Semarang (ANTARA) -
Sanggar Greget di bawah asuhan Yoyok Bambang Priyambodo kembali menggelar ujian akhir semester yang diikuti 140 anak didik guna mengukur kemampuan para calon penari.

Pelaksanaan ujian akhir semester anak didik Sanggar Greget tersebut menggandeng tiga penguji dari Institut Seni Indonesia (ISI) Kota Surakarta yakni Nandhang Wisnu Pamenang, Sutriwarni, dan Maharani Luthvinda Dewi.

Yoyok mengatakan bahwa ujian akhir semester ini juga untuk mengetahui seberapa dalam para anak didik mendalami gerak tari yang telah diajarkan sebelumnya.

"Para penguji dari ISI Solo yang akan memberi penilaian siswa-siswi kelompok anak dan dewasa dari Sanggar Greget," katanya di Semarang, Senin (8/11).

Ketua sekaligus pelatih tari di Sanggar Greget, Sangghita Anjali menuturkan, saat pandemi COVID-19, pembelajaran tari di sanggar mengalami kendala yakni gerakan tari yang biasa diajarkan secara tatap muka, harus dihentikan karena adanya penerapan PPKM.

"Akhirnya lewat daring, para pelatih merekam gerakan-gerakan tari, kemudian dikirimkan lewat aplikasi WhatsApp, untuk kemudian ditirukan siswa," ujarnya.

Dengan metode demikian, para anak didik
Sanggar Greget bisa terus mengikuti pembelajaran berbagai gerakan tari.

Ia menyebutkan, saat ujian akhir semester sebanyak 140 anak didik yang membawakan 13 tari, bisa memeragakan nyaris tanpa kesalahan fatal dan tetap kompak dengan kelompok penari dalam mengikuti instrumen Jawa.

"Ketiga belas tari itu antara lain, Tari Bebek, Tari Serimpi Nyi Pandanaran, Tari Denok Deblong, Tari Gogor Blacan," katanya.

Salah seorang penguji, Maharani Luthvinda Dewi menilai Sanggar Greget sukses memberikan materi tari meski via daring.
Hal itu dapat dilihat saat anak-anak tampak luwes menari.

"Walaupun daring kemampuan mereka bisa dikatakan 'expert', mereka tetap mampu menyerap materi dan mereka 'enjoy' dengan proses pelatihan yang dilakukan Sanggar Greget," ujarnya.

Motivasi tinggi, lanjut dia, juga terlihat dari tiap pelatih yang bisa menyatukan energi dengan para anak didiknya di rumah masing-masing dan kemudian mengemasnya menjadi standarisasi mutu anak didik Sanggar Greget.

Baca juga: Peringati Sumpah Pemuda, Sanggar Greget suguhkan Tari Yuvaka Sapata

"Saya melihat adik-adik mempunyai kemampuan yang rata hampir di seluruh kelompok usia. Mereka juga mampu menaklukkan tari-tarian yang kompleks baik dari gerak musikal dan pola lantainya. 'Attitude' calon penari yang baik juga saya temukan dari anak didik yang mungkin perkiraan saya masih kecil. Dan harapan saya mendapatkan rumah belajar yang tepat seperti Sanggar Greget," katanya.

Dirinya berpesan kepada anak didik Sanggar Greget agar tidak takut mengeksplorasi gerakan tarian dan memadupadankan tari tradisi jadi tari baru yang lebih segar seperti karya-karya Sanggar Greget.

"Seperti tari yang diujikan bisa menjadi pijakan untuk tetap belajar tari dengan rasa yang lebih baru," ujarnya.

Penguji lainnya, Nandhang Wisnu Pamenang menambahkan, para penari Sanggar Greget secara kualitas kepenarian sangat berpotensi untuk menjadi penari, pelatih, koreografer, dan seniman yang andal.

"Sesuai konsep yang menjadi pegangan kami dalam mengajar tari tradisi gaya Surakarta yaitu hastaswanda dan empan mapan (sengguh, mungguh, lungguh) sudah ada potensi dalam pengimplementasiannya," katanya.

Pewarta : Wisnu A.N
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024