Purwokerto (ANTARA) - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Rio Probo Kaneko, Sp.JP, FIHA mengingatkan masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat untuk menghindari penyakit jantung.
"Pola hidup sehat perlu dilakukan secara rutin untuk menghindari penyakit jantung," katanya, melalui wawancara virtual dengan Antara yang diakses dari Purwokerto, Jawa Tengah, Minggu.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu mengatakan pola hidup sehat yang dimaksud adalah tidak merokok dan melakukan kegiatan olahraga secara rutin minimal 3-5 kali seminggu selama 30-60 menit.
Baca juga: Dokter spesialis UNS: Orang awam bisa bantu tangani jantung berhenti
Selain itu, menghindari obesitas, menghindari makanan tinggi kolesterol dan garam, meningkatkan makanan tinggi serat serta mengelola kondisi stres dan emosional.
Masyarakat, katanya, juga perlu melakukan pemeriksaan sesegera mungkin ke dokter atau fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala penyakit jantung.
"Misalkan gejala seperti nyeri dada, sesak nafas, bengkak pada kedua kaki, detak jantung berdetak tidak normal dan lain sebagainya," katanya.
Dia menambahkan bahwa faktor risiko dalam penyakit jantung terbagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau diubah seperti usia, kelainan genetik atau bawaan dan jenis kelamin.
Sementara itu, faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah darah tinggi atau hipertensi, kadar kolesterol tinggi atau dislipidemia, penyakit diabetes, obesitas, merokok, jarang olahraga secara rutin, serta kondisi stres dan emosional.
"Karena itu penting bagi tiap individu untuk memulai gaya hidup sehat dan menghindari faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti yang tadi sudah dikatakan yakni hipertensi, kadar kolesterol yang tinggi atau dislipidemia, merokok, obesitas dan jarang berolahraga," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa penyakit jantung secara epidemiologi biasanya sering terjadi pada pria usia di atas 45 tahun, wanita usia di atas 55 tahun atau pascamenopouse.
"Bila ada kelainan genetik atau bawaan, maka dapat terjadi pada usia lebih muda," katanya.
Dia menambahkan menjaga kesehatan jantung sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti serangan jantung dan henti jantung.
Serangan jantung, kata dia, adalah kondisi ketika terhentinya aliran darah yang mengandung oksigen pada pembuluh darah koroner jantung akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner.
Hal tersebut akan menyebabkan kerusakan otot jantung karena otot jantung tidak mendapatkan aliran oksigen yang mencukupi.
Sementara henti jantung adalah kondisi di mana jantung berhenti berdetak dan memompa darah ke seluruh tubuh.
"Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi penyakit jantung seperti gangguan irama listrik jantung atau aritmia, penyakit jantung koroner, gagal jantung dan lain sebagainya," katanya.
Baca juga: Mau hidup sehat, kurangi konsumsi gorengan
Baca juga: Yang perlu dilakukan untuk menolong penderita henti jantung
"Pola hidup sehat perlu dilakukan secara rutin untuk menghindari penyakit jantung," katanya, melalui wawancara virtual dengan Antara yang diakses dari Purwokerto, Jawa Tengah, Minggu.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu mengatakan pola hidup sehat yang dimaksud adalah tidak merokok dan melakukan kegiatan olahraga secara rutin minimal 3-5 kali seminggu selama 30-60 menit.
Baca juga: Dokter spesialis UNS: Orang awam bisa bantu tangani jantung berhenti
Selain itu, menghindari obesitas, menghindari makanan tinggi kolesterol dan garam, meningkatkan makanan tinggi serat serta mengelola kondisi stres dan emosional.
Masyarakat, katanya, juga perlu melakukan pemeriksaan sesegera mungkin ke dokter atau fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala penyakit jantung.
"Misalkan gejala seperti nyeri dada, sesak nafas, bengkak pada kedua kaki, detak jantung berdetak tidak normal dan lain sebagainya," katanya.
Dia menambahkan bahwa faktor risiko dalam penyakit jantung terbagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau diubah seperti usia, kelainan genetik atau bawaan dan jenis kelamin.
Sementara itu, faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah darah tinggi atau hipertensi, kadar kolesterol tinggi atau dislipidemia, penyakit diabetes, obesitas, merokok, jarang olahraga secara rutin, serta kondisi stres dan emosional.
"Karena itu penting bagi tiap individu untuk memulai gaya hidup sehat dan menghindari faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti yang tadi sudah dikatakan yakni hipertensi, kadar kolesterol yang tinggi atau dislipidemia, merokok, obesitas dan jarang berolahraga," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa penyakit jantung secara epidemiologi biasanya sering terjadi pada pria usia di atas 45 tahun, wanita usia di atas 55 tahun atau pascamenopouse.
"Bila ada kelainan genetik atau bawaan, maka dapat terjadi pada usia lebih muda," katanya.
Dia menambahkan menjaga kesehatan jantung sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti serangan jantung dan henti jantung.
Serangan jantung, kata dia, adalah kondisi ketika terhentinya aliran darah yang mengandung oksigen pada pembuluh darah koroner jantung akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner.
Hal tersebut akan menyebabkan kerusakan otot jantung karena otot jantung tidak mendapatkan aliran oksigen yang mencukupi.
Sementara henti jantung adalah kondisi di mana jantung berhenti berdetak dan memompa darah ke seluruh tubuh.
"Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi penyakit jantung seperti gangguan irama listrik jantung atau aritmia, penyakit jantung koroner, gagal jantung dan lain sebagainya," katanya.
Baca juga: Mau hidup sehat, kurangi konsumsi gorengan
Baca juga: Yang perlu dilakukan untuk menolong penderita henti jantung