikuti PTM di sekolah. Mereka menjalani pembelajaran daring sejak Sabtu (5/2). Kemudian ada 10 guru yang masuk penelusuran kontak erat dan 7 guru di antaranya, telah menjalani usap mandiri dengan hasil negatif. Sedangkan siswa dan guru yang belum tes usap dilaksanakan, pada Senin ini.
Sebanyak 106 orang yang masuk penelusuran kontak erat harus menjalani isolasi mandiri sekitar 14 hari hingga dua kali tes PCR guna memastikan kondisi mereka aman. Sedangkan, siswa dan guru lain yang tidak masuk dalam penelusuran kontak erat tetap menjalani PTM terbatas dengan Prokes ketat.
"Kami berharap secara psikologis anak-anak tetap tenang. Kami apalagi saat ini fokus meningkatkan motivasi belajar anak-anak setelah hampir dua tahun melaksanakan secara daring," terangnya.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali Darmanto ke-106 siswa dan guru setelah menjalani tes usap PCR langsung menjalani isolasi mandiri sambil menunggu hasilnya sekitar tiga hingga empat hari mendatang.
Darmanto menjelaskan siswa dan guru setelah dites usap PCR dari hasil penelusuran kotak erat (tracing) dengan guru yang dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19 itu. Sedangkan, siswa lainnya yang tidak ada kotak erat masih menjalani pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan ketat.
"Siswa dan guru yang menjalani tes PCR harus isolasi mandiri selama 14 hari dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ)," kata Darmanto.
Ia mengatakan kronologinya ada temuan kasus positif COVID-19 di lingkungan sekolah tersebut berawal dari seorang guru merupakan warga Klaten yang mengajar di SMPN 3 Sawit Boyolali.
Dia memiliki anak yang tinggal di Jakarta dan pamit untuk menengok, pada Sabtu (29/1).
Guru tersebut tiba di Boyolali, pada Minggu (30/1) sore. Guru itu, sempat mengajar, pada Senin (31/1), dan Rabu (2/2) sedangkan pada Selasa (1/2) libur karena bertepatan dengan Hari Raya Imlek. Pada Kamis (3/2) guru tersebut juga berangkat mengajar, tetapi dia mendapat kabar jika anaknya di Jakarta terkonfirmasi positif COVID-19.
Guru itu, di sekolah datang baru sebentar, kemudian dikabari anaknya positif kemudian izin kepada kepala sekolah untuk pulang awal. Guru itu, lalu tes usap mandiri dan hasilnya positif.
"Saya kemudian minta agar kepala sekolah segera berkoordinasi dengan puskesmas dan Satgas COVID-19. Pada Jumat (4/2) dilakukan penelusuran kotak erat. Ada 106 siswa dan guru yang masuk hasil penelusuran kotak erat yang bersangkutan untuk dilakukan tes PCR," katanya.
Sebanyak 106 siswa dan guru tersebut tidak diizinkan mengikuti PTM di sekolah. Mereka menjalani pembelajaran daring sejak Sabtu (5/2). Kemudian ada 10 guru yang masuk penelusuran kontak erat dan 7 guru di antaranya, telah menjalani usap mandiri dengan hasil negatif. Sedangkan siswa dan guru yang belum tes usap dilaksanakan, pada Senin ini.
Sebanyak 106 orang yang masuk penelusuran kontak erat harus menjalani isolasi mandiri sekitar 14 hari hingga dua kali tes PCR guna memastikan kondisi mereka aman. Sedangkan, siswa dan guru lain yang tidak masuk dalam penelusuran kontak erat tetap menjalani PTM terbatas dengan Prokes ketat.
"Kami berharap secara psikologis anak-anak tetap tenang. Kami apalagi saat ini fokus meningkatkan motivasi belajar anak-anak setelah hampir dua tahun melaksanakan secara daring," terangnya.