Kudus (ANTARA) - Institut Teknik Bandung (ITB) membantu pembentukan badan usaha milik desa (BUMDes) dan digitalisasi semua potensi ekonomi yang ada di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sebagai upaya pemulihan ekonomi setempat.
Peresmian BUMDes Jepang dilaksanakan di aula Balai Desa Jepang dengan dihadiri Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kudus Adi Sadhono dan Ketua Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB Arif Susanto, Camat Mejobo Aan Fitriyanto dan Kepala Desa Jepang Indarto, Sabtu (20/11).
Menurut Kepala Desa Jepang Indarto di Kudus, tim LPPM ITB memang memberikan pendampingan untuk pengembangan ekonomi di Desa Jepang sejak bulan Mei 2021 hingga sekarang sebagai upaya pemulihan ekonomi masyarakat setempat. Hasilnya, saat ini sudah ada pembentukan BUMDes Makmur Barokah yang nantinya akan menjadi pengelola beberapa sektor usaha.
Di antaranya, mengelola sektor usaha simpan pinjam, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), pengelolaan sampah, UMKM serta pasar desa.
Sementara untuk meningkatkan daya saing produk UMKM di Desa Jepang, ITB juga membantu digitalisasi dengan pembentukan website yang nantinya bisa menjadi tempat promosi produk UMKM dan sektor usaha lain yang ada di Desa Jepang.
"Nantinya juga akan dibantu dalam pembuatan aplikasi untuk produk simpan pinjam, termasuk aplikasi lain yang memudahkan masyarakat maupun pemerintah desa dalam pengembangan usaha yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Ketua Tim LPPM ITB Arif Susanto mengakui Desa Jepang memang memiliki banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi, mulai dari pasar desa, Pamsimas, usaha simpan pinjam, serta kerajinan.
Hanya saja, kata dia, semua potensi ekonomi tersebut belum terbentuk wadah. Lantas didorong untuk pembentukan BUMDes serta digitalisasi ekonomi dengan pembentukan website desa yang di dalamnya ada informasi tentang desa setempat, BUMDes, serta semua unit usaha yang ada juga terkoneksi dengan aplikasi perdagangan elektronik atau e-commerce.
Ia mengakui juga sedang mengerjakan pembuatan aplikasi yang memudahkan pengelolaan potensi usaha di Desa Jepang, dengan harapan desa setempat semakin berkembang dan pemasukan untuk desa juga semakin meningkat sehingga bisa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kudus Adi Sadhono berpesan agar BUMDes yang sudah diresmikan ini benar-benar dijalankan, bukan hanya sekadar ada badan usahanya tetapi usahanya tidak berjalan.
"Mayoritas BUMDes di Kudus sepertinya demikian. Harapannya BUMDes Jepang yang mendapat pendampingan LPPM ITB ini bisa jalan karena banyak potensi yang bisa digarap sehingga kelak bisa menjadi contoh untuk desa lainnya," ujarnya.
Peresmian BUMDes Jepang dilaksanakan di aula Balai Desa Jepang dengan dihadiri Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kudus Adi Sadhono dan Ketua Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB Arif Susanto, Camat Mejobo Aan Fitriyanto dan Kepala Desa Jepang Indarto, Sabtu (20/11).
Menurut Kepala Desa Jepang Indarto di Kudus, tim LPPM ITB memang memberikan pendampingan untuk pengembangan ekonomi di Desa Jepang sejak bulan Mei 2021 hingga sekarang sebagai upaya pemulihan ekonomi masyarakat setempat. Hasilnya, saat ini sudah ada pembentukan BUMDes Makmur Barokah yang nantinya akan menjadi pengelola beberapa sektor usaha.
Di antaranya, mengelola sektor usaha simpan pinjam, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), pengelolaan sampah, UMKM serta pasar desa.
Sementara untuk meningkatkan daya saing produk UMKM di Desa Jepang, ITB juga membantu digitalisasi dengan pembentukan website yang nantinya bisa menjadi tempat promosi produk UMKM dan sektor usaha lain yang ada di Desa Jepang.
"Nantinya juga akan dibantu dalam pembuatan aplikasi untuk produk simpan pinjam, termasuk aplikasi lain yang memudahkan masyarakat maupun pemerintah desa dalam pengembangan usaha yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Ketua Tim LPPM ITB Arif Susanto mengakui Desa Jepang memang memiliki banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi, mulai dari pasar desa, Pamsimas, usaha simpan pinjam, serta kerajinan.
Hanya saja, kata dia, semua potensi ekonomi tersebut belum terbentuk wadah. Lantas didorong untuk pembentukan BUMDes serta digitalisasi ekonomi dengan pembentukan website desa yang di dalamnya ada informasi tentang desa setempat, BUMDes, serta semua unit usaha yang ada juga terkoneksi dengan aplikasi perdagangan elektronik atau e-commerce.
Ia mengakui juga sedang mengerjakan pembuatan aplikasi yang memudahkan pengelolaan potensi usaha di Desa Jepang, dengan harapan desa setempat semakin berkembang dan pemasukan untuk desa juga semakin meningkat sehingga bisa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Kudus Adi Sadhono berpesan agar BUMDes yang sudah diresmikan ini benar-benar dijalankan, bukan hanya sekadar ada badan usahanya tetapi usahanya tidak berjalan.
"Mayoritas BUMDes di Kudus sepertinya demikian. Harapannya BUMDes Jepang yang mendapat pendampingan LPPM ITB ini bisa jalan karena banyak potensi yang bisa digarap sehingga kelak bisa menjadi contoh untuk desa lainnya," ujarnya.