Banjarnegara (ANTARA) - Anggota Lembaga Penelitian dan Pengembangan Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara dr. Titik Kusumawinakhyu, M.Biomed. menyarankan pasien untuk mengonsumsi kefir, yakni minuman yang terbuat dari susu dengan proses fermentasi, karena memiliki banyak manfaat.
"Kami bersama dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) telah melakukan penelitian tentang kefir sebagai sumber gizi dan nutrisi bagi pasien di RSI Banjarnegara," katanya di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin.
Dalam hal ini, kata dia, pihaknya bersama Ns. Nur Isnaeni, M.Kep. dari Fakultas Kesehatan UMP serta dua mahasiswa yang terdiri atas Endah dan Miftah melakukan penelitian dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.
Menurut dia, pengabdian kepada masyarakat tersebut berupa transfer ilmu pengetahuan serta hasil penelitian berupa susu kefir yang kaya manfaat.
Lebih lanjut, Titik mengatakan kefir dipilih karena mudah dibuat serta bermanfaat dan belum banyak diketahui.
"Juga belum banyak dimanfaatkan secara langsung di fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit," katanya.
Ia mengharapkan setelah instalasi gizi dapat memproduksi susu kefir, maka dapat direkomendasikan sebagai sumber gizi dan nutrisi bagi pasien RSI Banjarnegara yang mempunyai penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes melitus dan hipertensi maupun pasien non-PTM (penyakit yang dikarenakan virus, bakteri, maupun jamur) serta pasien yang sedang dalam pemulihan luka.
Menurut dia, penelitian dilakukan pada hewan coba mencit Balb/c (tikus albino) yang mengalami luka bakar akibat sinar ultra violet B (UV B) dan menghasilkan bukti yang signifikan dapat menyembuhkan luka bakar.
“Banyak penelitian lain secara klinik membuktikan kefir mampu meningkatkan daya tahan tubuh, menekan aktivitas sel kanker, menurunkan kadar gula darah, menurunkan kadar kolesterol, membantu menyehatkan saluran cerna. Secara empiris kefir sudah dikenal di berbagai negara," katanya.
Ia mengatakan kefir dapat dibuat dari susu kambing, sapi, maupun unta melalui tahap pasteurisasi dengan suhu sekitar 71-75 derajat Celcius.
Setelah itu, kata dia, grain atau bulir bibit kefir dimasukkan ke dalam susu yang sudah dipasteurisasi dan difermentasikan selama 48 jam, yakni 24 jam pertama diaduk dan 24 jam selanjutnya dapat dikonsumsi sebagai kefir.
"Hasil riset ini sepertinya sangat sederhana, tetapi dapat menghasilkan manfaat positif untuk membantu pasien agar cepat sehat setelah pulang dari rumah sakit, tidak hanya meminum obat, tetapi mendapat produk gizi yang dapat dibawa pulang. Kefir dapat pula disajikan untuk pasien-pasien rawat jalan ketika menunggu antrean," katanya.
Dengan demikian, kata dia, RSI Banjarnegara dapat menggunakan hasil riset untuk diterapkan kepada pasien dan dapat diproduksi sendiri di instalasi gizi.
"Kami bersama dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) telah melakukan penelitian tentang kefir sebagai sumber gizi dan nutrisi bagi pasien di RSI Banjarnegara," katanya di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin.
Dalam hal ini, kata dia, pihaknya bersama Ns. Nur Isnaeni, M.Kep. dari Fakultas Kesehatan UMP serta dua mahasiswa yang terdiri atas Endah dan Miftah melakukan penelitian dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.
Menurut dia, pengabdian kepada masyarakat tersebut berupa transfer ilmu pengetahuan serta hasil penelitian berupa susu kefir yang kaya manfaat.
Lebih lanjut, Titik mengatakan kefir dipilih karena mudah dibuat serta bermanfaat dan belum banyak diketahui.
"Juga belum banyak dimanfaatkan secara langsung di fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit," katanya.
Ia mengharapkan setelah instalasi gizi dapat memproduksi susu kefir, maka dapat direkomendasikan sebagai sumber gizi dan nutrisi bagi pasien RSI Banjarnegara yang mempunyai penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes melitus dan hipertensi maupun pasien non-PTM (penyakit yang dikarenakan virus, bakteri, maupun jamur) serta pasien yang sedang dalam pemulihan luka.
Menurut dia, penelitian dilakukan pada hewan coba mencit Balb/c (tikus albino) yang mengalami luka bakar akibat sinar ultra violet B (UV B) dan menghasilkan bukti yang signifikan dapat menyembuhkan luka bakar.
“Banyak penelitian lain secara klinik membuktikan kefir mampu meningkatkan daya tahan tubuh, menekan aktivitas sel kanker, menurunkan kadar gula darah, menurunkan kadar kolesterol, membantu menyehatkan saluran cerna. Secara empiris kefir sudah dikenal di berbagai negara," katanya.
Ia mengatakan kefir dapat dibuat dari susu kambing, sapi, maupun unta melalui tahap pasteurisasi dengan suhu sekitar 71-75 derajat Celcius.
Setelah itu, kata dia, grain atau bulir bibit kefir dimasukkan ke dalam susu yang sudah dipasteurisasi dan difermentasikan selama 48 jam, yakni 24 jam pertama diaduk dan 24 jam selanjutnya dapat dikonsumsi sebagai kefir.
"Hasil riset ini sepertinya sangat sederhana, tetapi dapat menghasilkan manfaat positif untuk membantu pasien agar cepat sehat setelah pulang dari rumah sakit, tidak hanya meminum obat, tetapi mendapat produk gizi yang dapat dibawa pulang. Kefir dapat pula disajikan untuk pasien-pasien rawat jalan ketika menunggu antrean," katanya.
Dengan demikian, kata dia, RSI Banjarnegara dapat menggunakan hasil riset untuk diterapkan kepada pasien dan dapat diproduksi sendiri di instalasi gizi.