Semarang (ANTARA) -
Tari Kidung Ranggawi yang berdurasi 15 menit dibawakan oleh pengasuh Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo dan putrinya, Sangghita Anjali, dengan balutan kain serba putih.
Kedua penari juga menggunakan sejumlah tokoh pewayangan dalam sajian tari ini yakni Wayang Kulit Tripomo yang terdiri dari Prabu Basukarno, R Sumantri, dan Kumbokarno atau tiga kesatria yang berjuang membela, serta mempertahankan bangsa dan negara.
Melalui Tari Kidung Ranggawi yang juga menampilkan Wayang Kulit Tripomo, Yoyok menyampaikan pesan mengenai harapan nasionalisme di tahun 2022.
"Bahwa orang Jawa dan Indonesia pada umumnya, sudah belajar konsep nasionalisme sejak zaman dulu lewat tokoh pewayangan. Kami berharap, jiwa nasionalisme tetap berkobar di tahun 2022.
Nasionalisme ini penting untuk menjaga negara tetap solid di tengah kondisi yang serba sulit," katanya.
Selain itu, Wayang Kulit Tripomo juga bisa diartikan sebagai harmoni dari tiga sifat yang dimiliki manusia yaitu pikiran, hati, dan angan-angan.
"Ketiganya harus bersatu, seimbang, dan harmoni untuk mencapai keadilan," ujar Yoyok.
Sangghita Anjali membawakan tokoh wayang kulit Dewi Gendari yang merupakan ibu para Kurawa.
"Kenapa? karena Tripomo harus mampu mengendalikan pengaruh dari sosok perempuan yang kurang baik. Yang hanya menuntut harta dan tahta," kata Yoyok.
Ketua sekaligus pelatih Sanggar Greget, Sangghita Anjali meblnambahkan, Tari Kidung Ranggawi berisi tentang ungkapan dari sebuah angan-angan, pikiran, hati, yang tersirat dalam cipta, rasa, dan karsa dengan sentuhan alunan kidung bersama melajunya gerak lewat nadi darah ragawi untuk kehidupan surgawi.
"Tahun baru sarat dengan harapan, obsesi yang belum teraealisasi pada tahun lalu, berharap bisa terlaksana pada tahun yang baru ini," ujarnya.
Sanggar Greget Semarang juga menyuguhkan sendratari Srikandi Sang Senopati atau drama tari yang mengambil episode perang suci Baratayuda dalam kisah Mahabarata.
Sanggar Greget sengaja memilihnya untuk memperingati tahun baru 2022 karena semangat Srikandi perlu disuarakan lagi.
Dalam kisahnya, lanjut Yoyok, Srikandi dipilih menjadi senopati dalam perang Baratayuda untuk mengalahkan sifat angkaramurka yang dimiliki keluarga Kurawa.
Srikandi dihadapkan dengan Resi Bisma, guru para Pandawa sekaligus salah satu prajurit gagah yang berperang di sisi Kurawa.
"Tokoh Srikandi, prajurit perempuan ini bisa menjadi teladan bagi generasi sekarang, bahwa tokoh perempuan tidak bisa dikesampingkan, bahkan menjadi peran utama ketika negara sedang berkecamuk," ujarnya.
Dikatakan, Srikandi adalah pejuang tanpa pamrih untuk memperjuangkan bangsa dan negara, serta berjuang melawan angkara murka, melawan kebencian, iri, memperjuangkan kesejahteraan kaumnya dan masyrakat seluruhnya.
Sanggar Greget juga menyajikan sejumlah tarian yang diajarkan kepada penari muda selama Juni-Desember 2021 seperti Tari Angsa, Tari Belalang, Taru Kancil, Tari Kartika Putri, Tari Priyambodo, Tari Candra Kusuma.
Ada juga video Tari Denok Deblong yang disuguhkan di kantor Polda Jateng. Tari Denok Deblong merupakan tari khas Semarang yang diiringi gamelan Gambang Semarang.
Untuk menyambut tahun baru 2022, Sanggar Greget, Kota Semarang, menampilkan Tari Kidung Ranggawi yang diunggah melalui Youtube, pada malam pergantian tahun baru, Jumat (31/12) malam.
Tari Kidung Ranggawi yang berdurasi 15 menit dibawakan oleh pengasuh Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo dan putrinya, Sangghita Anjali, dengan balutan kain serba putih.
Kedua penari juga menggunakan sejumlah tokoh pewayangan dalam sajian tari ini yakni Wayang Kulit Tripomo yang terdiri dari Prabu Basukarno, R Sumantri, dan Kumbokarno atau tiga kesatria yang berjuang membela, serta mempertahankan bangsa dan negara.
Melalui Tari Kidung Ranggawi yang juga menampilkan Wayang Kulit Tripomo, Yoyok menyampaikan pesan mengenai harapan nasionalisme di tahun 2022.
"Bahwa orang Jawa dan Indonesia pada umumnya, sudah belajar konsep nasionalisme sejak zaman dulu lewat tokoh pewayangan. Kami berharap, jiwa nasionalisme tetap berkobar di tahun 2022.
Nasionalisme ini penting untuk menjaga negara tetap solid di tengah kondisi yang serba sulit," katanya.
Selain itu, Wayang Kulit Tripomo juga bisa diartikan sebagai harmoni dari tiga sifat yang dimiliki manusia yaitu pikiran, hati, dan angan-angan.
"Ketiganya harus bersatu, seimbang, dan harmoni untuk mencapai keadilan," ujar Yoyok.
Sangghita Anjali membawakan tokoh wayang kulit Dewi Gendari yang merupakan ibu para Kurawa.
"Kenapa? karena Tripomo harus mampu mengendalikan pengaruh dari sosok perempuan yang kurang baik. Yang hanya menuntut harta dan tahta," kata Yoyok.
Ketua sekaligus pelatih Sanggar Greget, Sangghita Anjali meblnambahkan, Tari Kidung Ranggawi berisi tentang ungkapan dari sebuah angan-angan, pikiran, hati, yang tersirat dalam cipta, rasa, dan karsa dengan sentuhan alunan kidung bersama melajunya gerak lewat nadi darah ragawi untuk kehidupan surgawi.
"Tahun baru sarat dengan harapan, obsesi yang belum teraealisasi pada tahun lalu, berharap bisa terlaksana pada tahun yang baru ini," ujarnya.
Sanggar Greget Semarang juga menyuguhkan sendratari Srikandi Sang Senopati atau drama tari yang mengambil episode perang suci Baratayuda dalam kisah Mahabarata.
Sanggar Greget sengaja memilihnya untuk memperingati tahun baru 2022 karena semangat Srikandi perlu disuarakan lagi.
Dalam kisahnya, lanjut Yoyok, Srikandi dipilih menjadi senopati dalam perang Baratayuda untuk mengalahkan sifat angkaramurka yang dimiliki keluarga Kurawa.
Srikandi dihadapkan dengan Resi Bisma, guru para Pandawa sekaligus salah satu prajurit gagah yang berperang di sisi Kurawa.
Jika Srikandi tidak bisa melawan Bisma, maka Kurawa yang sarat angkaramurka akan menguasai negara.
"Tokoh Srikandi, prajurit perempuan ini bisa menjadi teladan bagi generasi sekarang, bahwa tokoh perempuan tidak bisa dikesampingkan, bahkan menjadi peran utama ketika negara sedang berkecamuk," ujarnya.
Dikatakan, Srikandi adalah pejuang tanpa pamrih untuk memperjuangkan bangsa dan negara, serta berjuang melawan angkara murka, melawan kebencian, iri, memperjuangkan kesejahteraan kaumnya dan masyrakat seluruhnya.
Sanggar Greget juga menyajikan sejumlah tarian yang diajarkan kepada penari muda selama Juni-Desember 2021 seperti Tari Angsa, Tari Belalang, Taru Kancil, Tari Kartika Putri, Tari Priyambodo, Tari Candra Kusuma.
Ada juga video Tari Denok Deblong yang disuguhkan di kantor Polda Jateng. Tari Denok Deblong merupakan tari khas Semarang yang diiringi gamelan Gambang Semarang.