Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, membangun miniatur taman wisata peradaban sejarah Syailendra dengan nilai pekerjaan awal pada 2021 sebesar Rp1 miliar.

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Batang Yarsono di Batang, Rabu, mengatakan bahwa pembangunan wisata Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal tersebut menempati lahan milik KPH Pekalongan Timur seluas 1,3 hektare.

"Nantinya taman wisata ini akan mengulas sejarah peradaban Wangsa atau Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa, khususnya pada kerajaan Mataram Kuno," katanya.

Menurut dia, pembangunan taman wisata tersebut juga sebagai program percepatan pariwisata yang digagas oleh Bupati Batang Wihaji dan Wakil Bupati Suyono.

Adapun pembangunan taman wisata peradaban sejarah Syailendra itu, kata dia, akan dikerjakan oleh CV Maestya Bersama Tegal.

"Pekerjaan pembangunan taman wisata pada tahap pertama dengan waktu 60 hari kalender akan selesai pada 24 Desember 2021, selanjutnya akan dikerjakan tahap kedua," katanya.

Yarsono mengatakan pada tahap pertama pembangunan taman tersebut belum pada detail desain, pengerjaanya baru hanya dasar–dasar taman dan akan dilanjutkan tahap II pada 2022 yang rencananya dianggarkan Rp 1,74 miliar.

Ada sekitar seratusan replika situs yang akan dibangun di Taman Syaelendra seperti situs Ganesha, situs Sojomerto dan situs sejarah peradaban Syaelendra di Jawa dan khususnya Jawa Tengah dan Kabupaten Batang.

Ia mengatakan pembuatan replika situs saat ini masih menunggu perizinan dari Balai Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah karena tidak sembarang ketika benda cagar budaya langsung di buat replikanya.

"Taman wisata Syailendra berada di area perbukitan Desa Silurah Kecamatan Wonotunggal dengan pemandangan hamparan pepohonan rindang yang indah dan sejuk. Taman Syailendra pas untuk wisata keluarga dan edukasi anak tentang sejarah peradaban," katanya.

Menurut dia, konsep taman wisata Syailendra akan menggabungkan dan dipadukan dengan kegiatan adat lokal yang warga Desa Silurah yang memiliki segudang adat budaya kearifan lokalnya.

"Oleh karena itu, dengan waktu cukup pendek dan menghadapi musim hujan, kami meminta pelaksana proyek untuk menambah jam kerja atau lembur agar pembangunan taman wisata pada tahap awal sesuai jadwal kalender," katanya.


 

Pewarta : Kutnadi
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024