Boyolali (ANTARA) - Kementerian Pertanian RI mengajak para petani di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, melaksanakan kegiatan Gerakan Pengendalian (Gerdal) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Gerakan Penanganan (Gernang) Dampak Perubahan Iklim (DPI) dalam rangka antisipasi hama dan perubahan iklim.
"Kami ajak petani Boyolali melaksanakan Gerdal OPT dan Gernang DPI dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan," kata Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan RI, Mohammad Takdir Mulyadi usai kegiatan antisipasi hama dan perubahan iklim, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono Boyolali, Rabu.
Dia mengatakan Gerdal OPT dilaksanakan secara ramah lingkungan dengan menggunakan Agens Pengendali Hayati (APH). Di samping itu, dalam rangka mengantisipasi dampak La Nina yaitu berupa hujan yang berlebihan. Pihaknya melakukan Gernang DPI dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat termasuk pendampingan dari TNI.
"Boyolali yang merupakan salah satu kawasan penyumbang pangan nasional khususnya Jawa Tengah ini, dapat mereplikasi kegiatan itu, di semua kecamatan terutama dalam hal penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan dan selalu secara rutin melakukan pendampingan dalam rangka untuk penanganan dampak perubahan iklim," katanya.
Baca juga: Purbalingga optimalkan peningkatan produksi pertanian
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali Bambang Jiyanto menjelaskan bahwa pihaknya kini sedang melakukan gerakan pengendalian hama penyakit dengan memanfaatkan tanaman refugia.
"Tanaman itu, dipercaya bisa menekan populasi hama penggerek batang tanaman padi," kata Bambang Jiyanto.
Menurut dia, agar mengikuti apa yang dilakukan hari ini. Pihaknya harus cepat mengamati gejala-gejala yang timbul di tanaman padi, kemudian menanam refugia di sekitar pertanian agar hama penyakit itu, hinggap di refugia tersebut sehingga tanaman padi menjadi aman.
Dia mengatakan Kabupaten Boyolali tercatat terdapat tujuh hektare lahan pertanian yang diserang penggerek batang tanaman padi dan 12 hektare lahan pertanian diserang hama tikus. Akan tetapi, karena serangan hama tersebut masih tergolong ringan, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi.
Hal tersebut, kata dia, terbukti dengan produktifitas di wilayah Kabupaten Boyolali pada masa tanam (MT) 1 masih tinggi yakni sebanyak 68,72 kuintal per ha.
"Kami produksi gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Boyolali pada 2021 ditarget sebanyak 295.751 ton dan terealisasi sebesar 292.796 ton. Kabupaten Boyolali masih mampu surplus beras sebanyak 46.475 ton.
Baca juga: Akademisi ingatkan optimalisasi peningkatan produksi pertanian pada 2022
Baca juga: Menteri Pertanian ajak seluruh petani jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
"Kami ajak petani Boyolali melaksanakan Gerdal OPT dan Gernang DPI dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan," kata Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementan RI, Mohammad Takdir Mulyadi usai kegiatan antisipasi hama dan perubahan iklim, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono Boyolali, Rabu.
Dia mengatakan Gerdal OPT dilaksanakan secara ramah lingkungan dengan menggunakan Agens Pengendali Hayati (APH). Di samping itu, dalam rangka mengantisipasi dampak La Nina yaitu berupa hujan yang berlebihan. Pihaknya melakukan Gernang DPI dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat termasuk pendampingan dari TNI.
"Boyolali yang merupakan salah satu kawasan penyumbang pangan nasional khususnya Jawa Tengah ini, dapat mereplikasi kegiatan itu, di semua kecamatan terutama dalam hal penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan dan selalu secara rutin melakukan pendampingan dalam rangka untuk penanganan dampak perubahan iklim," katanya.
Baca juga: Purbalingga optimalkan peningkatan produksi pertanian
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali Bambang Jiyanto menjelaskan bahwa pihaknya kini sedang melakukan gerakan pengendalian hama penyakit dengan memanfaatkan tanaman refugia.
"Tanaman itu, dipercaya bisa menekan populasi hama penggerek batang tanaman padi," kata Bambang Jiyanto.
Menurut dia, agar mengikuti apa yang dilakukan hari ini. Pihaknya harus cepat mengamati gejala-gejala yang timbul di tanaman padi, kemudian menanam refugia di sekitar pertanian agar hama penyakit itu, hinggap di refugia tersebut sehingga tanaman padi menjadi aman.
Dia mengatakan Kabupaten Boyolali tercatat terdapat tujuh hektare lahan pertanian yang diserang penggerek batang tanaman padi dan 12 hektare lahan pertanian diserang hama tikus. Akan tetapi, karena serangan hama tersebut masih tergolong ringan, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi.
Hal tersebut, kata dia, terbukti dengan produktifitas di wilayah Kabupaten Boyolali pada masa tanam (MT) 1 masih tinggi yakni sebanyak 68,72 kuintal per ha.
"Kami produksi gabah kering panen (GKP) di Kabupaten Boyolali pada 2021 ditarget sebanyak 295.751 ton dan terealisasi sebesar 292.796 ton. Kabupaten Boyolali masih mampu surplus beras sebanyak 46.475 ton.
Baca juga: Akademisi ingatkan optimalisasi peningkatan produksi pertanian pada 2022
Baca juga: Menteri Pertanian ajak seluruh petani jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan