Purwokerto (ANTARA) - Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Fakultas Teknik dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meraih prestasi di kancah nasional.

Kali ini, Tim Bambino dari Teknik Kimia yang mengusung judul penelitian "Pemanfaatan Saponin Limbah Pelepah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) sebagai Surfaktan Alami pada Bio Hand Soap" dinobatkan sebagai Juara 1 pada lomba Program Kreativitas Mahasiswa Muhammadiyah (PKMM) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sains dan Teknologi-Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (AST-PTMA) tahun 2021. 

Tidak hanya itu, Tim Biopori yang merupakan kolaborasi Teknik Kimia dan Teknik Elektro juga meraih Juara 2 pada lomba yang sama, dengan judul pengabdian masyarakat "Penerapan Biopori sebagai Bentuk Tindakan Preventif pada Musim Kemarau di Desa Kebondalem, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara".

Dosen pembimbing Tim Biopori, Neni Damajanti ST MT mengatakan lomba Program Kreativitas Mahasiswa Muhammadiyah (PKMM) dibagi menjadi beberapa bidang di antaranya bidang penelitian (PKM-P) dan bidang pengabdian masyarakat (PKM-M). 

"Tim Bambino masuk di bidang PKM-P, sementara Tim Biopori masuk di bidang PKM-M. Jadi, dua tim ini sebelumnya termasuk dari delapan tim UMP yang lolos pendanaan PKM dari Dirjen Dikti Ristek Kemdikbudristek," katanya di Purwokerto, Senin (1/11).  

Baca juga: 291 lulusan Fikes UMP ikuti wisuda dan angkat sumpah profesi

Menurut dia, lomba tahunan tersebut diadakan khusus oleh Asosiasi Sains dan Teknik Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (AST-PTMA) bertepatan dengan rapat koordinasi nasional, seminar nasional, dan seminar internasional. 

Tahun ini, kata dia, seluruh kegiatan tersebut dipusatkan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, baik secara luring maupun daring.

Sementara itu, Ketua Tim Biopori Sheren Liana Saputri mengatakan pengabdian masyarakat yang dilakukan timnya berawal dari kegelisahan warga Desa Kebondalem, Banjarnegara, yang sering mengalami kesulitan air akibat kekeringan di desa yang memiliki luas wilayah 991,08 hektare tersebut. 

"Kekeringan yang terjadi menyebabkan warga mengalami krisis air. Situasi terparah yang pernah terjadi adalah pada tahun 2019, di mana pada saat itu terdapat 14 desa lain yang mengalami kekeringan. Dalam satu dusun, rumah satu dengan yang lainnya cukup rapat," katanya menjelaskan. 

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya membuat lubang resapan biopori sebagai bentuk tindakan preventif untuk mencegah adanya krisis air pada musim kemarau. 
Menurut dia, kegiatan pembuatan lubang resapan biopori tersebut berlangsung pada tanggal 25-26 Juni 2021. 

"Lubang resapan biopori yang telah berhasil dibuat sebanyak 100 buah dan tersebar pada 12 titik rumah warga, di mana pada setiap rumah terdapat delapan lubang," katanya.  

Ia mengatakan kegiatan pembuatan lubang resapan biopori membuat warga desa sadar, bahwa perlu adanya sebuah tindakan pencegahan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah kekeringan yang dihadapi hampir setiap tahun. (tgr)

Baca juga: IKA UMP bersiap terima peluang dan tantangan di dunia kerja
Baca juga: UMP segera laksanakan perkuliahan tatap muka

Pewarta : KSM
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024