Solo (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta membentuk proyek edukasi peran ayah terhadap keluarga menyusul adanya fakta bahwa Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara dengan anak-anak tanpa ayah.
Perwakilan tim UNS Solo, Qori Zuroida di Solo, Selasa mengatakan kondisi tanpa ayah atau fatherless tersebut terjadi salah satunya karena peran gender tradisional yang masih melekat di masyarakat Indonesia.
"Budaya atau adanya pandangan di mana merawat anak adalah sepenuhnya hal yang dilakukan oleh seorang ibu saja sehingga edukasi ini juga bertujuan untuk meminimalisasi budaya patriarki yang ada di Indonesia," katanya.
Secara umum, Qori mengatakan proyek tersebut berupa sosialisasi peran ayah dalam pengasuhan anak yang bekerja sama dengan dosen PG-PAUD UNS.
"Target utamanya adalah para ayah, calon ayah, dan laki-laki berumur lebih dari 18 tahun. Pelaksanaan sosialisasi ada yang secara daring dengan sasaran masyarakat umum," katanya.
Selain itu, dikatakannya, sosialisasi juga dilakukan secara langsung yang secara khusus menyasar warga Kelurahan Ketitang, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
"Selain itu, kami mengadakan acara 'ayah dan anak', semacam outbound untuk menjalin kedekatan antara anak dan ayah di sana. Kami juga memberikan fasilitas les bagi anak-anak di Ketitang," katanya.
Ia mengakui ada tantangan tersendiri dalam menjalankan proyek tersebut, yakni cara menarik minat para warga.
"Karena kegiatan seperti ini lebih banyak diminati ibu, namun kami memperoleh dukungan dari pemerintah desa setempat," katanya.
Sementara itu, tim yang terdiri dari sepuluh mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru PAUD (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta angkatan 2019.
Perwakilan tim UNS Solo, Qori Zuroida di Solo, Selasa mengatakan kondisi tanpa ayah atau fatherless tersebut terjadi salah satunya karena peran gender tradisional yang masih melekat di masyarakat Indonesia.
"Budaya atau adanya pandangan di mana merawat anak adalah sepenuhnya hal yang dilakukan oleh seorang ibu saja sehingga edukasi ini juga bertujuan untuk meminimalisasi budaya patriarki yang ada di Indonesia," katanya.
Secara umum, Qori mengatakan proyek tersebut berupa sosialisasi peran ayah dalam pengasuhan anak yang bekerja sama dengan dosen PG-PAUD UNS.
"Target utamanya adalah para ayah, calon ayah, dan laki-laki berumur lebih dari 18 tahun. Pelaksanaan sosialisasi ada yang secara daring dengan sasaran masyarakat umum," katanya.
Selain itu, dikatakannya, sosialisasi juga dilakukan secara langsung yang secara khusus menyasar warga Kelurahan Ketitang, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
"Selain itu, kami mengadakan acara 'ayah dan anak', semacam outbound untuk menjalin kedekatan antara anak dan ayah di sana. Kami juga memberikan fasilitas les bagi anak-anak di Ketitang," katanya.
Ia mengakui ada tantangan tersendiri dalam menjalankan proyek tersebut, yakni cara menarik minat para warga.
"Karena kegiatan seperti ini lebih banyak diminati ibu, namun kami memperoleh dukungan dari pemerintah desa setempat," katanya.
Sementara itu, tim yang terdiri dari sepuluh mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru PAUD (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta angkatan 2019.