Solo (ANTARA) - Yayasan Gema Salam berkomitmen mengentaskan mantan narapidana terorisme agar lebih mandiri untuk terjun kembali ke masyarakat melalui kegiatan sosialisasi.

"Sosialisasi tadi (tujuan) yang pertama supaya teman-teman mitra (mantan narapidana kasus terorisme) sadar akan hukum, negara kita kan negara hukum," kata Pembina Yayasan Gema Salam Awod pada Sosialisasi Yayasan dan Peran Pemkot Surakarta terhadap Mitra Gema Salam di rumah dinas Wali Kota Surakarta Loji Gandrung Solo, Rabu.

Ia mengatakan pada kesempatan tersebut mantan narapidana kasus terorisme (napiter) yang disebut sebagai mitra Gema Salam tersebut juga diajak lebih memahami UUD 1945 dan empat pilar kebangsaan.

"Ini juga untuk mendukung visi misi Yayasan Gema Salam ke depannya. Tadi pesertanya ada 35 itu pasutri beserta anak-anaknya," katanya.

Ia mengatakan berbagai program yang dilakukan oleh yayasan tersebut juga diupayakan agar sinkron dengan program pemerintah.

"Banyak program yang kami canangkan untuk tahun depan, seperti reintegrasi, kembali ke masyarakat, edukasi kependidikan. Kami ajak mereka kembali ke masyarakat," katanya.

Dengan Pemkot Surakarta, dikatakannya, komunikasi dilakukan cukup intens. Selain difasilitasi kantor sekretariat, pihaknya juga diberikan lapak untuk usaha para mitra.

"Harapan kami daerah lain juga demikian," katanya.

Pihaknya mencatat hingga saat ini di Jawa Tengah sudah ada 490 mantan narapidana kasus terorisme. Dari jumlah itu, 376 orang dari wilayah Soloraya, di mana 290 orang di antaranya dari Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo.

Pada kesempatan yang sama, mantan narapidana kasus terorisme Sumarno Beno Putro alias Abu Akas mengatakan sejauh ini cukup terbantu dengan program yang dilakukan oleh Yayasan Gema Salam.

"Karena kami tidak bisa jalan sendiri, ini dapat dimudahkan, termasuk mengurus kartu identitas, seperti KTP, kami juga dibantu," katanya.

Pria berusia 48 tahun asal Kabupaten Klaten ini mengatakan yayasan juga terus melakukan pendampingan saat ia dan keluarga berusaha kembali terjun di tengah-tengah masyarakat.

"Alhamdulilah masuk ke masyarakat lancar, awal-awal ada penolakan itu wajar. Kemudian kami ada pendamping dari bapas, dari yayasan juga datang untuk mendampingi," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024