Purwokerto (ANTARA) - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mendukung kebijakan minyak goreng satu harga sebesar Rp14.000 per liter.
"Beberapa waktu lalu, kami ada pendampingan ke UMKM, salah satunya UMKM keripik pisang yang memasok ke salah satu pembeli di Jakarta hingga 45 ton per bulan. Salah satu kebutuhan besarnya adalah minyak goreng," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Mikro Kecil Menengah Banyumas (Aspikmas) Pujianto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Menurut dia, lonjakan harga minyak goreng yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir sangat dikeluhkan oleh pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan ringan seperti keripik pisang, keripik tempe, dan sebagainya.
Baca juga: Polresta Banyumas pantau penerapan kebijakan minyak goreng satu harga
Ia mengatakan dengan kebijakan minyak goreng satu harga dapat membuat pelaku UMKM sedikit tenang dan senang.
"Minimal harganya ada kepastian di angka berapa (Rp14.000 per liter, red.), sehingga akan berpengaruh ke harga pokok produksi mereka dan tentunya akan berpengaruh ke harga jual dan profit mereka," katanya.
Ia mengakui banyak anggota Aspikmas yang bergerak di bidang makanan ringan yang membutuhkan minyak goreng.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan ada kebijakan tersendiri bagi pelaku UMKM agar bisa membeli minyak goreng dengan harga Rp14.000 per liter sesuai kebutuhan mengingat adanya pembatasan dalam pembelian maksimal 2 liter per konsumen.
"Kalau pelaku UMKM hanya bisa membeli maksimal 2 liter ya tidak optimal karena kebutuhannya sangat banyak. Kalau bisa, pelaku UMKM bisa membeli minyak goreng satu harga itu sesuai dengan kebutuhan mereka," katanya.
Baca juga: Harga minyak goreng di toko swalayan sesuai HET Rp14.000 per liter
Salah seorang pelaku UMKM di Ajibarang, Banyumas, Nur Khotimah mengaku senang dengan adanya kebijakan minyak goreng satu harga yang telah diterapkan di supermarket dan toko modern sejak tanggal 19 Januari 2022.
Akan tetapi dia belum sempat membeli minyak goreng yang dijual dengan harga Rp14.000 per liter itu karena ketika mendatangi salah satu toko modern, ternyata barangnya telah habis.
"Kami sebenarnya senang karena harga minyak sudah turun, ada subsidi dari pemerintah. Tapi pas butuh dan mau beli, ternyata barangnya sudah tidak ada," kata pengelola rumah produksi kering kentang "Queen Production" itu.
Ia mengharapkan ketika kebijakan minyak goreng satu harga yang akan diterapkan di pasar tradisional mulai tanggal 26 Januari 2022, ada kemudahan akses bagi pelaku UMKM untuk bisa membeli sesuai kebutuhan meskipun harus menyertakan persyaratan tertentu guna mengantisipasi kemungkinan adanya kecurangan atau penimbunan.
Dia mengatakan jika pembelian minyak goreng yang dilakukan pelaku UMKM dibatasi seperti halnya masyarakat umum, yakni maksimal 2 liter per konsumen akan menyulitkan kegiatan usaha.
"Kalau untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari, mungkin dengan beli satu kemasan untuk beberapa hari sih masih oke. Tapi untuk pelaku UMKM sangat tidak mungkin karena kebutuhannya banyak," katanya.
Nur mencontohkan dalam satu kali produksi kering kentang, kebutuhan minyak gorengnya mencapai 24 liter.
"Kalau memang dibatasi, ya mungkin maksimal satu dus isi 12 liter. Tapi kami senang sudah ada gambaran bahwa harga minyak goreng bakalan turun," katanya.
Pelaku UMKM lainnya, Denis Priwanda juga mengaku senang dengan kebijakan minyak goreng satu harga tersebut.
Akan tetapi, dia mengharapkan sebelum kebijakan tersebut diterapkan, pemerintah sebaiknya menyosialisasikan terlebih dahulu paling tidak satu minggu sebelum hari H agar pelaku UMKM tidak perlu menyiapkan stok minyak goreng dalam jumlah besar.
"Seperti saat sekarang, kami sudah terlanjur membeli minyak goreng dalam jumlah besar yang saat itu harganya masih tinggi. Hal itu tentunya akan berpengaruh terhadap harga jual produk," kata dia yang menekuni usaha Keripik Tempe 27 di Desa Gentawangi, Kecamatan Jatilawang, Banyumas.
Ia mengatakan dalam satu kali produksi untuk adonan sebanyak 10 kilogram, kebutuhan minyak gorengnya paling sedikit 6 liter.
Menurut dia, minyak goreng sangat berpengaruh terhadap cita rasa keripik tempe atau makanan lainnya yang diproduksi dengan cara digoreng.
"Kalau kami beli minyak goreng curah yang kualitasnya di bawah minyak goreng kemasan, akan berpengaruh pada rasa, sehingga konsumen pun akan mengeluh karena rasanya berbeda," katanya.
Oleh karena itu, dia mengharapkan pelaku UMKM mendapatkan dispensasi agar bisa membeli minyak goreng satu harga tersebut sesuai dengan kebutuhan sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi pascapandemi.
Baca juga: Bupati Batang ajukan bantuan delapan ribu liter minyak goreng ke Jateng
"Beberapa waktu lalu, kami ada pendampingan ke UMKM, salah satunya UMKM keripik pisang yang memasok ke salah satu pembeli di Jakarta hingga 45 ton per bulan. Salah satu kebutuhan besarnya adalah minyak goreng," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Mikro Kecil Menengah Banyumas (Aspikmas) Pujianto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Menurut dia, lonjakan harga minyak goreng yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir sangat dikeluhkan oleh pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan ringan seperti keripik pisang, keripik tempe, dan sebagainya.
Baca juga: Polresta Banyumas pantau penerapan kebijakan minyak goreng satu harga
Ia mengatakan dengan kebijakan minyak goreng satu harga dapat membuat pelaku UMKM sedikit tenang dan senang.
"Minimal harganya ada kepastian di angka berapa (Rp14.000 per liter, red.), sehingga akan berpengaruh ke harga pokok produksi mereka dan tentunya akan berpengaruh ke harga jual dan profit mereka," katanya.
Ia mengakui banyak anggota Aspikmas yang bergerak di bidang makanan ringan yang membutuhkan minyak goreng.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan ada kebijakan tersendiri bagi pelaku UMKM agar bisa membeli minyak goreng dengan harga Rp14.000 per liter sesuai kebutuhan mengingat adanya pembatasan dalam pembelian maksimal 2 liter per konsumen.
"Kalau pelaku UMKM hanya bisa membeli maksimal 2 liter ya tidak optimal karena kebutuhannya sangat banyak. Kalau bisa, pelaku UMKM bisa membeli minyak goreng satu harga itu sesuai dengan kebutuhan mereka," katanya.
Baca juga: Harga minyak goreng di toko swalayan sesuai HET Rp14.000 per liter
Salah seorang pelaku UMKM di Ajibarang, Banyumas, Nur Khotimah mengaku senang dengan adanya kebijakan minyak goreng satu harga yang telah diterapkan di supermarket dan toko modern sejak tanggal 19 Januari 2022.
Akan tetapi dia belum sempat membeli minyak goreng yang dijual dengan harga Rp14.000 per liter itu karena ketika mendatangi salah satu toko modern, ternyata barangnya telah habis.
"Kami sebenarnya senang karena harga minyak sudah turun, ada subsidi dari pemerintah. Tapi pas butuh dan mau beli, ternyata barangnya sudah tidak ada," kata pengelola rumah produksi kering kentang "Queen Production" itu.
Ia mengharapkan ketika kebijakan minyak goreng satu harga yang akan diterapkan di pasar tradisional mulai tanggal 26 Januari 2022, ada kemudahan akses bagi pelaku UMKM untuk bisa membeli sesuai kebutuhan meskipun harus menyertakan persyaratan tertentu guna mengantisipasi kemungkinan adanya kecurangan atau penimbunan.
Dia mengatakan jika pembelian minyak goreng yang dilakukan pelaku UMKM dibatasi seperti halnya masyarakat umum, yakni maksimal 2 liter per konsumen akan menyulitkan kegiatan usaha.
"Kalau untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari, mungkin dengan beli satu kemasan untuk beberapa hari sih masih oke. Tapi untuk pelaku UMKM sangat tidak mungkin karena kebutuhannya banyak," katanya.
Nur mencontohkan dalam satu kali produksi kering kentang, kebutuhan minyak gorengnya mencapai 24 liter.
"Kalau memang dibatasi, ya mungkin maksimal satu dus isi 12 liter. Tapi kami senang sudah ada gambaran bahwa harga minyak goreng bakalan turun," katanya.
Pelaku UMKM lainnya, Denis Priwanda juga mengaku senang dengan kebijakan minyak goreng satu harga tersebut.
Akan tetapi, dia mengharapkan sebelum kebijakan tersebut diterapkan, pemerintah sebaiknya menyosialisasikan terlebih dahulu paling tidak satu minggu sebelum hari H agar pelaku UMKM tidak perlu menyiapkan stok minyak goreng dalam jumlah besar.
"Seperti saat sekarang, kami sudah terlanjur membeli minyak goreng dalam jumlah besar yang saat itu harganya masih tinggi. Hal itu tentunya akan berpengaruh terhadap harga jual produk," kata dia yang menekuni usaha Keripik Tempe 27 di Desa Gentawangi, Kecamatan Jatilawang, Banyumas.
Ia mengatakan dalam satu kali produksi untuk adonan sebanyak 10 kilogram, kebutuhan minyak gorengnya paling sedikit 6 liter.
Menurut dia, minyak goreng sangat berpengaruh terhadap cita rasa keripik tempe atau makanan lainnya yang diproduksi dengan cara digoreng.
"Kalau kami beli minyak goreng curah yang kualitasnya di bawah minyak goreng kemasan, akan berpengaruh pada rasa, sehingga konsumen pun akan mengeluh karena rasanya berbeda," katanya.
Oleh karena itu, dia mengharapkan pelaku UMKM mendapatkan dispensasi agar bisa membeli minyak goreng satu harga tersebut sesuai dengan kebutuhan sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi pascapandemi.
Baca juga: Bupati Batang ajukan bantuan delapan ribu liter minyak goreng ke Jateng