Solo (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, meminta masyarakat untuk tidak mengkhawatirkan keganasan varian COVID-19 Omicron yang merebak dalam beberapa waktu terakhir, tapi lebih fokus untuk mewaspadai tingkat penyebarannya.
"Kalau untuk tingkat keganasan varian Omicron ini bahwa informasi masih terus berkembang sesuai dengan perkembangan penyebaran varian ini," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 sekaligus Dokter Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit (RS) UNS Surakarta Tonang Dwi Ardyanto di Solo, Kamis.
Dengan menekankan dengan penanganan COVID-19 pada tingkat penyebarannya maka diharapkan penularan bisa diminimalisasi, selanjutnya jumlah kasus tidak melonjak.
"Penyebaran COVID-19 bisa tetap terjaga sehingga fasilitas kesehatan tetap sanggup menampung sampai secara alami gelombang COVID-19 bisa turun," katanya.
Baca juga: CEO Moderna: Vaksin sepertinya kurang ampuh lawan varian Omicron
Mengenai ganas atau tidaknya varian terbaru ini, menurut dia tergantung dari konsisi setempat. Sebagaimana pada proporsi angka kematian pada varian Delta, lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
"Walau kasus tinggi di beberapa negara bahkan sangat tinggi tetapi persentase kematian rendah," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap agar Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS lebih siap jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron sehingga pasien COVID-19 tidak telantar seperti Juli-Agustus lalu.
"Kalau kasusnya sangat tinggi maka RS kewalahan, tempat tidur kurang, sampai harus antre di IGD, atau bahkan terpaksa bertahan di rumah saja, maka jadi besar risikonya. Angka kematian menjadi tinggi. Artinya, harus kita waspadai," katanya.
Selain itu, ia juga berharap pemerintah memastikan kedisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, membantu memisahkan sumber-sumber penularan dengan isolasi, merawat orang yang mengalami gejala COVID-19, dan melakukan vaksinasi.
"Yang tak kalah penting adalah membatasi interaksi antara Indonesia dengan negara lain, ini tidak mungkin masyarakat bisa melakukannya," katanya.
Baca juga: Ganjar minta masyarakat Jateng tak sepelekan Omicron
"Kalau untuk tingkat keganasan varian Omicron ini bahwa informasi masih terus berkembang sesuai dengan perkembangan penyebaran varian ini," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 sekaligus Dokter Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit (RS) UNS Surakarta Tonang Dwi Ardyanto di Solo, Kamis.
Dengan menekankan dengan penanganan COVID-19 pada tingkat penyebarannya maka diharapkan penularan bisa diminimalisasi, selanjutnya jumlah kasus tidak melonjak.
"Penyebaran COVID-19 bisa tetap terjaga sehingga fasilitas kesehatan tetap sanggup menampung sampai secara alami gelombang COVID-19 bisa turun," katanya.
Baca juga: CEO Moderna: Vaksin sepertinya kurang ampuh lawan varian Omicron
Mengenai ganas atau tidaknya varian terbaru ini, menurut dia tergantung dari konsisi setempat. Sebagaimana pada proporsi angka kematian pada varian Delta, lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
"Walau kasus tinggi di beberapa negara bahkan sangat tinggi tetapi persentase kematian rendah," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap agar Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS lebih siap jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron sehingga pasien COVID-19 tidak telantar seperti Juli-Agustus lalu.
"Kalau kasusnya sangat tinggi maka RS kewalahan, tempat tidur kurang, sampai harus antre di IGD, atau bahkan terpaksa bertahan di rumah saja, maka jadi besar risikonya. Angka kematian menjadi tinggi. Artinya, harus kita waspadai," katanya.
Selain itu, ia juga berharap pemerintah memastikan kedisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, membantu memisahkan sumber-sumber penularan dengan isolasi, merawat orang yang mengalami gejala COVID-19, dan melakukan vaksinasi.
"Yang tak kalah penting adalah membatasi interaksi antara Indonesia dengan negara lain, ini tidak mungkin masyarakat bisa melakukannya," katanya.
Baca juga: Ganjar minta masyarakat Jateng tak sepelekan Omicron